
Jokowi Singgung Defisit Migas, Apa Kata Luhut?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
10 July 2019 20:53

Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Pandjaitan ikut buka suara soal kondisi defisit migas RI, yang sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet beberapa hari lalu.
Luhut menjelaskan memang kondisi defisit migas tak bisa dihindari dengan konsumsi yang semakin tinggi, yakni bisa mencapai 1,7 juta barel sehari di tahun mendatang. Sementara, produksi terus merosot yakni tak sampai 800 ribu barel per hari. "Jadi sisanya harus impor. Tapi, sekarang kan kita banyak energi terbarukan," jelasnya saat dijumpai di kantornya, Rabu (8/7/2019).
Upaya kelola energi baru ini, kata dia, terus digenjot oleh pemerintah. Targetnya yakni bisa sampai penggunaan energi baru dan terbarukan hingga 23% di 2025. "Sekarang kita sedang ujicoba, kita berharap awal tahun depan paling lambat bisa masuk karena bisa hemat hingga US$ 3 miliar, nah itu akan bagus buat CAD kita."
Sebelumnya, Jokowi mewanti-wanti para menteri, terutama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang dinilai punya peranan kunci untuk mengendalikan impor migas yang masih bernilai jumbo.
"Coba dicermati angka-angka ini, kenapa impor begitu sangat tinggi. Migas naiknya gede sekali, hati-hati di migas Pak Menteri ESDM, Bu Menteri BUMN yang terkait dengan ini," singgung Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (8/7/2019).
Jokowi memang tidak keliru menilai bahwa defisit migas masih jadi penyumbang terbesar defisit neraca dagang RI. Sebab, menurut data Badan Pusat Statistik impor bahan bakar ini masih menyentuh angka US$ 2,9 miliar di Mei 2019.
Namun sebenarnya, dari Januari hingga Mei 2019, impor migas tercatat menurun hingga 23,77%. Lebih lanjut penurunan impor migas disebabkan oleh turunnya impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah US$1.766,5 juta (43,74%), hasil minyak US$1.043,1 juta (15,44%), dan gas US$24,2 juta (2,14%).
Simak video fakta soal impor migas di bawah ini
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Jawaban 'Lord Luhut' Soal Kenapa Sih Pilih China Terus Pak?
Luhut menjelaskan memang kondisi defisit migas tak bisa dihindari dengan konsumsi yang semakin tinggi, yakni bisa mencapai 1,7 juta barel sehari di tahun mendatang. Sementara, produksi terus merosot yakni tak sampai 800 ribu barel per hari. "Jadi sisanya harus impor. Tapi, sekarang kan kita banyak energi terbarukan," jelasnya saat dijumpai di kantornya, Rabu (8/7/2019).
Upaya kelola energi baru ini, kata dia, terus digenjot oleh pemerintah. Targetnya yakni bisa sampai penggunaan energi baru dan terbarukan hingga 23% di 2025. "Sekarang kita sedang ujicoba, kita berharap awal tahun depan paling lambat bisa masuk karena bisa hemat hingga US$ 3 miliar, nah itu akan bagus buat CAD kita."
Sebelumnya, Jokowi mewanti-wanti para menteri, terutama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang dinilai punya peranan kunci untuk mengendalikan impor migas yang masih bernilai jumbo.
"Coba dicermati angka-angka ini, kenapa impor begitu sangat tinggi. Migas naiknya gede sekali, hati-hati di migas Pak Menteri ESDM, Bu Menteri BUMN yang terkait dengan ini," singgung Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (8/7/2019).
Jokowi memang tidak keliru menilai bahwa defisit migas masih jadi penyumbang terbesar defisit neraca dagang RI. Sebab, menurut data Badan Pusat Statistik impor bahan bakar ini masih menyentuh angka US$ 2,9 miliar di Mei 2019.
Namun sebenarnya, dari Januari hingga Mei 2019, impor migas tercatat menurun hingga 23,77%. Lebih lanjut penurunan impor migas disebabkan oleh turunnya impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah US$1.766,5 juta (43,74%), hasil minyak US$1.043,1 juta (15,44%), dan gas US$24,2 juta (2,14%).
Simak video fakta soal impor migas di bawah ini
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Jawaban 'Lord Luhut' Soal Kenapa Sih Pilih China Terus Pak?
Most Popular