
Hari Perempuan Internasional
Perempuan di Pusaran Industrialisasi & Ekspansi Ekonomi
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
08 March 2019 15:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap tahun, pada 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional sebagai penghargaan dan bentuk emansipasi perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial.
Hari Perempuan Internasional pertama kali diperingati pada 28 Februari 1909 di New York dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis AS. Ini bermula saat memasuki abad ke-20 dimana gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi memunculkan banyak sekali protes terkait kondisi kerja perempuan.
Pada saat itu, banyak pekerja pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City.
Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.
Peringatan Hari Perempuan Sedunia telah berlangsung sejak tahun 1900-an, di masa ekspansi industri. Peringatan itu sendiri diawali dengan kegelisahan besar dan debat kritis di kalangan perempuan pada 1908.
Para aktivis perempuan pada saat itu menganggap ada tekanan dan perlakuan tidak adil terhadap kaum hawa di masa itu. Hingga akhirnya, sekitar 15 ribu perempuan melakukan aksi berjalan kaki di New York, Amerika Serikat.
Lalu pada 1909, gerakan perempuan didukung oleh kalangan sosialis Amerika. Bersamaan dengan deklarasi Partai Sosialis Amerika, 28 Februari, mereka menetapkan pula tanggal itu sebagai hari perempuan. Hingga 1913, perempuan Amerika terus merayakan hari perempuan pada 28 Februari.
Berubahnya peringatan menjadi 8 Maret memiliki sejarah berliku. Pada 1910, Konferensi Internasional Perempuan Pekerja digelar di Copenhagen, Denmark.
Konferensi melibatkan 100 perempuan dari 17 negara, mewakili serikat pekerja, partai sosialis, kelompok pekerja perempuan, termasuk tiga perempuan pertama yang dipilih sebagai anggota Parlemen Finlandia.
Clara Zetkin, pemimpin lembaga perempuan pada Partai Demokrasi Sosialis Jerman mengusulkan agar seluruh negara memperingati hari perempuan pada tanggal yang sama. Tujuannya untuk memperkuat tuntutan mereka.
Pada 1911, mengikuti keputusan konferensi, hari perempuan internasional pertama diperingati di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss pada 19 Maret. Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki menghadiri kampanye memperjuangkan hak perempuan bekerja, memiliki hak pilih, mengikuti pelatihan, memegang jabatan publik, dan mengakhiri diskriminasi.
Namun, kurang dari sepekan kemudian, pada 25 Maret, terjadi peristiwa "Segitiga Api" di New York yang merenggut nyawa lebih dari 140 perempuan pekerja.
Sejarah berlanjut di Benua Eropa. Kala masa Perang Dunia I, sekitar 1913 dan 1914, hari perempuan sedunia juga menjadi cara memprotes perang alias gerakan perdamaian. Para perempuan berunjuk rasa, baik untuk memprotes perang maupun sebagai aksi solidaritas sesama aktivis perempuan.
Tahun 1917, perempuan Rusia kembali menggelar aksi protes atas kematian lebih dari 2 juta tentara Rusia dalam perang melalui kampanye "Bread and Roses". Protes itu terjadi pada 23 Februari, menurut kalender Julian yang digunakan di Rusia, atau 8 Maret menurut tanggalan Gregorian.
Meski ditentang pemimpin politik negeri itu, mereka tak mundur dan terus memprotes hingga empat hari kemudian, Tsar runtuh. Akhirnya, pemerintah provinsi memberi hak pilih pada perempuan di sana. Sejak itulah, hari perempuan diperingati pada 8 Maret.
Di Barat, Hari Perempuan Internasional dirayakan pada tahun sekitar tahun 1910-an dan 1920-an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an.
Pada 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
(hps) Next Article Rayakan Hari Perempuan Sedunia via Aksi di Kawasan Ring 1
Hari Perempuan Internasional pertama kali diperingati pada 28 Februari 1909 di New York dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis AS. Ini bermula saat memasuki abad ke-20 dimana gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi memunculkan banyak sekali protes terkait kondisi kerja perempuan.
Pada saat itu, banyak pekerja pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City.
![]() Pekerja perempuan di pabrik garmen |
Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.
Para aktivis perempuan pada saat itu menganggap ada tekanan dan perlakuan tidak adil terhadap kaum hawa di masa itu. Hingga akhirnya, sekitar 15 ribu perempuan melakukan aksi berjalan kaki di New York, Amerika Serikat.
Lalu pada 1909, gerakan perempuan didukung oleh kalangan sosialis Amerika. Bersamaan dengan deklarasi Partai Sosialis Amerika, 28 Februari, mereka menetapkan pula tanggal itu sebagai hari perempuan. Hingga 1913, perempuan Amerika terus merayakan hari perempuan pada 28 Februari.
Berubahnya peringatan menjadi 8 Maret memiliki sejarah berliku. Pada 1910, Konferensi Internasional Perempuan Pekerja digelar di Copenhagen, Denmark.
Konferensi melibatkan 100 perempuan dari 17 negara, mewakili serikat pekerja, partai sosialis, kelompok pekerja perempuan, termasuk tiga perempuan pertama yang dipilih sebagai anggota Parlemen Finlandia.
Clara Zetkin, pemimpin lembaga perempuan pada Partai Demokrasi Sosialis Jerman mengusulkan agar seluruh negara memperingati hari perempuan pada tanggal yang sama. Tujuannya untuk memperkuat tuntutan mereka.
Pada 1911, mengikuti keputusan konferensi, hari perempuan internasional pertama diperingati di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss pada 19 Maret. Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki menghadiri kampanye memperjuangkan hak perempuan bekerja, memiliki hak pilih, mengikuti pelatihan, memegang jabatan publik, dan mengakhiri diskriminasi.
Namun, kurang dari sepekan kemudian, pada 25 Maret, terjadi peristiwa "Segitiga Api" di New York yang merenggut nyawa lebih dari 140 perempuan pekerja.
Sejarah berlanjut di Benua Eropa. Kala masa Perang Dunia I, sekitar 1913 dan 1914, hari perempuan sedunia juga menjadi cara memprotes perang alias gerakan perdamaian. Para perempuan berunjuk rasa, baik untuk memprotes perang maupun sebagai aksi solidaritas sesama aktivis perempuan.
Tahun 1917, perempuan Rusia kembali menggelar aksi protes atas kematian lebih dari 2 juta tentara Rusia dalam perang melalui kampanye "Bread and Roses". Protes itu terjadi pada 23 Februari, menurut kalender Julian yang digunakan di Rusia, atau 8 Maret menurut tanggalan Gregorian.
Meski ditentang pemimpin politik negeri itu, mereka tak mundur dan terus memprotes hingga empat hari kemudian, Tsar runtuh. Akhirnya, pemerintah provinsi memberi hak pilih pada perempuan di sana. Sejak itulah, hari perempuan diperingati pada 8 Maret.
Di Barat, Hari Perempuan Internasional dirayakan pada tahun sekitar tahun 1910-an dan 1920-an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an.
Pada 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
(hps) Next Article Rayakan Hari Perempuan Sedunia via Aksi di Kawasan Ring 1
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular