Dear Pak Menteri! Tanpa Diberi Endrin, Jatiluhur Sudah Cemar

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
24 July 2019 13:55
Sumber air utama untuk wilayah DKI Jakarta berasal dari Waduk Jatiluhur
Foto: Ilustrasi Waduk (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sumber utama air baku untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya berasal dari Waduk Jatiluhur yang menjadi bagian dari aliran Sungai Citarum.

Bahkan sebanyak 85% dari pasokan air baku minum bagi PDAM dan PAM Jaya bergantung pada Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat. Kondisi ini sangat berbahaya bagi ketahanan air di ibu kota, apalagi bila ada hal darurat seperti kontaminasi racun di Waduk Jatiluhur sengata atau tak sengaja, maka yang terjadi soal keamanan.

"Selama ini hanya cuma satu sumber air baku dari Waduk Jatiluhur, kalau dikasih Endrin... security kurang," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuko Hadimuljono, Selasa (23/7/2019).

Sebagai informasi, Endrin merupakan cairan yang biasa dipakai sebagai racun pembunuh tikus. Faktanya, bila tak ada "Endrin" pun, Waduk Jatiluhur sebenarnya sudah tercemar cukup berat.

Berdasarkan penelitian berjudul 'Status Mutu Air Waduk Jatiluhur dan Ancaman Terhadap Proses Bisnis Vital' yang dipublikasikan dalam Jurnal Sumber Daya Air Volume 12 tahun 2016 milik Kementerian PUPR, kualitas air di Waduk Jatiluhur sudah tercemar. Baik dari parameter fisika, kimia, dan biologi.

Disebutkan juga bahwa status mutu air sudah tergolong "Tercemar Berat" kategori (D). Mutu air tersebut termasuk dalam kategori krisis menuju disaster berdasarkan kriteria Green Business Continuity Management.

Hal itu dapat berdampak pada proses bisnis vital atau strategis.

Pencemaran yang terjadi di Waduk Jatiluhur disebabkan oleh jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang terus meningkat. KJA merupakan salah satu metode budidaya perikanan.

Jumlah KJA di Waduk Jatiluhur pernah menyentuh 31.000 petak. Sementara per Oktober 2015, Perum Jasa Tirta II (PJT II) sebagai pengelola telah melakukan penertiban KJA sehingga berkurang menjadi 23.000 petak.

Namun, jumlah tersebut masih jauh lebih banyak dibanding jumlah ideal sebesar 4.040 petak.

Pemberian pakan ikan menjadi salah satu faktor utama yang mencemari air di Waduk Jatiluhur. Pasalnya, ikan hanya akan memakan sebagian dari pakan tersebut, dan sisanya terbuang menjadi limbah. Bahkan jumlah pakan yang terbuang diperkirakan mencapai 30-40%.

Sebenarnya, air yang dikonsumsi masyarakat DKI Jakarta tidak langsung dialirkan dari Waduk Jatiluhur. Air tersebut sudah diproses oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM dan PAM Jaya) sehingga layak untuk dikonsumsi.

Namun, tingginya tingkat pencemaran pada air baku yang berasal dari Waduk Jatiluhur membuat biaya proses pengolahan air menjadi sangat mahal.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Di Depan Jokowi, Basuki 'Pede' Lelang Dini PUPR Tuntas Maret

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular