Disebut Hoax oleh Gerindra, Sri Mulyani: Saya Sampaikan Fakta

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
12 June 2019 10:10
Tekanan yang berasal dari luar yang berdampak pada perekonomian nasional juga berdasarkan fakta.
Foto: Sri mulyani Open House (CNBC Indonesia/Lidya Julita S)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan tegas mengatakan apa yang ia sampaikan mengenai kondisi perekonomian Indonesia selalu berdasarkan fakta. Bahwa tekanan yang berasal dari luar yang berdampak pada perekonomian nasional juga berdasarkan fakta.

Sebelumnya, Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Bambang Haryo yang menyatakan pemerintah terlalu mengambing-hitamkan perang dagang sehingga perekonomian tidak pernah capai target. Padahal negara lain bis, sehingga omongannya selama ini dinilai Hoax.

"Jadi apa yang disampaikan Menkeu tidak benar. Ini sama dengan pembohongan dan hoax, harus diluruskan. Apa yang dikatakan Menteri Keuangan itu tidak benar, dan ini merupakan pembohongan publik," ujar Bambang pada rapat Paripurna kemarin.



Tidak terima dengan hal ini, Sri Mulyani membantah dengan tegas.

"Yang saya sampaikan statement fakta, kalau bicara preskripsi apa yang harus dilakukan itu beda," tegas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Bambang juga mengatakan bahwa Indonesia harus memanfaatkan kondisi perang dagang dengan merebut pangsa ekspor China ke AS. Pasalnya hal ini mampu dilakukan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Tapi Indonesia ekspornya justru tidak meningkat.

Sri Mulyani menjelaskan, bahwa keadaannya berbeda. Ia menilai bahwa data ekspor yang dikatakan Bambang pada tahun 2012 hingga 2014 adalah sebelum adanya perang dagang dan ekspor tidak tertekan. Selain itu, sejak 2014 pertumbuhan ekspor kembali mengalami kontraksi hingga 2017 awal dan mulai membaik pada kuartal akhir 2017.



"Jadi memang waktu 2014, 2015, 2016 kita masuk dalam suasana kondisi ekonomi global yang sangat menekan, harga komoditas jatuh dan volume dari ekspor kita juga menurun. Ini yang menyebabkan kontraksi, waktu kita sudah lihat recovery yaitu mulanya akhir 2017 dan berlangsung di 2018, tiba-tiba di akhir 2018 presiden Trump eskalasi, ini yang menyebabkan," jelasnya.

Ia mencontohkan bahwa perang dagang tidak hanya berdampak bagi Indonesia tapi juga ekonomi global. Oleh karena itu, seluruh lembaga dunia seperti IMF dan Bank Dunia bahkan merevisi proyeksi PDB global.

"Mungkin kalau pak Bambang Haryo melihat statement dari institusi multilateral yang buat proyeksi ekonomi 2019, kalau bapak lihat di spring recovery dunia mulai sehat, itu spring tahun lalu positif, begitu masuk fall September mereka mulai katakan ini down side risk masih tinggi, begitu masuk 2019 eskalasi tinggi, down side risk realize sehingga spring kemarin dan bahkan G20 kemarin, mereka lakukan koreksi ke bawah," kata dia.

Disebut Hoax oleh Gerindra, Sri Mulyani: Saya Sampaikan FaktaFoto: S&P


Menurutnya, tekanan ini bahkan masih akan terjadi karena belum ada tanda penyelesaian perang dagang antara AS dan China. Pasalnya, keduanya ingin cara penyelesaian yang berbeda.

"Poin kita hari ini, ekonomi kita ikut terbawa karena dengan global ekonomi growth melemah disumbangkan dariChina yang sendiri alami tekanan, apalagi mereka moderasi dari PDB nya, maka permintaan barang komoditas kita menjadi menurun dan itu yang jelaskan kenapa ekspor kita kontraksi, jadi itu yang disampaikan (ke masyarakat)," jelasnya.
(dru) Next Article Kabar Duka: Ibu Fadli Zon Meninggal di RSUI Depok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular