
Ini 5 Fokus Destry Damayanti Jika Terpilih Jadi BI-2
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
01 July 2019 16:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) melakukan fit and proper test kepada calon Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Destry Damayanti. Uji kelayakan dan kepatutan ini dimulai sejak pukul 14.30 WIB di Ruang Rapat Komisi XI.
Dalam tes tersebut, Destry yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini memaparkan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam 5 tahun ke depan jika terpilih menjadi pejabat BI.
Setidaknya ada lima fokus Destry selama lima tahun ke depan sebagai orang kedua terpenting di bank sentral ini. Mulai dari fokus pada bauran kebijakan hingga mengembangkan sistem pembayaran yang aman.
"Tanpa mengabaikan area lainnya, saya akan memfokuskan 5 area strategis yang akan saya kembangkan dalam lima tahun mendatang. Ini dalam mendukung tugas utama Bank Indonesia dalam mencapai tujuan utamanya yaitu menjaga stabilitas sistem keuangan dan juga mendukung pertumbuhan ekonomi serta mengembangkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas," ujar Destry, Jakarta, Senin (1/7/2019).
Destry menjelaskan, area strategis pertama, mengoptimalkan bauran kebijakan yang bersifat akomodatif. Bauran kebijakan moneter makroprudensial dan kebijakan lainnya dibutuhkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan dalam saat yang sama juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap dinamika siklus bisnis dan keuangan yang terjadi
"Misalnya dalam situasi mencegah tekanan inflasi yang tinggi atau untuk merespon kenaikan suku bunga global, maka Bank Indonesia perlu meningkatkan suku bunga domestik. Namun demikian pada saat yang bersamaan Bank Indonesia perlu juga menjaga likuiditas sektor perbankan dan mendorong perbankan untuk tetap menjalankan fungsi intermediasi nya," jelasnya.
Kemudian, area strategis kedua yaitu pendalaman sektor keuangan. Menurutnya, pendalaman sektor keuangan menjadi sangat penting bukan hanya untuk mendukung terjadinya stabilitas ekonomi, namun juga untuk mendukung pembiayaan pembangunan ekonomi.
"Terbatasnya sumber dana pemerintah dan domestik menyebabkan penggunaan sumber dana dari sektor swasta dan luar negeri sangat menjadi penting. Sementara fakta yang ada menunjukkan bahwa sektor keuangan kita relatif dangkal bila dibandingkan peer group. Hal ini juga menyebabkan tingginya volatilitas sektor keuangan Indonesia. Sebagai gambaran di periode akhir 2018 rasio kredit terhadap PDB Indonesia hanya mencapai 37% sementara di Thailand dan Malaysia 80% dan 100%," kata dia.
Selanjutnya, area strategis ketiga adalah pengembangan sistem pembayaran yang lancar aman efisien dan inklusif.
Dia menjelaskan, perkembangan ekonomi digital diikuti dengan perkembangan teknologi finansial berkembang pesat. Ini menjadi tantangan untuk perbankan Indonesia makin nyata karena sudah merambah ke berbagai layanan yang selama ini dilayani oleh perbankan dari sisi Bank Indonesia.
"Hal ini menjadi tantangan besar karena terjadi pergeseran pola transaksi menuju transaksi non tunai dan pelakunya pun tidak hanya bank, namun juga non bank. Hal ini akan mendorong terjadinya inovasi sistem pembayaran di mana Bank Indonesia dituntut untuk bisa mengembangkan sistem pembayaran yang lancar aman, efisien dan inklusif," ujar dia.
Area strategis ke empat adalah perkembangan ekonomi dan keuangan syariah karena sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia Indonesia belum dapat berperan banyak dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah. Selain itu, di sektor keuangan pangsa pasar industri syariah juga masih sangat rendah.
"Di Bulan April 2019 ekonomi dan keuangan syariah hanya mencatat 5,9% untuk industri perbankan dan 4,2% untuk industri keuangan non bank dan 16% di pasar modal atau secara total hanya mencapai 8,7% dari total industri keuangan di Indonesia," ucapnya.
Terakhir, adalah area strategi dengan meningkatkan sinergi dengan pemerintah dan lembaga lainnya. Contohnya dengan OJK dan DPR.
"Misalnya dengan OJK untuk Sinergi kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial dan dengan kementerian keuangan terkait dengan harmonisasi kebijakan moneter dan fiskal dan dengan pemerintah dan strategis lainnya untuk penguatan kebijakan sistem pembayaran dan teknologi finansial."
(dru) Next Article Ketua DPR Benarkan Jokowi Pilih Destry Damayanti untuk DGS BI
Dalam tes tersebut, Destry yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini memaparkan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam 5 tahun ke depan jika terpilih menjadi pejabat BI.
Setidaknya ada lima fokus Destry selama lima tahun ke depan sebagai orang kedua terpenting di bank sentral ini. Mulai dari fokus pada bauran kebijakan hingga mengembangkan sistem pembayaran yang aman.
![]() |
Destry menjelaskan, area strategis pertama, mengoptimalkan bauran kebijakan yang bersifat akomodatif. Bauran kebijakan moneter makroprudensial dan kebijakan lainnya dibutuhkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan dalam saat yang sama juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap dinamika siklus bisnis dan keuangan yang terjadi
"Misalnya dalam situasi mencegah tekanan inflasi yang tinggi atau untuk merespon kenaikan suku bunga global, maka Bank Indonesia perlu meningkatkan suku bunga domestik. Namun demikian pada saat yang bersamaan Bank Indonesia perlu juga menjaga likuiditas sektor perbankan dan mendorong perbankan untuk tetap menjalankan fungsi intermediasi nya," jelasnya.
Kemudian, area strategis kedua yaitu pendalaman sektor keuangan. Menurutnya, pendalaman sektor keuangan menjadi sangat penting bukan hanya untuk mendukung terjadinya stabilitas ekonomi, namun juga untuk mendukung pembiayaan pembangunan ekonomi.
"Terbatasnya sumber dana pemerintah dan domestik menyebabkan penggunaan sumber dana dari sektor swasta dan luar negeri sangat menjadi penting. Sementara fakta yang ada menunjukkan bahwa sektor keuangan kita relatif dangkal bila dibandingkan peer group. Hal ini juga menyebabkan tingginya volatilitas sektor keuangan Indonesia. Sebagai gambaran di periode akhir 2018 rasio kredit terhadap PDB Indonesia hanya mencapai 37% sementara di Thailand dan Malaysia 80% dan 100%," kata dia.
![]() |
Selanjutnya, area strategis ketiga adalah pengembangan sistem pembayaran yang lancar aman efisien dan inklusif.
Dia menjelaskan, perkembangan ekonomi digital diikuti dengan perkembangan teknologi finansial berkembang pesat. Ini menjadi tantangan untuk perbankan Indonesia makin nyata karena sudah merambah ke berbagai layanan yang selama ini dilayani oleh perbankan dari sisi Bank Indonesia.
"Hal ini menjadi tantangan besar karena terjadi pergeseran pola transaksi menuju transaksi non tunai dan pelakunya pun tidak hanya bank, namun juga non bank. Hal ini akan mendorong terjadinya inovasi sistem pembayaran di mana Bank Indonesia dituntut untuk bisa mengembangkan sistem pembayaran yang lancar aman, efisien dan inklusif," ujar dia.
Area strategis ke empat adalah perkembangan ekonomi dan keuangan syariah karena sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia Indonesia belum dapat berperan banyak dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah. Selain itu, di sektor keuangan pangsa pasar industri syariah juga masih sangat rendah.
"Di Bulan April 2019 ekonomi dan keuangan syariah hanya mencatat 5,9% untuk industri perbankan dan 4,2% untuk industri keuangan non bank dan 16% di pasar modal atau secara total hanya mencapai 8,7% dari total industri keuangan di Indonesia," ucapnya.
Terakhir, adalah area strategi dengan meningkatkan sinergi dengan pemerintah dan lembaga lainnya. Contohnya dengan OJK dan DPR.
"Misalnya dengan OJK untuk Sinergi kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial dan dengan kementerian keuangan terkait dengan harmonisasi kebijakan moneter dan fiskal dan dengan pemerintah dan strategis lainnya untuk penguatan kebijakan sistem pembayaran dan teknologi finansial."
(dru) Next Article Ketua DPR Benarkan Jokowi Pilih Destry Damayanti untuk DGS BI
Most Popular