
Yuan Sengaja Dilemahkan, Pengusaha RI Dag-Dig-Dug
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
06 August 2019 17:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang China Yuan dalam tren melemah tajam terhadap Dolar AS sebesar 1,4%. Pada Senin (5/8/2019) Yuan menyentuh titik terlemah sejak Maret 2018.
Kondisi ini menjadi sorotan dunia usaha di seluruh dunia, tak kecuali Indonesia. Nilai tukar Yuan yang lemah berarti ekspor China lebih kompetitif mengingat produk Negeri Tirai Bambu menjadi murah di pasar global.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan ekspor China ke Indonesia pun diprediksi akan meningkat dengan lemahnya Yuan. Kondisi ini tentu jadi kekhawatiran bagi dunia usaha.
"Daya saing mereka untuk ekspor semakin meningkat. Semakin banyak yang diekspor ke Indonesia," kata Benny kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengingat lebih dari seperempat (28,49%) produk non-migas impor yang datang ke Indonesia pada tahun 2018 berasal dari China.
Barang yang paling banyak diimpor adalah telepon seluler (HS 8517), dengan nilai mencapai US$ 3,72 miliar di tahun 2018. Mesin pengolah data otomatis (HS 8471) dengan total nilai US$ 1,65 miliar. Selebihnya adalah barang yang sebagian besar merupakan bahan baku produksi di berbagai industri, elektronik, konstruksi, dan kimia.
Lonjakan impor akan menjadi kekhawatiran bagi pengusaha dalam negeri. Saat ditanya langkah antisipatif, Benny menganggap perlu diterapkan kebijakan trade remedies. Trade remedies merupakan proteksi dalam pengendalian impor untuk mencegah praktik perdagangan yang tidak sehat.
"Lakukan trade remedies untuk produk yang sudah diproduksi industri dalam negeri," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Mata Uang China Makin Laku Dipakai di Dunia, Tanda Apa?
Kondisi ini menjadi sorotan dunia usaha di seluruh dunia, tak kecuali Indonesia. Nilai tukar Yuan yang lemah berarti ekspor China lebih kompetitif mengingat produk Negeri Tirai Bambu menjadi murah di pasar global.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan ekspor China ke Indonesia pun diprediksi akan meningkat dengan lemahnya Yuan. Kondisi ini tentu jadi kekhawatiran bagi dunia usaha.
"Daya saing mereka untuk ekspor semakin meningkat. Semakin banyak yang diekspor ke Indonesia," kata Benny kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengingat lebih dari seperempat (28,49%) produk non-migas impor yang datang ke Indonesia pada tahun 2018 berasal dari China.
Barang yang paling banyak diimpor adalah telepon seluler (HS 8517), dengan nilai mencapai US$ 3,72 miliar di tahun 2018. Mesin pengolah data otomatis (HS 8471) dengan total nilai US$ 1,65 miliar. Selebihnya adalah barang yang sebagian besar merupakan bahan baku produksi di berbagai industri, elektronik, konstruksi, dan kimia.
Lonjakan impor akan menjadi kekhawatiran bagi pengusaha dalam negeri. Saat ditanya langkah antisipatif, Benny menganggap perlu diterapkan kebijakan trade remedies. Trade remedies merupakan proteksi dalam pengendalian impor untuk mencegah praktik perdagangan yang tidak sehat.
"Lakukan trade remedies untuk produk yang sudah diproduksi industri dalam negeri," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Mata Uang China Makin Laku Dipakai di Dunia, Tanda Apa?
Most Popular