
Waspada! Sri Mulyani Ungkap 5 Risiko Ekonomi 2019
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
13 June 2019 16:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan berada pada kisaran 5,3% pada tahun ini. Masih banyak risiko yang bisa menekan pertumbuhan ekonomi negatif ke bawah.
International Monetary Fund (IMF) juga telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini dari sebelumnya 3,5% menjadi 3,3%.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, masih ada risiko yang mengancam pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Risiko tersebut adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, ketidakpastian soal Brexit, fluktuasi harga minyak dunia, kondisi geopolitik, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi China.
"Kami menghadiri pertemuan G20 dan ini masih terkonfirmasi faktor yang merupakan down side risk masih cukup terlihat, di antara para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20," kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Kamis (13/6/2019).
Dia mengatakan, target pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan mengalami tekanan atau terancam tak capai target. Sementara inflasi diperkirakan akan sesuai target. Untuk nilai tukar, diperkirakan akan lebih kuat dari asumsi yang sebesar Rp 15.000/US$. Harga minyak yang ditargetkan US$ 70/barel akan meleset atau di bawah target. Lifting minyak juga tidak akan tercapai.
Untuk mengingatkan, berikut asumsi makro dalam APBN 2019:
(wed/dru) Next Article Tumbuh 7%, Sri Mulyani: Ini Bukan Jaminan Ekonomi RI Pulih!
International Monetary Fund (IMF) juga telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini dari sebelumnya 3,5% menjadi 3,3%.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, masih ada risiko yang mengancam pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Risiko tersebut adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, ketidakpastian soal Brexit, fluktuasi harga minyak dunia, kondisi geopolitik, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi China.
Dia mengatakan, target pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan mengalami tekanan atau terancam tak capai target. Sementara inflasi diperkirakan akan sesuai target. Untuk nilai tukar, diperkirakan akan lebih kuat dari asumsi yang sebesar Rp 15.000/US$. Harga minyak yang ditargetkan US$ 70/barel akan meleset atau di bawah target. Lifting minyak juga tidak akan tercapai.
Untuk mengingatkan, berikut asumsi makro dalam APBN 2019:
- Pertumbuhan Ekonomi 5,3%
- Inflasi 3,5%
- Nilai tukar Rp 15.000/US$
- Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 5,3%
- Harga minyak US$ 70/barel
- Lifting minyak 775.000 barel/hari
- Lifting gas 1,25 juta barel setara minyak/hari
- Cost recovery US$ 10,22 miliar
(wed/dru) Next Article Tumbuh 7%, Sri Mulyani: Ini Bukan Jaminan Ekonomi RI Pulih!
Most Popular