
Tiket Pesawat Mahal, Ada Aroma Persaingan Usaha Tidak Sehat?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2019 08:33

Sebagai Wakil Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), bagaimana pengaruh tingginya harga tiket terhadap perkembangan industri pariwisata Indonesia?
Pengaruhnya nyata, terutama Wisatawan Nusantara (wisnus). Harga tiket menyebabkan perjalanan yang dilakukan pelancong dalam negeri pasti terhambat. Jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Mei 2019 sebanyak 5,3 juta orang atau turun 7,1% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan jumlah penumpang terjadi di seluruh bandara utama, yang tertinggi di Bandara Ngurah Rai (Denpasar) yaitu 20,57%. Jumlah penumpang domestik terbesar melalui Soekarno Hatta (Jakarta), yaitu mencapai 1,3 juta orang atau 24,29% dari total penumpang domestik, diikuti Juanda (Surabaya) 378,9 ribu orang atau 7,21%.
Sementara itu, jumlah penumpang angkutan udara domestik Januari-Mei 2019 mencapai 29,4 juta orang atau turun 21,33% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 37,4 juta orang. Jumlah penumpang terbesar tercatat di Soekarno Hatta mencapai 7,2 juta orang atau 24,5% dari keseluruhan penumpang domestik, diikuti Juanda 2,3 juta orang atau 7,94%. Anehnya jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara (wisman) ke Indonesia juga turun pada Mei 2019 yaitu 3,19% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,26 juta kunjungan. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang datang melalui pintu masuk udara pada Mei 2019 mengalami penurunan sebesar 11,37% dibanding jumlah kunjungan wisman pada bulan yang sama pada 2018.
Bagaimana dengan hotel?
Teman-teman di perhotelan juga mengeluhkan dampak yang signifikan. Berdasarkan data dari BPS, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Mei 2019 mencapai rata-rata 43,53% atau turun 10,33 poin dibandingkan TPK Mei 2018 yang sebesar 53,86%. Demikian pula, jika dibanding dengan TPK April 2019 yang tercatat 53,9%, TPK Mei 2019 mengalami penurunan 10,37 poin.
Bagaimana dengan pengaruhnya terhadap ekonomi secara keseluruhan?
Peranan sektor pariwisata nasional semakin penting melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, penyerapan investasi dan tenaga kerja serta, pemerataan. Pemerintah di bawah Presiden Jokowi memproyeksikan sektor pariwisata mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15%, Rp 280 triliun untuk devisa negara, 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara, dan menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019. Pariwisata memiliki keterkaitan industi (industrial linkage) yang kuat di hulu maupun hilir, terkoneksi dengan sektor ekonomi lain seperti hotel dan restoran, angkutan, industri kerajinan, dan lain-lain. Melalui multiplier effect-nya, pariwisata dapat dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Industri penerbangan adalah industri kunci yang menentukan pencapaian target-target yang ditetapkan pemerintahan Presiden Jokowi tersebut.
(aji/aji)
Pengaruhnya nyata, terutama Wisatawan Nusantara (wisnus). Harga tiket menyebabkan perjalanan yang dilakukan pelancong dalam negeri pasti terhambat. Jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Mei 2019 sebanyak 5,3 juta orang atau turun 7,1% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan jumlah penumpang terjadi di seluruh bandara utama, yang tertinggi di Bandara Ngurah Rai (Denpasar) yaitu 20,57%. Jumlah penumpang domestik terbesar melalui Soekarno Hatta (Jakarta), yaitu mencapai 1,3 juta orang atau 24,29% dari total penumpang domestik, diikuti Juanda (Surabaya) 378,9 ribu orang atau 7,21%.
Sementara itu, jumlah penumpang angkutan udara domestik Januari-Mei 2019 mencapai 29,4 juta orang atau turun 21,33% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 37,4 juta orang. Jumlah penumpang terbesar tercatat di Soekarno Hatta mencapai 7,2 juta orang atau 24,5% dari keseluruhan penumpang domestik, diikuti Juanda 2,3 juta orang atau 7,94%. Anehnya jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara (wisman) ke Indonesia juga turun pada Mei 2019 yaitu 3,19% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,26 juta kunjungan. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang datang melalui pintu masuk udara pada Mei 2019 mengalami penurunan sebesar 11,37% dibanding jumlah kunjungan wisman pada bulan yang sama pada 2018.
Bagaimana dengan hotel?
Teman-teman di perhotelan juga mengeluhkan dampak yang signifikan. Berdasarkan data dari BPS, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Mei 2019 mencapai rata-rata 43,53% atau turun 10,33 poin dibandingkan TPK Mei 2018 yang sebesar 53,86%. Demikian pula, jika dibanding dengan TPK April 2019 yang tercatat 53,9%, TPK Mei 2019 mengalami penurunan 10,37 poin.
Peranan sektor pariwisata nasional semakin penting melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, penyerapan investasi dan tenaga kerja serta, pemerataan. Pemerintah di bawah Presiden Jokowi memproyeksikan sektor pariwisata mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15%, Rp 280 triliun untuk devisa negara, 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara, dan menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019. Pariwisata memiliki keterkaitan industi (industrial linkage) yang kuat di hulu maupun hilir, terkoneksi dengan sektor ekonomi lain seperti hotel dan restoran, angkutan, industri kerajinan, dan lain-lain. Melalui multiplier effect-nya, pariwisata dapat dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Industri penerbangan adalah industri kunci yang menentukan pencapaian target-target yang ditetapkan pemerintahan Presiden Jokowi tersebut.
(aji/aji)
Pages
Most Popular