Sakti Wahyu Trenggono & Calon-calon Menteri BUMN Jokowi

Herdaru Purnomo & Lidya Julita S, CNBC Indonesia
31 July 2019 15:53
Sakti Wahyu Trenggono & Calon-calon Menteri BUMN Jokowi
Foto: Gedung Kementerian BUMN (detik.com/Hendra Kusuma)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Calon Wakil Presiden terpilih Ma'ruf Amin tengah mengocok ulang susunan kabinet. Menteri BUMN merupakan salah satu dari beberapa 'kursi panas' yang tengah disorot kalangan ekonom.

Kiprah Menteri BUMN saat ini Rini Soemarno tidak begitu positif. Pasalnya, beberapa kasus muncul sejak awal Rini menjabat sebagai menteri.

Sebut saja kasus Pelindo II yang membuat DPR geram sehingga memboikotnya hingga yang terakhir kasus polesan PT Garuda Indonesia Tbk.

Rini kerap disebut sebagai menteri yang bakal diganti sejak Jokowi melakukan 4 kali reshuffle. Namun, hingga saat ini ia masih tetap bekerja dan tak goyah dari kursi tersebut.

Rini, Sakti Wahyu Trenggono & Calon Lain Menteri BUMN JokowiFoto: Menteri BUMN Rini Sumarno di Peresmian pembangunan Halal Park. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)


Namun, mungkin kali ini Rini tak bisa bernafas lega. Pasalnya Jokowi sendiri yang menunjuk hidung dan menegur Rini karena kecewa.

Ya, Jokowi untuk kesekian kalinya melontarkan kekecewaannya di hadapan para menteri Kabinet Kerja atas data-data ekonomi terkini.

Jokowi mengetahui, ketidakberesan tersebut merupakan tanggung jawab para menteri di Kabinet Kerja. Salah satunya neraca perdagangan yang hancur lebur. Defisit!

Dengan nada pelan namun penuh penekanan, Kepala Negara meminta para menterinya memperhatikan betul data-data yang menyebabkan neraca perdagangan masih terus mengalami defisit.

"Hati-hati terhadap ini. Neraca perdagangan kita Januari - Mei ada defisit US$ 2,14 miliar. Coba dicermati angka ini dari mana, kenapa impor jadi sangat tinggi? Kalau didetailkan lagi, migasnya ini naiknya gede sekali," tegas Jokowi.

Kekhawatiran Jokowi terbilang wajar, mengingat defisit migas kerap kali menjadi biang kerok defisit neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir. Pada Januari - Mei 2019, defisit migas mencapai US$ 3,75 miliar.

Kali ini sasaran ditujukan langsung ke Menteri ESDM, Ignasius Jonan dan Menteri BUMN, Rini Soemarno.

"Hati-hati di migas Pak Menteri ESDM yang berkaitan dengan ini. Bu Menteri BUMN yang berkaitan dengan ini, karena yang paling banyak ada di situ," kata Jokowi.

Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira, memandang Rini Soemarno memang masuk daftar teratas menteri yang bakal didepak Jokowi.

"Menteri BUMN juga kocar kacir melihat Direksi beberapa BUMN tersandung kasus korupsi, misalnya Dirut PLN Sofyan Basir dan terbaru adalah laporan keuangan Garuda Indonesia yang sudah terbukti bermasalah," paparnya.

NEXT HALAMAN SELANJUTNYA : Muncul Nama Sakti Wahyu Trenggono >>>




Saat Jokowi dan Ma'ruf Amin kampanye untuk menuju kursi pemerintahan di periode kedua, ada sebuah nama yang tiba-tiba muncul. Sakti Wahyu Trenggono, ia adalah Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.

Pertama, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu, Trisasono tiba-tiba memberikan keterangan resmi ke awak media. Tema dari siaran pers tersebut adalah Sakti Wahyu Trenggono yang dinilai layak menggantikan posisi Rini Soemarno menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2019-2024.

"Sakti Wahyu Trenggono yang dekat dengan Jokowi, PDIP dan bisa sangat luwes melakukan pendekatan dengan parpol-parpol di Senayan adalah sosok yang paling mumpuni sebagai menteri BUMN periode 2019-2024," ujar Trisasono.

Rini, Sakti Wahyu Trenggono & Calon Lain Menteri BUMN JokowiFoto: Komisaris Perseroan Sakti Wahyu Trenggono


Tak cuma itu, sempat beredar melalui WhatsApp mengenai susunan kabinet Jokowi-Ma'ruf yang ternyata nama Sakti Wahyu Trenggono ini ada di list tersebut. Ya! Menjadi Menteri BUMN.


Walaupun Kemenkominfo sudah menjelaskan bahwa daftar tersebut hoaks, namun siapapun yang membuatnya selalu menggadang-gadang nama Sakti.

Detikcom menuliskan, Sakti Wahyu Trenggono atau 'Mas Treng' ini merupakan pendukung Jokowi sejak di Solo sampai maju Pilgub DKI. Bahkan, ketika Jokowi-JK menang 2014 lalu, Sakti yang merupakan Komisaris PT Solu Sindo Kreasi yang merupakan anak usaha Tower Bersama (TBIG) ini merupakan Ketua Satuan Tugas Khusus (Satgasus) Kantor Transisi Jokowi-JK.

Dan ternyata, Sakti Wahyu Trenggono yang duduk juga di Komisaris Merdeka Copper Gold (MDKA) ini ternyata sempat menjadi Bendahara juga di partai PAN periode 2009-2014 saat ketua umum partai itu dijabat Hatta Rajasa. Namun sekitar 2012 atau 2013, dia mengundurkan diri. Asam garam Sakti Wahyu Trenggono di kancah politik tak bisa dipandang sebelah mata. Ekonom CORE, Piter Abdullah, menilai yang cocok mengisi kursi pimpinan BUMN adalah anak muda. Namun, tentunya juga harus memiliki pengalaman khususnya di dunia usaha.

"Untuk menteri BUMN saya kira yang dibutuhkan adalah sosok yang masih cukup muda, punya pengalaman di dunia usaha, punya visi bagaimana membangun BUMN, berani mengambil kebijakan gila, dan tidak punya kepentingan atau non partisan," jelasnya.

Pengamat Ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira, mengatakan kriteria lainnya yang tepat mengisi kursi BUMN adalah sosok yang berani dalam bertindak dan membuat kebijakan demi menyehatkan BUMN yang saat ini banyak yang sakit. Apakah pantas dari kursi partai politik?

"Harusnya yang punya terobosan dan bisa menolak intervensi politik yang rugikan BUMN. Misalnya kondisi keuangan BUMN sedang tertekan ya penugasan yang dipaksakan perlu di setop. Jadi punya keberanian untuk tidak populis demi keberlanjutan usaha BUMN. Syarat lain soal integritas karena posisi BUMN rentan dijadikan sapi perah dan sarana korupsi," tegas Bhima.

Salah satu sosok lain yang namanya disebut adalah Eko Putro Sandjojo. Sayangnya ia juga berasal dari Partai Politik. Mantan Dirut PT Sierad Produce Tbk ini berasal dari Partai Kebangkitan Bangsa.

"Menteri yang cukup senior dan cukup disegani di kabinet adalah Eko Putro Sandjojo. Ia memang jarang tampil di media. Baru saat-saat ini saja, namun ia disebut juga sebagai calon kuat pengganti Rini Soemarno," ungkap salah seorang petinggi di PDIP.

Selentingan isu juga berhembus dan memunculkan nama Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini disebut bisa menjadi alternatif Menteri BUMN bagi Jokowi. Selain berpengalaman sebagai menteri, Arief juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).

BUMN Harus Dipegang Professional

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, turut memberikan pandangan mengenai sosok menteri yang pantas mengisi kabinet kerja jilid II. Menurutnya, calon menteri tersebut mesti menguasai bidang yang akan diamanatkan kepadanya. Apalagi kebijakan menteri secara tidak langsung akan berdampak pada sektor perekonomian.

"Kompetensi itu harus betul-betul menguasai bidang yang akan ditugaskan kepadanya. Tidak hanya di bidangnya, tetapi juga di bidang lain yang masuk dalam lingkupnya," kata Hariyadi kepada CNBC Indonesia, Rabu (31/7/2019).

Kompetensi memang begitu ditekankan oleh Hariyadi. Setiap kebijakan kementerian akan menjadi output yang dapat menentukan investasi di Indonesia.

Masih berhubungan dengan kompetensi, calon menteri selanjutnya mesti mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat. Komunikasinya harus baik kepada parlemen dan masyarakat.

Jika bicara dari kalangan profesional, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Suprajarto dan Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, pun dibicarakan oleh ekonom. Bhima Yudhistira mengatakan juga bahwa sosok yang tepat menggantikan Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN adalah Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin. Ia juga menilai Budi Gunadi bisa bersikap profesional tanpa ada kepentingan pribadi.

"Budi Gunadi juga oke. Profesional dan pengalaman lama di korporasi termasuk BUMN. Sebaiknya kursi menteri BUMN di isi profesional," kata dia.


Sama halnya dengan Suprajarto. Orang nomor satu di BRI juga sudah makan asam garam di dunia korporasi dan BUMN. Sebelum di BRI, dia menjabat sebagai Wakil Direktur Utama BNI. Suprajarto duduk di kursi Wadirut BNI sejak 17 Maret 2015.

BRI bukan tempat baru baginya, lantaran sebelum berlabuh ke Bank BNI dia adalah Direktur Jaringan dan Layanan BRI. Posisi tersebut dia miliki sejak 5 September 2007 dan juga menjabat sebagai Direktur Jaringan dan Operasional.

Suprajarto merupakan lulusan S3 Manajemen Bisnis, Universitas Padjadjaran, Bandung. Dirinya juga pernah menempuh pendidikan S2 Manajemen Pemasaran, Universitas Padjadjaran, Bandung dan S1 Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran", Yogyakarta

Lalu siapakah yang dipilih Jokowi?
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular