Duh! Polusi Udara Bikin Ekonomi RI Rugi Triliunan Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 August 2019 10:35
Duh! Polusi Udara Bikin Ekonomi RI Rugi Triliunan Rupiah
Ilustrasi Udara Jakarta (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Susah jadi manusia. Kalau tidak bernafas mati, tetapi kalau bernafas ya bisa mati juga (meski mungkin tidak dalam waktu dekat). Kok bernafas malah bikin mati? 

Udara yang saat ini kita hirup tidak sehat-sehat amat, malah begitu banyak mudaratnya. Mengutip AirVisual, kualitas udara Jakarta pada pukul 09:31 WIB berstatus tidak sehat. 

Ini Resep Atas Polusi a la Bank DuniaAirVisual
Ya, isu polusi (terutama di Jakarta) kini menjadi ramai dibicarakan di berbagai kesempatan. Obrolan di warung kopi, media sosial, sampai ke Balai Kota Jakarta. 

Untuk mengatasi polusi di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara. Ada berbagai kebijakan yang dikedepankan eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut. 


Pertama, usia angkutan umum dan kendaraan pribadi tidak boleh lebih dari 10 tahun dan tidak lulus uji emisi. Kedua, ada rencana perluasan kawasan ganjil-genap. Ketiga, mendorong peralihan preferensi masyarakat ke transportasi publik dan meningkatkan kenyamanan pejalan kaki.

Ketiga, menggalakkan penghijauan terutama untuk tanaman yang mampu mengendalikan polutan. Keempat, menggenjot penggunaan energi terbarukan dengan pemasangan panel surya di instansi pemerintah dan sekolah.
 

Sebenarnya agak heran mengapa isu polusi (terutama di Jakarta) baru merebak akhir-akhir ini. Sebab, masalah polusi sejatinya sudah lumayan lama menjadi perhatian komunitas internasional. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2

Misalnya, Bank Dunia pada 2016 menerbitkan laporan berjudul Pollution Management & Environmental Health Program Annual Report: Supporting Pollution Action for Health. Temuan dalam laporan tersebut adalah kerugian akibat polusi udara mencapai US$ 225 miliar yang berasal dari gangguan kesehatan, kematian, stunting, dan sebagainya. 

Dalam kasus Indonesia, Bank Dunia memperkirakan polusi udara bisa mengurangi potensi perekonomian sekitar 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada 2018, PDB Indonesia adalah sekitar Rp 14.000 triliun, jadi kalau 1% berarti kerugian ekonomi akibat polusi udara mencapai Rp 140 triliun. Bukan jumlah yang sedikit.  

Ini Resep Atas Polusi a la Bank DuniaBank Dunia
 
"Sekitar 87% dari populasi dunia tinggal di wilayah dengan kualitas udara di bawah standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). Oleh karena itu, manajemen polusi akan berdampak kepada peningkatan kualitas tata kota, human capital, produktivitas, efektivitas, dan kehidupan," sebut laporan Bank Dunia. 

Menurut Bank Dunia, salah satu masalah utama penanggulangan polusi adalah minimnya ketersediaan data. Kurangnya data yang mumpuni membuat pengambilan kebijakan menjadi kurang tepat. 

"Bank Dunia menilai upaya menangani polusi udara cenderung minim analisis. Tanpa data kualitas udara yang memadai, baik itu berapa kuantitas polutan dan dari mana sumbernya, maka memperkirakan dampaknya akan sangat sulit. Apalagi sampai menyusun kebijakan intervensi yang tepat sasaran, mustahil. Namun memang analisis kualitas udara memakan biaya dan waktu (bisa setidaknya 1-2 tahun) karena harus dilakukan di setiap musim dan kondisi," papar riset Bank Dunia. 

Dari data yang lengkap dan reliabel, demikian Bank Dunia, pengambil kebijakan bisa merumuskan langkah yang tepat guna, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat anggaran. Contoh suksesnya adalah di Santiago (Cile) dan Lima-Callao (Peru). 

"Polusi adalah salah satu musuh utama yang harus diperangi. Masyarakat miskin adalah yang paling merasakan dampaknya, mengingat tingginya eksposur ke udara terbuka dan minimnya akses terhadap layanan kesehatan. Jadi kalau masalah polusi tidak bisa segera diselesaikan, maka orang-orang miskin akan semakin sulit meningkatkan produktivitasnya untuk lepas dari jerat kemiskinan," tegas Bank Dunia. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular