
Duh, RI Jauh Tertinggal di Indeks Inovasi Global 2019
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
25 July 2019 15:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah gegap gempita revolusi industri 4.0 dan pengembangan industri digital, Indonesia tertinggal jauh dalam hal inovasi dengan hanya menduduki peringkat ke-85 dari 129 negara.
Dalam Global Innovation Index (GII) 2019, posisi Indonesia tersebut tidak berubah dari tahun lalu. Kondisi peringkat inovasi Indonesia sama seperti Malaysia yang posisinya juga stagnan. Hanya saja, Malaysia lebih unggul karena duduk di peringkat 35.
Rangking beberapa negara tetangga naik seperti Vietnam, Thailand dan Filipina ke peringkat 42,43 dan 54. Sebaliknya, posisi Singapura dan Brunei Darussalam melorot, masing-masing ke posisi 8 dan 71. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul terhadap Kamboja.
Tertinggalnya peringkat Indonesia ini sungguh memprihatinkan karena laporan GII 2019 justru menyebutkan bahwa aktivitasi inovasi yang paling banyak menjamur saat ini justru berada di kawasan Asia, menyusul perlambatan ekonomi negara maju dan dunia.
Sementara itu, turunnya peringkat negara maju seperti Singapura terjadi karena belanja negara-negara maju di riset dan pengembangan (research and development/ R&D) memang melambat atau bahkan stagnan di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Indeks Inovasi Global (GII) disusun oleh Universitas Cornell, Organisasi Hak atas Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization/WIPO), dan INSEAD. Acuan global untuk merekam aktivitas inovasi di 129 negara ini disusun dengan menggunakan 80 indikator.
Indikator terpenting adalah investasi R&D, jumlah paten dan merek internasional yang dimiliki sebuah negara, pengembangan app di ponsel, dan ekspor produk-produk teknologi tinggi (high-tech).
Lalu mengapa Indonesia bisa tertinggal? Penjelasannya ada pada laporan GII yang menilai bahwa kuatnya perencanaan pemerintah dalam kebijakan mendorong inovasi merupakan kunci sukses. Sayangnya, Republik ini masih tertinggal dari sisi aktivitas dan investasi R&D.
"GII menunjukkan bahwa negara yang memprioritaskan inovasi dalam kebijakan mereka berhasil menaikkan peringkatnya secara signifikan," tutur Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry. Negara dengan pendapatan menengah seperti di Asia, lanjutnya, semakin banyak menggelar aktivitas R&D dan pendaftaran paten.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/dru) Next Article Kang Emil Pamerkan 7 Inovasi Unggulan Jabar
Dalam Global Innovation Index (GII) 2019, posisi Indonesia tersebut tidak berubah dari tahun lalu. Kondisi peringkat inovasi Indonesia sama seperti Malaysia yang posisinya juga stagnan. Hanya saja, Malaysia lebih unggul karena duduk di peringkat 35.
Tertinggalnya peringkat Indonesia ini sungguh memprihatinkan karena laporan GII 2019 justru menyebutkan bahwa aktivitasi inovasi yang paling banyak menjamur saat ini justru berada di kawasan Asia, menyusul perlambatan ekonomi negara maju dan dunia.
Sementara itu, turunnya peringkat negara maju seperti Singapura terjadi karena belanja negara-negara maju di riset dan pengembangan (research and development/ R&D) memang melambat atau bahkan stagnan di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Indeks Inovasi Global (GII) disusun oleh Universitas Cornell, Organisasi Hak atas Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization/WIPO), dan INSEAD. Acuan global untuk merekam aktivitas inovasi di 129 negara ini disusun dengan menggunakan 80 indikator.
Indikator terpenting adalah investasi R&D, jumlah paten dan merek internasional yang dimiliki sebuah negara, pengembangan app di ponsel, dan ekspor produk-produk teknologi tinggi (high-tech).
Lalu mengapa Indonesia bisa tertinggal? Penjelasannya ada pada laporan GII yang menilai bahwa kuatnya perencanaan pemerintah dalam kebijakan mendorong inovasi merupakan kunci sukses. Sayangnya, Republik ini masih tertinggal dari sisi aktivitas dan investasi R&D.
"GII menunjukkan bahwa negara yang memprioritaskan inovasi dalam kebijakan mereka berhasil menaikkan peringkatnya secara signifikan," tutur Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry. Negara dengan pendapatan menengah seperti di Asia, lanjutnya, semakin banyak menggelar aktivitas R&D dan pendaftaran paten.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/dru) Next Article Kang Emil Pamerkan 7 Inovasi Unggulan Jabar
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular