
Ada MRT & LRT, Begini Mewahnya Konsumsi Listrik Jakarta
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
25 June 2019 18:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagai Ibu Kota Indonesia, Jakarta kota yang istimewa. Salah satunya jika dilihat dari penggunaan listriknya.
"Jakarta bebannya tinggi 5.200 MW (Per hari). Tak ada kota seperti di Jakarta, dimana beban puncaknya adalah siang hari," kata General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya M Ikhsan Asaad di Jakarta, Selasa (25/6/2019).
Beban listrik di Jakarta tak selamanya tinggi. Dia mencatat, musim liburan adalah puncak terendah, di mana bebannya bisa turun hingga 40 persen. Apalagi, saat ini transportasi yang menggunakan daya listrik di Jakarta bertambah jumlahnya.
Sebut saja Mass Rapid Transportation (MRT) yang beban listrinya mencapai 65 juta watt. Belum lagi Light Rail Transportation (LRT) yang baru-baru ini diresmikan.
"Untuk LRT bebannya itu 34 juta watt. Ada juga commuterline yang merupakan transportasi listrik yang sudah sejak lama," katanya lagi.
Beban listrik yang tinggi itu dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdekat yang letaknya berada di sekitar Jakarta. Untuk mengurangi pasokan listrik dari PLTU, PLN mendukung adanya solar cell, yang mulai digunakan oleh masyarakat.
PLN mencatat saat ini ada 400 rumah di Jakarta yang memiliki rooftop (atap) untuk solar cell. Hal ini mendapatkan dukungan penuh dari PLN apalagi berhubungan dengan gerakan mendukung langit biru Jakarta.
"PLN memberikan dukungan salah satunya dengan cara mempercepat pemasangan solar cell bagi masyarakat yang ingin menggunakannya," katanya lagi.
PLN menyambut baik hal tersebut, apalagi sebagai perusahaan listrik PLN juga bersedia membeli pasokan listrik yang dihasilkan dari solar cell tersebut. Harganya sekitar 65 persen dari tarif listrik PLN.
Menurutnya penggunaan solar cell terbilang mudah apalagi efektifitas matahari di Jakarta mencapai 30 persen setiap harinya. Artinya ada sekitar 3 jam energi matahari yang bisa digunakan untuk mendukung penggunaan solar cell tersebut.
"Pemerintah memang ada program terkait Enegri Baru Terbarukan (EBT) sampai nanti 2023," pungkasnya.
(gus) Next Article Pemerintah Kucurkan Rp 3 T Untuk Insentif Biaya Listrik
"Jakarta bebannya tinggi 5.200 MW (Per hari). Tak ada kota seperti di Jakarta, dimana beban puncaknya adalah siang hari," kata General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya M Ikhsan Asaad di Jakarta, Selasa (25/6/2019).
Sebut saja Mass Rapid Transportation (MRT) yang beban listrinya mencapai 65 juta watt. Belum lagi Light Rail Transportation (LRT) yang baru-baru ini diresmikan.
"Untuk LRT bebannya itu 34 juta watt. Ada juga commuterline yang merupakan transportasi listrik yang sudah sejak lama," katanya lagi.
Beban listrik yang tinggi itu dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdekat yang letaknya berada di sekitar Jakarta. Untuk mengurangi pasokan listrik dari PLTU, PLN mendukung adanya solar cell, yang mulai digunakan oleh masyarakat.
PLN mencatat saat ini ada 400 rumah di Jakarta yang memiliki rooftop (atap) untuk solar cell. Hal ini mendapatkan dukungan penuh dari PLN apalagi berhubungan dengan gerakan mendukung langit biru Jakarta.
"PLN memberikan dukungan salah satunya dengan cara mempercepat pemasangan solar cell bagi masyarakat yang ingin menggunakannya," katanya lagi.
PLN menyambut baik hal tersebut, apalagi sebagai perusahaan listrik PLN juga bersedia membeli pasokan listrik yang dihasilkan dari solar cell tersebut. Harganya sekitar 65 persen dari tarif listrik PLN.
Menurutnya penggunaan solar cell terbilang mudah apalagi efektifitas matahari di Jakarta mencapai 30 persen setiap harinya. Artinya ada sekitar 3 jam energi matahari yang bisa digunakan untuk mendukung penggunaan solar cell tersebut.
"Pemerintah memang ada program terkait Enegri Baru Terbarukan (EBT) sampai nanti 2023," pungkasnya.
(gus) Next Article Pemerintah Kucurkan Rp 3 T Untuk Insentif Biaya Listrik
Most Popular