
'Online Travel Agent Jangan Buat Konsumen Bingung & Heboh'
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
31 May 2019 11:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat terus dibuat resah dengan kondisi harga tiket pesawat yang semakin liar dan tidak masuk akal, terutama memasuki H-5 Lebaran.
Beberapa rute penerbangan domestik di online travel agent (OTA) seperti Traveloka.com dan Tiket.com dijual mencapai puluhan juta rupiah untuk kelas bisnis. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) turut berkomentar atas hal tersebut.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, viralnya pemberitaan terkait tarif tiket pesawat yang melambung sampai Rp 21 juta bahkan Rp 40 juta, adalah hal yang sangat menggelikan.
"Bagaimana tidak mahal dan melambung, karena rutenya berputar-putar, dan kelas bisnis pula. Masak jurusan Bandung-Medan harus berputar dulu ke Bali, lalu ke Jakarta, baru ke Medan? ini saya kira ulah OTA yang menyesatkan konsumen," kata Tulus, seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (31/5/2019).
"Itu sama saja kita dari Jakarta mau ke Yogya tapi transit di Singapura dulu, lalu ke Jakarta lagi, baru ke Yogya. Aneh bin ajaib. Rute yang ditawarkan OTA tidak rasional, sengaja untuk menguras kantong konsumen," tegasnya.
Menurut Tulus, sudah pasti tiket pesawat kelas bisnis harganya bisa berkali-kali lipat dari kelas ekonomi, apalagi jika transit di berbagai kota. Tiket kelas bisnis/eksekutif di pesawat, bahkan di bus AKAP, tidak diatur oleh pemerintah.
"Yang diatur hanya kelas ekonomi, via TBA [tarif batas atas] dan TBB [tarif batas bawah]. Kelas bisnis tergantung operator maskapai, sesuai mekanisme pasar," jelasnya.
Tulus menjelaskan, tiket kelas bisnis bagi maskapai berfungsi untuk subsidi silang bagi kelas ekonomi yang dianggap masih merugi. Kelas bisnis di pesawat umumnya hanya terdiri dari beberapa kursi, sekitar 10 kursi untuk pesawat jenis Boeing 737 atau Air Bus 320 (narrow body).
"Maka pilihan yang rasional bagi konsumen adalah menggunakan kelas ekonomi saat naik pesawat. Itupun tarifnya kini sudah setinggi langit. Jadi pihak OTA jangan membuat rute tujuan penerbangan yang membuat konsumen bingung dan heboh," pungkasnya.
Public Relations Director Traveloka Sunfitri Rahayu dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia memberikan penjelasan terkait fenomena ini.
"Sehubungan dengan pemberitaan seputar harga tiket pesawat yang melambung, perlu kami sampaikan kembali bahwa selain harga tersebut adalah harga kelas bisnis yang tentu saja jauh lebih mahal dibanding harga kelas ekonomi, yang pada saat viral kemarin sudah habis," ujarnya.
"Kami juga mengimbau dan mengedukasi masyarakat untuk jeli meneliti pembelian. Pemilihan pesawat sangat mudah sekali diatur sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen," lanjut Sunfitri.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Kiamat Pesawat! Tiket Pesawat Bali 'Meledak' Kini Rp 1 Jutaan
Beberapa rute penerbangan domestik di online travel agent (OTA) seperti Traveloka.com dan Tiket.com dijual mencapai puluhan juta rupiah untuk kelas bisnis. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) turut berkomentar atas hal tersebut.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, viralnya pemberitaan terkait tarif tiket pesawat yang melambung sampai Rp 21 juta bahkan Rp 40 juta, adalah hal yang sangat menggelikan.
"Bagaimana tidak mahal dan melambung, karena rutenya berputar-putar, dan kelas bisnis pula. Masak jurusan Bandung-Medan harus berputar dulu ke Bali, lalu ke Jakarta, baru ke Medan? ini saya kira ulah OTA yang menyesatkan konsumen," kata Tulus, seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (31/5/2019).
"Itu sama saja kita dari Jakarta mau ke Yogya tapi transit di Singapura dulu, lalu ke Jakarta lagi, baru ke Yogya. Aneh bin ajaib. Rute yang ditawarkan OTA tidak rasional, sengaja untuk menguras kantong konsumen," tegasnya.
![]() |
Menurut Tulus, sudah pasti tiket pesawat kelas bisnis harganya bisa berkali-kali lipat dari kelas ekonomi, apalagi jika transit di berbagai kota. Tiket kelas bisnis/eksekutif di pesawat, bahkan di bus AKAP, tidak diatur oleh pemerintah.
"Yang diatur hanya kelas ekonomi, via TBA [tarif batas atas] dan TBB [tarif batas bawah]. Kelas bisnis tergantung operator maskapai, sesuai mekanisme pasar," jelasnya.
Tulus menjelaskan, tiket kelas bisnis bagi maskapai berfungsi untuk subsidi silang bagi kelas ekonomi yang dianggap masih merugi. Kelas bisnis di pesawat umumnya hanya terdiri dari beberapa kursi, sekitar 10 kursi untuk pesawat jenis Boeing 737 atau Air Bus 320 (narrow body).
"Maka pilihan yang rasional bagi konsumen adalah menggunakan kelas ekonomi saat naik pesawat. Itupun tarifnya kini sudah setinggi langit. Jadi pihak OTA jangan membuat rute tujuan penerbangan yang membuat konsumen bingung dan heboh," pungkasnya.
Public Relations Director Traveloka Sunfitri Rahayu dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia memberikan penjelasan terkait fenomena ini.
"Sehubungan dengan pemberitaan seputar harga tiket pesawat yang melambung, perlu kami sampaikan kembali bahwa selain harga tersebut adalah harga kelas bisnis yang tentu saja jauh lebih mahal dibanding harga kelas ekonomi, yang pada saat viral kemarin sudah habis," ujarnya.
"Kami juga mengimbau dan mengedukasi masyarakat untuk jeli meneliti pembelian. Pemilihan pesawat sangat mudah sekali diatur sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen," lanjut Sunfitri.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Kiamat Pesawat! Tiket Pesawat Bali 'Meledak' Kini Rp 1 Jutaan
Most Popular