
Menjajal MRT, Rasakan Singkatnya Berpindah Tempat di Jakarta
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
13 March 2019 18:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari yang ditunggu-tunggu Rina, pekerja asal Jakarta akhirnya tiba. Ia berkesempatan menjajal moda transportasi publik teranyar di Jakarta yang tengah diujicoba, Moda Raya Terpadu Jakarta. Ia menjajal MRT setelah sebelumnya mendaftar melalui platform e-dagang Bukalapak.
Sebelumnya, Rina terbiasa menggunakan kereta komuter dari rumahnya di Bintaro, Jakarta Selatan menuju kantor.
"Saya ingin mencoba MRT Jakarta, karena kantor saya dekat Bundaran Hotel Indonesia," tuturnya kepada CNBC Indonesia saat dalam perjalanan menuju stasiun MRT di Bundaran Hotel Indonesia, Rabu (13/3/2019).
CNBC Indonesia berkesempatan menjajal "si ular besi" MRT Jakarta bersama rombongan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan pejabat eselon satu lainnya. Perjalanan bertolak dari Stasiun MRT Sisimangaraja, Kebayoran Baru, pukul 14.25 WIB menuju Stasiun Bundaran Hotel Indonesia.
Wuuus! Kereta melaju kencang, dan tak terasa kami telah tiba di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia setelah menempuh perjalanan selama 16 menit dan melalui lima stasiun; yaitu Senayan, Istora Mandiri, Bendungan Hilir, Setiabudi Astra, Dukuh Atas.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, gerbong MRT Jakarta sebetulnya tidak jauh berbeda dengan kereta komuter pada umumnya.
MRT Jakarta menghadirkan sejumlah fasilitas seperti penyejuk udara. Siang itu, indikator panel suhu udara di dalam gerbong menujukkan 23 derajat celcius.
Selain itu, kursi penumpang yang terbuat dari dari material plastik, sehingga lebih keras, ini yang membuatnya berbeda dengan KRL komuter yang menggunakan busa. Satu baris kursi penumpang MRT Jakarta dengan kondisi penuh berkapasitas 7 penumpang dewasa.
Namun, yang istimewa dari MRT Jakarta, punya fasilitas yang memudahkan kaum difabel dengan menyediakan tempat khusus di pojok gerbong, dilengkapi grip yang terbuat dari material alumunium.
"Untuk hand grip penumpang khusus di gerbong difabel dibedakan, khusus berwarna kuning dan berada di gerbong 4B, jadi bagi difabel yang naik pasti akan dari gerbong ini," kata salah satu petugas MRT Jakarta, kepada CNBC Indonesia.
Memang, sensasi menaiki ular besi ini sedikit lebih kencang jika dibandingkan naik kereta komuter. Dalam kondisi tunnel, kecepatan MRT Jakarta bisa mencapai 80 kilometer perjam, dan di luar tunnel, kecepatan maksimum bisa mencapai 100 kilometer perjam. "Karena untuk mengejar ketepatan waktu 30 menit, dari Bundaran Hotel Indonesia - Lebak Bulus, juga sebaliknya," tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Menteri Basuki juga mengaku bangga, Indonesia bisa mempunyai MRT dengan kualitas yang tidak kalah baik dari MRT di Singapura, bahkan Jepang. "Kita sepakat bahwa pesan kita terhadap MRT ini termasuk yang baik, tidak kalah dengan Singapura atau Jepang," kata Menteri Basuki.
Ia berharap, kehadiran transportasi baru di Jakarta itu bisa mengubah sikap masyarakat untuk beralih dari yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi menjadi kendaraan publik. "Satu hal mungkin akan mengubah sikap masyarakat Indonesia dan Jakarta," ujarnya.
Pengamat transportasi Darmaningtyas, menilai, kehadiran MRT Jakarta bisa sebagai titik awal agak masyarakat mulai tertarik beralih menggunakan kendaraan publik.
Ia pun mengapresiasi pemerintah yang telah berinvestasi membangun transportasi publik tersebut, dengan harapan ke depannya jarak tempuhnya bisa terus ditingkatkan lagi dari yang saat ini baru 16 kilometer (Lebak Bulus-Bundaran HI) untuk bisa berlanjut hingga ke Stasiun Kota bahkan Ancol, di utara Jakarta.
"MRT Jakarta akan membuat orang sedikit tertarik menggunakan angkutan umum tapi perubahan-perubahan yang signifikan saya kira tidak akan terjadi, karena kita KRL Jabodetabek itu juga MRT," tuturnya.
Mengenai harga tiket MRT memang masih menjadi pembahasan antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta. Darmaningtyas berpesan, Pemprov DKI tidak mematok harga yang terlampau mahal, agar bisa bersaing dengan ojek online. "Tarif Rp 10 ribu bisa menarik pengguna mobil dan, kedua orang yang meggunakan ojek online, dengan waktu tempuh keselamatan yang lebih baik, tarifnya jangan terlalu mahal," tuturnya.
Direktur Utama MRT Jakarta, William Sabandar menyatakan, biaya investasi MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 16 km memakan biaya sekitar Rp 16 T. Sementara untuk pembangunan MRT Jakarta fase II rute Bundaran HI-Kampung Bandan sepanjang 8,5 km memakan biaya sekitar Rp 22,5 triliun.
"Saat ini biaya perawatannya per tahun sebesar Rp 500 miliar," tandasnya.
Bagaimana, Anda tertarik naik MRT Jakarta?
(hps) Next Article Asyik! Tahun Depan MRT Fatmawati-Taman Mini Mulai Dibangun
Sebelumnya, Rina terbiasa menggunakan kereta komuter dari rumahnya di Bintaro, Jakarta Selatan menuju kantor.
"Saya ingin mencoba MRT Jakarta, karena kantor saya dekat Bundaran Hotel Indonesia," tuturnya kepada CNBC Indonesia saat dalam perjalanan menuju stasiun MRT di Bundaran Hotel Indonesia, Rabu (13/3/2019).
CNBC Indonesia berkesempatan menjajal "si ular besi" MRT Jakarta bersama rombongan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan pejabat eselon satu lainnya. Perjalanan bertolak dari Stasiun MRT Sisimangaraja, Kebayoran Baru, pukul 14.25 WIB menuju Stasiun Bundaran Hotel Indonesia.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, gerbong MRT Jakarta sebetulnya tidak jauh berbeda dengan kereta komuter pada umumnya.
MRT Jakarta menghadirkan sejumlah fasilitas seperti penyejuk udara. Siang itu, indikator panel suhu udara di dalam gerbong menujukkan 23 derajat celcius.
Selain itu, kursi penumpang yang terbuat dari dari material plastik, sehingga lebih keras, ini yang membuatnya berbeda dengan KRL komuter yang menggunakan busa. Satu baris kursi penumpang MRT Jakarta dengan kondisi penuh berkapasitas 7 penumpang dewasa.
Namun, yang istimewa dari MRT Jakarta, punya fasilitas yang memudahkan kaum difabel dengan menyediakan tempat khusus di pojok gerbong, dilengkapi grip yang terbuat dari material alumunium.
"Untuk hand grip penumpang khusus di gerbong difabel dibedakan, khusus berwarna kuning dan berada di gerbong 4B, jadi bagi difabel yang naik pasti akan dari gerbong ini," kata salah satu petugas MRT Jakarta, kepada CNBC Indonesia.
Memang, sensasi menaiki ular besi ini sedikit lebih kencang jika dibandingkan naik kereta komuter. Dalam kondisi tunnel, kecepatan MRT Jakarta bisa mencapai 80 kilometer perjam, dan di luar tunnel, kecepatan maksimum bisa mencapai 100 kilometer perjam. "Karena untuk mengejar ketepatan waktu 30 menit, dari Bundaran Hotel Indonesia - Lebak Bulus, juga sebaliknya," tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Menteri Basuki juga mengaku bangga, Indonesia bisa mempunyai MRT dengan kualitas yang tidak kalah baik dari MRT di Singapura, bahkan Jepang. "Kita sepakat bahwa pesan kita terhadap MRT ini termasuk yang baik, tidak kalah dengan Singapura atau Jepang," kata Menteri Basuki.
Ia berharap, kehadiran transportasi baru di Jakarta itu bisa mengubah sikap masyarakat untuk beralih dari yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi menjadi kendaraan publik. "Satu hal mungkin akan mengubah sikap masyarakat Indonesia dan Jakarta," ujarnya.
Pengamat transportasi Darmaningtyas, menilai, kehadiran MRT Jakarta bisa sebagai titik awal agak masyarakat mulai tertarik beralih menggunakan kendaraan publik.
Ia pun mengapresiasi pemerintah yang telah berinvestasi membangun transportasi publik tersebut, dengan harapan ke depannya jarak tempuhnya bisa terus ditingkatkan lagi dari yang saat ini baru 16 kilometer (Lebak Bulus-Bundaran HI) untuk bisa berlanjut hingga ke Stasiun Kota bahkan Ancol, di utara Jakarta.
"MRT Jakarta akan membuat orang sedikit tertarik menggunakan angkutan umum tapi perubahan-perubahan yang signifikan saya kira tidak akan terjadi, karena kita KRL Jabodetabek itu juga MRT," tuturnya.
Mengenai harga tiket MRT memang masih menjadi pembahasan antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta. Darmaningtyas berpesan, Pemprov DKI tidak mematok harga yang terlampau mahal, agar bisa bersaing dengan ojek online. "Tarif Rp 10 ribu bisa menarik pengguna mobil dan, kedua orang yang meggunakan ojek online, dengan waktu tempuh keselamatan yang lebih baik, tarifnya jangan terlalu mahal," tuturnya.
Direktur Utama MRT Jakarta, William Sabandar menyatakan, biaya investasi MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 16 km memakan biaya sekitar Rp 16 T. Sementara untuk pembangunan MRT Jakarta fase II rute Bundaran HI-Kampung Bandan sepanjang 8,5 km memakan biaya sekitar Rp 22,5 triliun.
"Saat ini biaya perawatannya per tahun sebesar Rp 500 miliar," tandasnya.
Bagaimana, Anda tertarik naik MRT Jakarta?
(hps) Next Article Asyik! Tahun Depan MRT Fatmawati-Taman Mini Mulai Dibangun
Most Popular