Internasional

Flu Afrika Merajalela, Harga Babi Melonjak Tajam di China

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 April 2019 18:41
Harga daging babi China diperkirakan melonjak lebih dari 70% tahun depan akibat berkurangnya populasi babi karena terkena virus flu babi Afrika.
Foto: REUTERS/Edgard Garrido/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga daging babi China diperkirakan melonjak lebih dari 70% tahun depan akibat berkurangnya populasi babi karena terkena virus flu babi Afrika. Bahkan, jumlah pasokannya anjlok ke level terendah secara historis.

Tingkat produksinya juga diperkirakan baru akan pulih pada 2021 bahkan lebih lama dari itu, menurut para ahli.

Penyakit ini memang menyebabkan babi mati, namun tidak mematikan bagi manusia, seperti dilaporkan CNBC International.

China, produsen daging babi terbesar dunia, telah lama menerima serangan wabah ini. Kini, penyebaran penyakit ini sudah sampai ke wilayah Asia Tenggara dan beberapa negara Eropa. Para ahli mengatakan penyebaran virus dapat memperburuk kekurangan pasokan secara global, kata para ahli.


Hal ini dipastikan akan menaikkan harga daging babi secara global, kata mereka. Namun, beberapa ahli mengaku belum bisa memastikan kenaikan harga lantaran kurangnya transparansi atau kemampuan China dalam menyediakan jumlah ternak babi yang akurat.

Tetapi di China, harga daging babi bisa mencapai puncak 33 yuan (US$ 4,90) per kilogram pada Januari 2020, naik dari titik harga 18,5 yuan per kilogram pada Februari tahun ini, menurut prediksi oleh bank Jepang Nomura. Itu berarti harganya melonjak sekitar 78%.

Harga itu juga melampaui kenaikan tertinggi, yang hampir 40% dari level terendah pada Mei 2018, Nomura menjelaskan dalam laporan baru-baru ini.

China telah mengalami tiga wabah penyakit babi besar atau "siklus babi" sebelum ini, yang juga menyebabkan harga daging babi melonjak. Tapi kali ini, harga bisa meroket lebih tinggi dari sebelumnya, kata Nomura.

Flu Afrika Merajalela, Harga Babi Melonjak Tajam di ChinaFoto: REUTERS/Karl Plume

"Meskipun ada kenaikan harga daging babi, peternak babi mungkin enggan menambah stok babi karena kekhawatiran tentang (demam babi Afrika). Dalam hal ini, peningkatan siklus babi dapat bertahan lebih lama dan mendorong harga daging babi lebih tinggi daripada siklus babi sebelumnya," kata bank tersebut.

Nomura juga merujuk pada faktor-faktor utama lainnya dalam memprediksi kenaikan harga, seperti penurunan rasio harga babi yang berbanding dengan harga jagung, yang menunjukkan bahwa biaya pakan versus harga seekor babi menjadi tidak menguntungkan. Selain itu stok bibit pengembangbiakan juga jatuh ke rekor "level terendah secara historis."

Penurunan stok di China yang membebani pasokan global juga diperkirakan akan menyebabkan kenaikan harga babi di Amerika Serikat (AS), kata Mavis Hui, direktur riset senior di DBS Bank di Hong Kong.


Dia menunjukkan bahwa harga babi China sekarang diperdagangkan sekitar 11% di atas harga futures babi AS. Kontrak berjangka lean Juni di Chicago Mercantile Exchange naik lebih dari 70% sejak 1 Maret.

China mengonsumsi sekitar 28% dari daging dunia, termasuk setengah dari pasokan daging babi global.
(prm) Next Article Xi Jinping Pening! 'Kiamat Babi' Mulai Nyebar ke China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular