Refleksi

Outlook Ekonomi Tahun Politik: Apa yang Bikin Tidak Pasti?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 March 2019 20:25
Utang Korporasi China Macet, RI Bisa Ikut Terpukul
Foto: CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jika serangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap pesaingnya, China yang merupakan negara berekonomi terbesar kedua dunia berlanjut dengan skala yang masif, terbuka peluang Indonesia dan negara di seluruh dunia menghadapi gejolak ekonomi tahun ini.

Perang dagang sejauh ini memang belum mengganggu perekonomian dunia. Namun jika dilihat lebih dekat, perekonomian China sedikit terpengaruh sementara AS di atas angin. PDB AS pada 2018 tumbuh 2,2%, dibandingkan 1,6% (2017).

Di sisi lain, PDB China melambat menjadi 6,6% dibandingkan dengan posisi 2017 pada 6.8%.
Kondisi ini pun menekan kinerja korporasi di China yang sebagian besar menerbitkan obligasi. Pada 2018 sudah ada 26 perusahaan yang angkat tangan alias gagal bayar obligasi. Total nilainya mencapai 120 miliar yuan (Rp250 triliun), atau naik 4 kali lipat dari posisi tahun 2017.

CNBC melaporkan sebanyak 40 perusahaan telah melaporkan kegagalan membayar bunga obligasi secara tepat waktu. Sebanyak 26 di antaranya, senilai 53 miliar yuan, akan jatuh tempo tahun ini dengan 13,6 miliar yuan sudah resmi mengumumkan gagal bayar baru-baru ini.

Korban terbaru adalah China Minsheng Investment Group Corp yang banyak berinvestasi di energi terbarukan seperti solar panel (panel surya). Produk panel surya adalah salah satu kelompok barang yang dikenakan tarif tambahan oleh AS, sehingga China mengadukan persoalan itu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Sejauh ini China Minsheng baru gagal membayar bunga obligasi. Jika berlarut-larut hingga gagal membayar pokok obligasi, maka perusahaan itu akan menjadi emiten dengan nilai gagal bayar obligasi yang terbesar, yakni senilai 233 miliar yuan.

Menurut data Refinitiv, sebanyak 650 miliar yuan obligasi akan menyusul jatuh tempo pada Maret 2019. Secara total, sebanyak 5 triliun yuan obligasi akan jatuh tempo tahun ini, dengan separuh di antaranya memiliki peringkat di bawah AA.

Untuk itu, perhatikan terus data PPI (producer price index) yang menjadi indikator profitabilitas industri manufaktur sebuah negara. Dalam dua bulan terakhir, angka PPI China dua bulan ini anjlok. Pemerintah China berusaha mengatasi situasi ini dengan menyerukan perbankan untuk turun tangan.


Oleh karena itu, jika perang dagang terus berlanjut hingga menekan kinerja operasional emiten obligasi di China dalam skala luas hingga memicu domino efek terhadap industri keuangan negara tersebut, pelaku pasar bakal jiper dan memicu jatuhnya bursa dunia, alias sudden reversal dana asing.

Pada gilirannya ketika situasi kian memburuk, pertumbuhan ekonomi Negeri Panda bisa terkontraksi yang pada akhirnya memukul Indonesia, mengingat China adalah mitra dagang terbesar republik ini.

Karenanya, jika bicara soal ketidakpastian, maka lebih relevan jika kita memasang mata dan telinga terhadap aksi proteksionistik AS. Ketidakpastian bukan berasal dari negeri yang bakal merayakan pesta demokrasi ini, tapi di negara “pejuang demokrasi” itu.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(ags/ags)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular