
PLN-Pertamina Didorong IPO Agar Lebih Transparan
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
13 March 2019 15:54

Jakarta, CNBC Indonesia- Sudah banyak BUMN yang tercatat melantai di bursa, tetapi belum ada PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) di dalamnya. Mungkinkan suatu saat kedua BUMN energi tersebut menjadi perusahaan publik?
Direktur Pelaksana Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LMFEBUI) Toto Pranoto menilai, tidak menutup kemungkinan hal tersebut bisa terjadi suatu saat.
Ia menjelaskan, jika dilihat di Indonesia, menurutnya, banyak aspek yang harus PLN dan Pertamina kelola terlebih dulu dari hulu ke hilir, sehingga kebijakannya saat ini lebih mendahulukan untuk anak usaha yang menjadi perusahaan publik.
"Supaya paling tidak mereka bisa memperkuat dulu di hilirnya, sehingga nanti pada saat konsolidasinya sudah selesai dan kuat, baru nanti dipikirkan induknya untuk go public atau tidak," ujar Toto saat dijumpai di Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Lebih lanjut, ia berpendapat, dengan menjadi perusahaan publik, akan membawa dampak positif bagi PLN dan Pertamina. Pasalnya, dengan go public, maka perusahaan dituntut untuk selalu menorehkan kinerja positif agar harga sahamnya tetap terus baik.
"Karena harus transparan, maka mereka dituntut untuk terus menjadi lebih baik, karena harga saham ditentukan oleh masa depan kinerja perusahaan, sehingga membuat perusahaan harus melakukan pengelolaan dengan cara-cara yang lebih baik," tandas Toto.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro menegaskan, Pertamina dan PLN tidak mengalami rugi. Pertamina disebut masih punya banyak laba, dan PLN masih untung prognosanya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno. Ia menuturkan, jumlah BUMN yang merugi juga semakin sedikit, kecuali yang sudah rugi dari awalnya, seperti yang sudah tidak beroperasi dan sebagainya.
"Tapi kalau yang tadinya rugi, sudah baik kok, seperti Krakatau Steel, Balai Pustaka, Primisima dan lainnya. Garuda Indonesia nanti kita tunggu deh. Kalau Pertamina dan PLN juga baik-baik saja kok. Akhir Februari sudah harus keluar, harus diumumin," pungkas Fajar.
Saksikan video PLN menerbitkan global bond US$ 1,5 miliar
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article 3 Utang Fantastis BUMN dari Bank Asing di 2018
Direktur Pelaksana Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LMFEBUI) Toto Pranoto menilai, tidak menutup kemungkinan hal tersebut bisa terjadi suatu saat.
"Supaya paling tidak mereka bisa memperkuat dulu di hilirnya, sehingga nanti pada saat konsolidasinya sudah selesai dan kuat, baru nanti dipikirkan induknya untuk go public atau tidak," ujar Toto saat dijumpai di Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Lebih lanjut, ia berpendapat, dengan menjadi perusahaan publik, akan membawa dampak positif bagi PLN dan Pertamina. Pasalnya, dengan go public, maka perusahaan dituntut untuk selalu menorehkan kinerja positif agar harga sahamnya tetap terus baik.
"Karena harus transparan, maka mereka dituntut untuk terus menjadi lebih baik, karena harga saham ditentukan oleh masa depan kinerja perusahaan, sehingga membuat perusahaan harus melakukan pengelolaan dengan cara-cara yang lebih baik," tandas Toto.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro menegaskan, Pertamina dan PLN tidak mengalami rugi. Pertamina disebut masih punya banyak laba, dan PLN masih untung prognosanya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno. Ia menuturkan, jumlah BUMN yang merugi juga semakin sedikit, kecuali yang sudah rugi dari awalnya, seperti yang sudah tidak beroperasi dan sebagainya.
"Tapi kalau yang tadinya rugi, sudah baik kok, seperti Krakatau Steel, Balai Pustaka, Primisima dan lainnya. Garuda Indonesia nanti kita tunggu deh. Kalau Pertamina dan PLN juga baik-baik saja kok. Akhir Februari sudah harus keluar, harus diumumin," pungkas Fajar.
Saksikan video PLN menerbitkan global bond US$ 1,5 miliar
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article 3 Utang Fantastis BUMN dari Bank Asing di 2018
Most Popular