Jalur Mudik Primadona, Inilah Kisah Trans Jawa & Pansela

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 June 2019 20:45
Rampungnya tol Trans Jawa dan Pantai Selatan (Pansela) menjadi fenomena tersendiri.
Foto: Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR
Jakarta, CNBC Indonesia - Rampungnya tol Trans Jawa dan Pantai Selatan (Pansela) menjadi fenomena tersendiri bagi penduduk kelahiran Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur untuk menunaikan budaya mudik tahunan. 

Dengan adanya kedua jalur tersebut, jarak tempuh dan waktu tempuh tentu menjadi lebih singkat bagi pemudik yang memang harus melepaskan diri dari kemacetan.  

Saat ini, berarti sudah ada empat pilihan jalur mudik tentu dapat menjadi pilihan bagi pemudik asal Jawa yaitu Pantai Utara (Pantura), Trans Jawa, Jalur Selatan, dan Pansela.  Berikut dua jalur baru yang sedang happening musim mudik saat ini.  


Trans Jawa, Persingkat Waktu Berkendara 

Trans Jawa adalah jaringan tol yang menghubungkan dua kota utama di Jawa yaitu Jakarta-Surabaya serta kota lain untuk memudahkan mobilisasi.  

Dasar utama dari jalur Trans Jawa tersebut adalah Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan (The Great Post Road/De Grote Postweg) yang dibangun Gubernur Jenderal ke-36 Hindia Belanda yaitu Herman Willem Daendels pada 1808.  

Daendels menerima perintah pembangunan jalur tersebut dari Raja Louis Bonaparte yang memerintah Kerajaan Belanda saat itu, ketika berkecamuknya Perang Napoleon, karena kedudukan Perancis yang masih musuh bebuyutan Inggris dengan kedudukan yang kuat di Bengkulu.  

Karena perintah tidak dibarengi dengan alokasi anggaran pemugaran jalur yang sering hilang di musim hujan karena diterjang hujan tropis tersebut, maka Daendels menggunakan strategi kerja paksa yang diklaim menelan korban ribuan pribumi dalam proyek kilat setahun tersebut. 
Jalur Mudik Primadona, Inilah KIsah Trans Jawa & PanselaFoto: Presiden RI Joko Widodo Resmikan Tol Trans Jawa di jembatan Kalikuto, Kabupaten Kendal Jawa Tengah (dok. BUMN)
Kerja paksa jalan raya raksasa itulah yang menjadi salah satu program pemerintahan Hindia Belanda yang mempopulerkan istilah kerja rodi hingga sekarang ini. 

Meskipun pembangunan jalan tersebut sukses, tetapi sejarah berkata lain ketika Jawa jatuh ke tangan Inggris melalui operasi militer pada September 1811, yaitu dengan serangan amfibi baik dari kapal maupun pengangkutan serdadu di bawah komando Gubernur Jenderal Inggris di India, Lord Minto.   

Kembali ke masa kini, tidak semua jalan tol Trans Jawa adalah tol baru karena enam dari 17 ruas tol Trans Jawa sepanjang +/- 1.000 Km sudah diresmikan sebelum 2015 dan yang paling tua adalah Tol Jakarta-Merak yang dibangun sejak 1974.  

Jalan Tol Jakarta-Merak adalah jalan tol yang diresmikan pertama dari seluruh Trans Jawa.

Diresmikan pada 1984 oleh Presiden Soeharto, Jalan Tol Jakarta-Merak terdiri dari ruas Jakarta-Tangerang (26,3 Km) dan Tangerang Merak (72 Km).
 

Di sisi lain, jalan tol terakhir yang diresmikan sebelum musim Lebaran 2019 adalah Jalan Tol Pasuruan Probolinggo (Paspro) di Jawa Timur sepanjang 45 Km, yang menjadi bagian dari Jalan Tol Surabaya-Banyuwangi.  

Trans Jawa, yang dikerjakan selama 6 periode presiden, ditengarai telah mempersingkat waktu mudik tahun ini dibanding tahun lalu. 



Berikut daftar 17 jalan tol yang menjadi bagian dari Trans Jawa:



Pansela, Keindahannya Tiada Tara 

Pansela merupakan jalur Pantai Selatan Jawa yang sudah disosialisasikan sebagai jalur alternatif mudik sejak 2018 silam dengan total panjang 1.405 Km. 

Meskipun masih lebih sepi daripada jalur lain, penggunaan Pansela sebagai jalur alternatif mudik ditetapkan karena renovasi bentangan aspal di Pansela telah digenjot pemerintah dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.  

Hingga April, jalur Pansela dinyatakan sudah tersambung dengan baik sepanjang 328 Km dan sudah termasuk jalur Yogyakarta 116 Km, dan nantinya akan disambung pemugarannya dengan jalur di Jawa Timur.  

Jalur ini dianggap sebagai jalan eksotik karena berada pada garis pantai Selatan sehingga di sepanjang perjalanannya pengendara dapat menikmati keindahan alam bibir laut Jawa.  

