
Alasan Kenapa Jokowi Fokuskan SDM dalam Pidatonya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 July 2019 13:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Malam tadi, presiden terpilih 2019-2024 Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan visinya dalam memimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan. Pidato Jokowi menjadi sentimen positif bagi pasar hari ini, karena investor telah memiliki gambaran bagaimana arah kebijakan pemerintah ke depan.
Pada masa jabatan keduanya, Jokowi akan fokus di lima program besar. Pertama adalah melanjutkan pembangunan infrastruktur, kedua adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), ketiga adalah meningkatkan investasi, keempat adalah reformasi birokrasi, dan kelima adalah optimalisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Penekanan pada SDM ini sangat penting mengingat kita saat ini tengah memasuki periode bonus demografi," tegas Sutrisno Iwantono, Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Menurut Sutrisno, wajar dan tepat jika Jokowi menjadikan pembangunan SDM sebagai salah satu prioritas. Apalagi Jokowi sering menyinggung soal betapa pentingnya SDM Indonesia menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam indeks pembangunan teknologi dan komunikasi (ICT Development Index) 2017, Indonesia hanya menempati peringkat ke-111 dari 176 negara. Kalah dari negara-negara tetangga seperti Singapura (18), Malaysia (63), Thailand (78), Filipina (101), dan Vietnam (108).
Seberapa pentingnya pembangunan SDM bagi Indonesia, terutama di bidang penguasaan teknologi informasi dan komunikasi? Apakah saat ini SDM Indonesia memang belum terlalu melek di bidang ini? Bagaimana dampak penguasaan teknologi informasi dan komunikasi terhadap perekonomian?
Iwantono punya jawabannya. Berikut wawancana CNBC Indonesia dengan Iwantono, yang juga pendiri Iwant Co. Business and Antimonopoli Counselor, Senin (15/7/2019):
Dalam pidato kemarin, Jokowi di antaranya akan memberikan prioritas kepada pembangunan SDM. Bagaimana pendapat Anda?
Penekanan pada SDM ini sangat penting mengingat kita saat ini tengah memasuki periode bonus demografi, yaitu struktur demografi di mana populasi umur muda mendominasi keseluruhan jumlah populasi. Menurut beberapa sumber, pada 2018 ini jumlah penduduk kita 265 juta jiwa. Untuk kelompok milenial, mereka yang berumur 11-40 tahun, mencapai 118.484.500 jiwa atau sekitar 48,5%. Kalau ditambah generasi alfa menjadi menjadi 166.092.600 jiwa atau sekitar 66% dari total populasi. Mereka berada di usia produktif yang seharusnya merupakan bonus bagi pembangunan Indonesia.
Bonus demografi tidak datang dua kali sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai mereka keburu menjadi tua dan tidak sempat mempersiapkan diri menghadapi masa tua, sehingga akan menjadi beban generasi berikutnya. Mempersiapkan bonus demografi dengan pembangunan SDM seharusnya memang benar-benar menjadi fokus kabinet Jokowi ke depan. Khusus di bidang ekonomi untuk SDM ini sebaiknya ada prioritas bagi pengembangan SDM pelaku ekonomi kerakyatan yaitu Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) dan Koperasi.
Mengapa UMKM?
Jumlah UMKM saat ini lebih dari 60 juta. Dari sekitar 120 juta angkatan kerja di Indonesia, kurang lebih 96% diserap di sektor UMKM, dan UMKM menyumbang sekitar 57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jadi peran UMKM dalam ekonomi sangat nyata. Selain itu, UMKM merupakan jalur distribusi utama yang melayani langsung kebutuhan ekonomi rakyat.
Namun, kualitas SDM di UMKM kita sangat rendah. Pada 2017, lebih dari 61% tingkat pendidikannya SMP ke bawah, 40% pendidikan SD ke bawah, dan 21% SMP. Sementara yang tingkat SMA/SMK hanya 29% dan pendidikan tinggi hanya sekitar 9%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pada masa jabatan keduanya, Jokowi akan fokus di lima program besar. Pertama adalah melanjutkan pembangunan infrastruktur, kedua adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), ketiga adalah meningkatkan investasi, keempat adalah reformasi birokrasi, dan kelima adalah optimalisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Penekanan pada SDM ini sangat penting mengingat kita saat ini tengah memasuki periode bonus demografi," tegas Sutrisno Iwantono, Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Dalam indeks pembangunan teknologi dan komunikasi (ICT Development Index) 2017, Indonesia hanya menempati peringkat ke-111 dari 176 negara. Kalah dari negara-negara tetangga seperti Singapura (18), Malaysia (63), Thailand (78), Filipina (101), dan Vietnam (108).
Seberapa pentingnya pembangunan SDM bagi Indonesia, terutama di bidang penguasaan teknologi informasi dan komunikasi? Apakah saat ini SDM Indonesia memang belum terlalu melek di bidang ini? Bagaimana dampak penguasaan teknologi informasi dan komunikasi terhadap perekonomian?
Iwantono punya jawabannya. Berikut wawancana CNBC Indonesia dengan Iwantono, yang juga pendiri Iwant Co. Business and Antimonopoli Counselor, Senin (15/7/2019):
Dalam pidato kemarin, Jokowi di antaranya akan memberikan prioritas kepada pembangunan SDM. Bagaimana pendapat Anda?
Penekanan pada SDM ini sangat penting mengingat kita saat ini tengah memasuki periode bonus demografi, yaitu struktur demografi di mana populasi umur muda mendominasi keseluruhan jumlah populasi. Menurut beberapa sumber, pada 2018 ini jumlah penduduk kita 265 juta jiwa. Untuk kelompok milenial, mereka yang berumur 11-40 tahun, mencapai 118.484.500 jiwa atau sekitar 48,5%. Kalau ditambah generasi alfa menjadi menjadi 166.092.600 jiwa atau sekitar 66% dari total populasi. Mereka berada di usia produktif yang seharusnya merupakan bonus bagi pembangunan Indonesia.
Bonus demografi tidak datang dua kali sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai mereka keburu menjadi tua dan tidak sempat mempersiapkan diri menghadapi masa tua, sehingga akan menjadi beban generasi berikutnya. Mempersiapkan bonus demografi dengan pembangunan SDM seharusnya memang benar-benar menjadi fokus kabinet Jokowi ke depan. Khusus di bidang ekonomi untuk SDM ini sebaiknya ada prioritas bagi pengembangan SDM pelaku ekonomi kerakyatan yaitu Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) dan Koperasi.
Mengapa UMKM?
Jumlah UMKM saat ini lebih dari 60 juta. Dari sekitar 120 juta angkatan kerja di Indonesia, kurang lebih 96% diserap di sektor UMKM, dan UMKM menyumbang sekitar 57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jadi peran UMKM dalam ekonomi sangat nyata. Selain itu, UMKM merupakan jalur distribusi utama yang melayani langsung kebutuhan ekonomi rakyat.
Namun, kualitas SDM di UMKM kita sangat rendah. Pada 2017, lebih dari 61% tingkat pendidikannya SMP ke bawah, 40% pendidikan SD ke bawah, dan 21% SMP. Sementara yang tingkat SMA/SMK hanya 29% dan pendidikan tinggi hanya sekitar 9%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Siapkah UMKM <i>Go Digital</i>?
Pages
Most Popular