
Alert! Ekonomi Dunia Loyo, Ini Sederet Fakta Mengejutkannya
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
22 July 2019 10:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan hubungan dagang makin menekan volume perdagangan dunia. Hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Berikut proyeksi dan fakta ekonomi negara-negara besar di dunia yang loyo sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia dari data Bank Indonesia, Senin (22/7/2019).
AS
Perekonomian AS diprakirakan tumbuh melambat akibat ekspor yang menurun sebagai dampak ketegangan hubungan dagang, stimulus fiskal yang terbatas,
serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat.
Hal tersebut disebabkan oleh penurunan ekspor sebagai dampak ketegangan hubungan dagang dan stimulus fiskal yang terbatas. Pertumbuhan ekonomi AS yang solid pada triwulan I 2019 yakni sebesar 3,2% (yoy) diprakirakan bersifat temporer. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan tersebut memiliki struktur yang lemah karena didukung oleh kenaikan kontribusi inventori yang cukup tinggi yang bersifat transitori terhadap PDB AS sebagaimana terlihat dari pola historis dan business sentiment yang lemah.
Perkembangan terkini juga mengkonfirmasi perlambatan seluruh komponen PDB. Pertumbuhan konsumsi tertahan seiring pertumbuhan pendapatan dan penjualan ritel yang tertahan.
Rilis Personal Consumer Expenditure (PCE) triwulan I 2019 menunjukkan perlambatan seiring dengan perlambatan PCE Services (perumahan, rekreasi, dan keuangan). PCE Services yang terus melambat mengindikasikan perlambatan PCE pada triwulan II 2019.
Investasi AS masih lemah, terutama investasi nonresidensial yang diprakirakan melambat lebih dalam akibat ketegangan hubungan dagang yang berlanjut.
Perlambatan investasi diprakirakan masih berlanjut hingga triwulan III 2019 tercermin dari perlambatan indikator produksi manufaktur - Institute for Suppy Management (ISM) Manufacturing. Keyakinan pelaku ekonomi juga belum kuat tercermin dari sentimen bisnis yang masih melemah dan sentimen konsumen yang masih tertahan.
Sementara itu, ekspor AS melambat karena pelemahan ekonomi global, khususnya komponen capital goods dan otomotif. Perbaikan ketenagakerjaan masih terkendala partisipasi tenaga kerja yang rendah dan peningkatan personal income yang tertahan.
Eropa
Ekonomi Kawasan Eropa juga melambat. Rilis PDB Eropa triwulan I 2019 yang stabil pada 1,2% (yoy) diperkirakan temporer sejalan dengan indikator utama yang terus menunjukkan penurunan.
Konsumsi mengalami penurunan sebagaimana tercermin dari indeks perdagangan dan kepercayaan konsumen yang masih terus menurun disertai dengan perlambatan pertumbuhan saving rumah tangga.
Investasi juga diprakirakan melambat sejalan dengan sentimen dan kepercayaan industri yang belum pulih. Kawasan Eropa juga masih dihadapkan pada isu aging population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik. Sementara, ekspor kawasan Eropa diprakirakan masih melambat terutama ekspor barang antara untuk industri dan barang konsumsi.
Jepang
Perekonomian Jepang diprakirakan melanjutkan pelemahan. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan I 2019 tumbuh 1,0% (yoy), namun dengan struktur yang lemah. Pertumbuhan triwulan I 2019 didorong oleh impor yang melambat lebih dalam, sehingga mendorong perbaikan ekspor neto meskipun masih tercatat negatif. Rilis data awal triwulan II 2019 menunjukkan impor dan ekspor masih terkontraksi sehingga ekspor neto yang negatif masih berlanjut.
Pada triwulan II 2019, PDB Jepang diprakirakan tumbuh lebih rendah karena investasi dan konsumsi yang melambat seiring dengan ketegangan hubungan dagang yang berlanjut. Penurunan permintaan global juga mendorong penurunan investasi dan produksi.
Kontraksi machine tool orders terus melebar dan merupakan yang tertinggi pasca-Global Financial Crisis (GFC). Survei Tankan terhadap industri manufaktur dan non-manufaktur juga masih dalam tren menurun. Di sisi ketenagakerjaan, kondisi tenaga kerja masih ketat, namun tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan yang signifikan. Hal tersebut turut dipengaruhi oleh sentimen bisnis.
China [Tiongkok]
Perekonomian Tiongkok masih melambat. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 6,2% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,4% (yoy). Perlambatan ini terutama didorong oleh pelemahan ekspor akibat penurunan permintaan eksternal, serta perekonomian domestik yang masih lemah.
Ekspor Tiongkok semakin tertekan dan diprakirakan masih berlanjut hingga akhir tahun. Ekspor kembali mengalami kontraksi karena pemberlakukan kenaikan tarif terhadap USD200 miliar ekspor Tiongkok ke AS sejak Juni 2019.
Konsumsi Tiongkok pada triwulan II 2019 melambat dibandingkan triwulan I 2019, tercermin dari penurunan penjualan ritel. Konsumsi diperkirakan mulai membaik pada triwulan IV 2019 seiring dengan paket stimulus pemerintah, namun perbaikan bersifat terbatas karena disposable income dan employment yang masih dalam tren menurun, menekan daya beli masyarakat.
Kinerja investasi juga masih melambat terutama state investment seiring koreksi pertumbuhan investasi real estate sebagaimana tercermin dari penurunan Housing New Starts maupun Floor Space Building Under Construction.
India
Perekonomian India juga tumbuh melambat. Ekonomi India pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 5,8% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy).
Pelemahan PDB terutama disebabkan oleh pelemahan investasi yang tertekan oleh ketidakpastian politik dan pemburukan ekspor, serta konsumsi yang belum membaik. Secara sektoral, perlambatan terjadi di sektor manufaktur (perlambatan ekspor) dan pertanian (crop glut). Pelemahan ekonomi global akibat ketegangan hubungan dagang yang berlanjut menyebabkan ekspor India tertahan, sementara impor meningkat karena rata-rata harga minyak yang masih relatif tinggi.
Inflasi IHK Juni 2019 tercatat sebesar 3,05% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,0% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi inti terus menurun yakni menjadi 4,3% (yoy), seiring pelemahan permintaan domestik (Grafik 2.11).
(dru) Next Article Ekonomi China 'Batuk', Ekonomi Dunia Bakal Ikut 'Meriang'
Berikut proyeksi dan fakta ekonomi negara-negara besar di dunia yang loyo sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia dari data Bank Indonesia, Senin (22/7/2019).
![]() |
AS
![]() |
Hal tersebut disebabkan oleh penurunan ekspor sebagai dampak ketegangan hubungan dagang dan stimulus fiskal yang terbatas. Pertumbuhan ekonomi AS yang solid pada triwulan I 2019 yakni sebesar 3,2% (yoy) diprakirakan bersifat temporer. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan tersebut memiliki struktur yang lemah karena didukung oleh kenaikan kontribusi inventori yang cukup tinggi yang bersifat transitori terhadap PDB AS sebagaimana terlihat dari pola historis dan business sentiment yang lemah.
Perkembangan terkini juga mengkonfirmasi perlambatan seluruh komponen PDB. Pertumbuhan konsumsi tertahan seiring pertumbuhan pendapatan dan penjualan ritel yang tertahan.
Rilis Personal Consumer Expenditure (PCE) triwulan I 2019 menunjukkan perlambatan seiring dengan perlambatan PCE Services (perumahan, rekreasi, dan keuangan). PCE Services yang terus melambat mengindikasikan perlambatan PCE pada triwulan II 2019.
Investasi AS masih lemah, terutama investasi nonresidensial yang diprakirakan melambat lebih dalam akibat ketegangan hubungan dagang yang berlanjut.
Perlambatan investasi diprakirakan masih berlanjut hingga triwulan III 2019 tercermin dari perlambatan indikator produksi manufaktur - Institute for Suppy Management (ISM) Manufacturing. Keyakinan pelaku ekonomi juga belum kuat tercermin dari sentimen bisnis yang masih melemah dan sentimen konsumen yang masih tertahan.
Sementara itu, ekspor AS melambat karena pelemahan ekonomi global, khususnya komponen capital goods dan otomotif. Perbaikan ketenagakerjaan masih terkendala partisipasi tenaga kerja yang rendah dan peningkatan personal income yang tertahan.
Eropa
Ekonomi Kawasan Eropa juga melambat. Rilis PDB Eropa triwulan I 2019 yang stabil pada 1,2% (yoy) diperkirakan temporer sejalan dengan indikator utama yang terus menunjukkan penurunan.
Konsumsi mengalami penurunan sebagaimana tercermin dari indeks perdagangan dan kepercayaan konsumen yang masih terus menurun disertai dengan perlambatan pertumbuhan saving rumah tangga.
![]() |
Investasi juga diprakirakan melambat sejalan dengan sentimen dan kepercayaan industri yang belum pulih. Kawasan Eropa juga masih dihadapkan pada isu aging population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik. Sementara, ekspor kawasan Eropa diprakirakan masih melambat terutama ekspor barang antara untuk industri dan barang konsumsi.
Jepang
Perekonomian Jepang diprakirakan melanjutkan pelemahan. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan I 2019 tumbuh 1,0% (yoy), namun dengan struktur yang lemah. Pertumbuhan triwulan I 2019 didorong oleh impor yang melambat lebih dalam, sehingga mendorong perbaikan ekspor neto meskipun masih tercatat negatif. Rilis data awal triwulan II 2019 menunjukkan impor dan ekspor masih terkontraksi sehingga ekspor neto yang negatif masih berlanjut.
Pada triwulan II 2019, PDB Jepang diprakirakan tumbuh lebih rendah karena investasi dan konsumsi yang melambat seiring dengan ketegangan hubungan dagang yang berlanjut. Penurunan permintaan global juga mendorong penurunan investasi dan produksi.
![]() |
Kontraksi machine tool orders terus melebar dan merupakan yang tertinggi pasca-Global Financial Crisis (GFC). Survei Tankan terhadap industri manufaktur dan non-manufaktur juga masih dalam tren menurun. Di sisi ketenagakerjaan, kondisi tenaga kerja masih ketat, namun tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan yang signifikan. Hal tersebut turut dipengaruhi oleh sentimen bisnis.
China [Tiongkok]
Perekonomian Tiongkok masih melambat. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 6,2% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,4% (yoy). Perlambatan ini terutama didorong oleh pelemahan ekspor akibat penurunan permintaan eksternal, serta perekonomian domestik yang masih lemah.
Ekspor Tiongkok semakin tertekan dan diprakirakan masih berlanjut hingga akhir tahun. Ekspor kembali mengalami kontraksi karena pemberlakukan kenaikan tarif terhadap USD200 miliar ekspor Tiongkok ke AS sejak Juni 2019.
![]() |
Konsumsi Tiongkok pada triwulan II 2019 melambat dibandingkan triwulan I 2019, tercermin dari penurunan penjualan ritel. Konsumsi diperkirakan mulai membaik pada triwulan IV 2019 seiring dengan paket stimulus pemerintah, namun perbaikan bersifat terbatas karena disposable income dan employment yang masih dalam tren menurun, menekan daya beli masyarakat.
Kinerja investasi juga masih melambat terutama state investment seiring koreksi pertumbuhan investasi real estate sebagaimana tercermin dari penurunan Housing New Starts maupun Floor Space Building Under Construction.
India
Perekonomian India juga tumbuh melambat. Ekonomi India pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 5,8% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy).
Pelemahan PDB terutama disebabkan oleh pelemahan investasi yang tertekan oleh ketidakpastian politik dan pemburukan ekspor, serta konsumsi yang belum membaik. Secara sektoral, perlambatan terjadi di sektor manufaktur (perlambatan ekspor) dan pertanian (crop glut). Pelemahan ekonomi global akibat ketegangan hubungan dagang yang berlanjut menyebabkan ekspor India tertahan, sementara impor meningkat karena rata-rata harga minyak yang masih relatif tinggi.
![]() |
Inflasi IHK Juni 2019 tercatat sebesar 3,05% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,0% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi inti terus menurun yakni menjadi 4,3% (yoy), seiring pelemahan permintaan domestik (Grafik 2.11).
(dru) Next Article Ekonomi China 'Batuk', Ekonomi Dunia Bakal Ikut 'Meriang'
Most Popular