Berikut ini daftar wisata yang dapat disinggahi di Jalur Pansela: 

Kabupaten Sukabumi: Pantai Geopark, Pantai Ujung Genteng, Pantai Tegal Buleud.
Kabupaten Cianjur: Pantai Arafa, Jembatan Cilaki.
Kabupaten Garut: Pantai Rancabuaya, Pantai Guha, Pantai Cijayana, Pantai Sayang Heulang, Pantai Santolo.
Kabupaten Pangandaran: Pantai Mandasari, Pantai Batu Hiu, Pantai Pangandaran.
Kabupaten Tasikmalaya: Pantai Karangtawulan.
Kabupaten Cilacap: Pantai Teluk Penyu, Pantai Nusakambangan.
Kabupaten Kebumen: Pantai Menganti, Pantai Bopong.
Kabupaten Purworejo: Pantai Jetis, Pantai Jatimalang.
Kabupaten Wonogiri: Pantai Nampu, Waduk Gajahmungkur.
Kabupaten Kulon Progo: Pantai Congot, Pantai Glagah, Pantai Trisik.
Kabupaten Bantul: Pantai Baru, Pantai Kuwaru, Pantai Goa Cemara, Pantai Samas, Pantai Depok, Pantai Parangkusumo, Pantai Parangtritis.
Kabupaten Gunung Kidul: Pantai Kesirat, Pantai Gesing, Pantai Ngulen, Pantai Ngedan, Pantai Nguyahan, Pantai Ngobaran, Pantai Torohudan, Pantai Ngrawah, Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Watu Kodok, Pantai Drini, Pantai Krakal, Pantai Sadranan, Pantai Sundak, Pantai Indrayanti, Pantai Seruni, Pantai Jogan, Pantai Nglambor, Pantai Siung, Pantai Watulumbung, Pantai Wediombo, Pantai Greweng, Pantai Sedahan, Pantai Sadeng.  


Dasar dari jalur Pansela ini adalah jalan yang dibuat Asisten Residen (Adsistent Resident) Hindia Belanda di Ambal bernama Augustus Derk Daendels.
 

Augustus Daendels kebetulan adalah anak ke 11 dari 13 keturunan langsung Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang membangun Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan.  

Karena kesamaan nama inilah, publik sering salah kaprah dengan menganggap istilah 'Jalur Daendels' di Selatan Jawa ini terkait dengan HW Daendels si gubernur jenderal, atau dengan Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan. 

Sifat ambisius Augustus Daendels pun ternyata menurun dari ayahnya, hingga masuk ke dalam daftar Algemeene Lijst van Personen Het Radicaal van Indisch Ambetenaar Bezittende (Daftar Pejabat di Hindia Belanda yang radikal). 

Augustus Daendels memulai pemugaran jalur Selatan pada 1838 dengan memanfaatkan kondisi baru berakhirnya Perang Jawa (Perang Djawa/Java War) yang dikenal di Indonesia dengan Perang Diponegoro setelah berlangsung selama 5 tahun pada 1835. 

Jalur tersebut sebenarnya juga merupakan jalur yang digunakan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa untuk bergerilya dan mengakses Desa Bagelen (Purworejo, Jateng) sehingga sebelum terkenal dengan nama Jalan Daendels, nama yang dikenal penduduk sekitarnya adalah Jalan Diponegoro.  

Berakhirnya Perang Jawa juga dimanfaatkan 'Daendels Junior' untuk mengganti nama Jalan Diponegoro tersebut dengan nama Jalan Daendels. 

Diponegoro juga bukanlah pencetus jalan atau pengaspal jalur tersebut, tetapi memang merupakan jalan tradisional yang digunakan penguasa-penguasa zaman sebelumnya. 

Beberapa yang tercatat adalah sebagai jalur Amangkurat I ketika kabur dari kejaran Trunojoyo yang memberontak Mataram, serta jalur upeti kerajaan-kerajaan di Jawa seperti Majapahit, Kediri, Pajang, Mataram, Cirebon, dan Demak.  

Jalur Selatan tersebut menghubungkan deretan desa yang tidak terputus, yang kemudian disebut dengan Urut Sewu (Oeroet Sewu) sebagai pemisah antara rawa dan lautan. 

Urut Sewu juga dikenal pada masa Mataram Islam sebagai daerah pungutan pajak di luar pusat pemerintahan keraton Negaraagung.   

Berikut jalur Pansela yang terbentang dari Cilegon di Banten hingga Ketapang di ujung Timur Pulau Jawa:

Banten:
Cilegon - Anyer - Pasauran - Carita - Labuhan - Simpang Labuan - Panimbang - Cibaliung - Malingping - Bayah - Cibarenok

Jawa Barat:
Cisolok - Pelabuhan Ratu - Cikembar - Cibadak - Cisaat - Sukabumi - Gekbrong - Cianjur - Citarum - Rajamandala - Padalarang - Bandung - Cileunyi - Cicalengka - Nagrek - Limbangan - Malangbong - Rajapolah - Ciawi - Ciamis - Banjar

Jawa Tengah (Bagian Barat-Selatan)
Majenang - Karangpucung - Wangon - Rawalo - Sampang - Buntu - Sumpiuh - Gombong - Karanganyar - Kebumen - Prembun - Kutoarjo - Purworejo - Bagelen

Yogyakarta
Temon - Wates - Sentolo - Sedayu - Yogyakarta - Piyungan - Patuk - Gading - Wonosari - Semanu - Rongkop

Jawa Tengah (Bagian Timur-Selatan)
Pracimantoro

Jawa Timur
Pacitan - Panggul - Dongko - Trenggalek - Tulungagung - Blitar - Wlingi - Kepanjen - Gondanglegi - Turen - Dampit - Lumajang - Wonorejo - Tanggul - Rambipuji - Jember - Mayang - Sumberjati - Genteng - Wonorekso - Rogojampi - Banyuwangi - Ketapang


TIM RISET CNBC INDONESIA

Saksikan Video Jadwal One Way di Tol Trans Jawa

[Gambas:Video CNBC]


(irv/irv) Next Article Mudik Via Tol Trans Jawa? Ini Tarif ke Daerah Tujuan Favorit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular