'Serangan Balasan China yang Buat Indonesia Batuk-Batuk'

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
06 August 2019 14:59
Pelaku pasar dibuat cemas oleh perkembangan hubungan AS-China.
Foto: Ilustrasi Dollar AS dan Yuan China (REUTERS/Jason Lee/)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar dibuat cemas oleh perkembangan hubungan AS-China. Drama dimulai dengan cuitan Presiden AS Donald Trump di Twitter.

Eks taipan properti itu mengancam bakal menerapkan bea masuk baru sebesar 10% untuk importasi produk-produk made in China senilai US$ 300 miliar.

China tidak terima. Beijing menegaskan bahwa mereka siap untuk menjalani perang dagang jika memang tidak terhindarkan.

Bahkan sepertinya aksi balas dendam China lebih kejam. Sejak kemarin, China seakan membiarkan nilai tukar yuan melemah. Baru kali pertama sejak 2008 di mana US$ 1 berada di kisaran CNY 7.

Serangan Balasan China yang Buat Indonesia Batuk-BatukFoto: Ilustrasi Dollar AS dan Yuan China (REUTERS/Jason Lee/)


Yuan memang tidak sepenuhnya bergerak berdasarkan mekanisme pasar. Bank Sentral China (PBoC) setiap hari menetapkan nilai tengah yuan. Mata uang ini diperkenankan untuk melemah atau menguat maksimal 2% dari titik tengah itu.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Nanang Hendarsah mengungkapkan serangan balasan China ini menjadi salah satu faktor rupiah yang melemah.

"Retaliasi oleh China dengan memperlemah mata uang Yuan di atas level psikologis 7 per dolar sebagai respon atas pengenaan tarif impor oleh AS, menjadikan perang dagang AS - China memasuki fase baru."

"Langkah China tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan full-blown trade war yang akan menggiring ekonomi global semakin melemah, sehingga menyebabkan indeks harga saham S&P 500 yang merosot dalam sehari 3.5% dan aksi flight to quality yang ditandai dengan turunnya yield obligasi AS ke 1,71%," papar Nanang kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2019).

Serangan Balasan China yang Buat Indonesia Batuk-BatukFoto: Nanang Hendarsah (Dok Bank Indonesia)


Nanang menceritakan perjuangan BI menahan pelemahan tersebut. Dari awal perdagangam, kurs NDF [Non-Deliverable Forward] melesat ke Rp 14.570/US$.

"Sehingga kami mengantisipasi kemungkinan adanya aksi jual SBN oleh investor asing yang akan memicu pelemahan spot Rupiah pada pembukaan pasar pukul 08.00 WIB," tutur Nanang.

"Pada pembukaan pasar Rupiah langsung melemah dengan gap dari penutupan sebelumnya di Rp14.250/US$ ke Rp14.315/US$, yang kemudian kami langsung respons dengan masuk ke pasar spot dan pasar sekunder SBN," imbuhnya.



Berhasil! Rupiah saat ini pukul 14.25 WIB kembali menguat ke Rp 14.270/US$.

Masuknya BI ke pasar bond menjadi penting. Menurut Nanang bank sentral melihat gejala pelepasan SBN oleh investor asing.

"Apabila tidak ditahan akan memicu sell off sehingga memukul balik ke tekanan Rupiah. BI membeli SBN dengan masuk ke seri seri SBN yang di lepas asing secara berkelanjutan dalam jumlah signifikan," terangnya.


(miq) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular