China Lemahkan Yuan, JK: Akal Mereka Nakal

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
07 August 2019 17:49
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perlu strategi dalam menghadapi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Foto: Ilustrasi Mata Uang Yuan (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perlu strategi dalam menghadapi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Demi menghadapi gempuran kenaikan tarif dari AS, China pun menurunkan nilai mata uangnya.

"China pintar juga lemahkan yuannya 10%, jadi kalau tarifnya dinaikan maka dolarnya sama saja, akal mereka nakal," kata JK dalam Wealth Beyond 2019, Rabu (7/08/2019).

Meski demikian, menurut dia, Indonesia harus meniru negeri panda ini dalam menyiasati perang dagang. Selain itu, kekhawatiran pelemahan rupiah pun harusnya berkurang jika bisa memanfaatkan momentum ini. Salah satu pemanfaatannya adalah meningkatkan ekspor, terutama yang memiliki nilai tambah.

"Jadi bagaimana kita menjual produk yang mahal di China," katanya.

Mahalnya impor dari luar negaranya menurut JK membuat China berupaya mencapai kestabilan, salah satunya dengan melemahkan mata uangnya.

"Kalau rupiah lemah BI turun tangan, China justru melemahkan yuan biar ekspornya naik. Ini suatu tingkat harmoni yang harus diperbaiki di kita," katanya.



Sebelumnya JK menyatakan Indonesia tidak perlu terlalu khawatir dengan kebijakan The Fed. Meski Bank Sentral Amerika Serikat ini menaikan suku bunganya, seharusnya tidak berpengaruh pada rupiah. Menurutnya suku bunga The Fed akan membuat dolar kembali ke AS, bukan rupiah yang pergi dari Indonesia. Yang menjadi masalah justru jika rupiah lari ke luar negeri.

"Jadi teori sederhana bunga rendah, maka investasi tinggi. Ujung dari pertumbuhan ekonomi adalah investasi," kata JK.

Yang berpengaruh pada investasi justru tingkat suku bunga, baik deposito, bank sentral, dan pinjaman. Seharusnya maksimal bunga pinjaman hanya 7%. Dia mengharapkan ada penurunan suku bunga secara bertahap.

"Sekarang sering dihubungkan inflasi dan pinjaman. Harusnya bunga pinjaman gak lebih dari 7%-8%. Kalau lebih nanti ekonomi tidak jalan. Bank itu tidak hidup dari pertumbuhan bunga, tetapi pertumbuhan ekonomi," tegas Kalla.

[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Mata Uang China Makin Laku Dipakai di Dunia, Tanda Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular