
Tiket Pesawat Domestik Masih Juga Mahal Nih!
Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
01 March 2019 15:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan terakhir kuartal I-2019, harga tiket pesawat masih terpantau mahal.
Sekertaris Umum Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan (Astindo), Pauline Suharno, mengatakan hampir semua rute domestik belum menunjukkan tren turun harga.
"Domestik harganya masih stagnan, masih agak tinggi dibandingkan sebelum- sebelumnya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Dia menjelaskan, mahalnya tarif domestik ini sebenarnya bukan karena harga yang baik atau turun. Sebab, selama ini aturan tarif sudah termaktub dalam Permenhub Nomor 14 tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
Sebelumnya, tiap maskapai terutama low cost carrier (LCC) memiliki kuota berdasarkan subclass dengan harga beragam. Dalam hal ini, ada subclass dengan kuota tertentu yang dipatok mendekati tarif batas bawah.
"Maskapai penerbangan domestik kan mereka ada subclasses. Kalau dulunya dibuka dari subclasses paling murah yang berarti tarif batas bawah tapi sekarang subclasses yang murah-murah itu tidak dibuka," papar Pauline.
"Jadi harga terpantau mahal karena kelas-kelas yang dibuka adalah subclasses atas yang hampir menyentuh tarif batas atas," bebernya.
Berdasarkan pengamatannya, hampir semua maskapai di semua rutenya tidak lagi membuka subclass dengan harga murah. Belakangan, Garuda Indonesia mengklaim menurunkan harga tiket 20%. Namun kenyataannya penurunan harga yang diklaim tidak signifikan.
"Garuda kemarin waktu diminta Presiden menurunkan harga 20%, itu jadinya mereka bukan menurunkan harga, tapi membuka subclasses murah," lanjutnya.
Dikatakan, tarif murah Garuda ini tidak berlaku ketika permintaan penumpang meningkat di rute tertentu. Melainkan, hanya dibuka ketika weekday yang memungkinkan penumpang bepergian tak terlalu banyak.
"Nah ini mereka lihat demand, kalau ke Bali misalnya biasa sampai pagi sampai malam penuh nah dia nggak akan buka tuh subclasses murahnya. Tapi di lain sisi kalau weekday kalau mereka rasa demand kurang itu mereka buka subclasses murah," ujarnya.
Itupun, lanjut Pauline, tarifnya tidak terlalu mendekati tarif batas bawah, tetapi lebih ke angka menengah. Di sisi lain, maskapai lain tidak mengikuti jejak Garuda.
"Belum terlihat maskapai lain yang membuka subclasses murah," pungkasnya.
Simak Video Soal Garuda Bicara Harga Tiket :
[Gambas:Video CNBC]
(dru) Next Article Darmin Sebut Tiket Pesawat Mahal Ganggu Pertumbuhan Ekonomi
Sekertaris Umum Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan (Astindo), Pauline Suharno, mengatakan hampir semua rute domestik belum menunjukkan tren turun harga.
"Domestik harganya masih stagnan, masih agak tinggi dibandingkan sebelum- sebelumnya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Sebelumnya, tiap maskapai terutama low cost carrier (LCC) memiliki kuota berdasarkan subclass dengan harga beragam. Dalam hal ini, ada subclass dengan kuota tertentu yang dipatok mendekati tarif batas bawah.
"Maskapai penerbangan domestik kan mereka ada subclasses. Kalau dulunya dibuka dari subclasses paling murah yang berarti tarif batas bawah tapi sekarang subclasses yang murah-murah itu tidak dibuka," papar Pauline.
"Jadi harga terpantau mahal karena kelas-kelas yang dibuka adalah subclasses atas yang hampir menyentuh tarif batas atas," bebernya.
Berdasarkan pengamatannya, hampir semua maskapai di semua rutenya tidak lagi membuka subclass dengan harga murah. Belakangan, Garuda Indonesia mengklaim menurunkan harga tiket 20%. Namun kenyataannya penurunan harga yang diklaim tidak signifikan.
"Garuda kemarin waktu diminta Presiden menurunkan harga 20%, itu jadinya mereka bukan menurunkan harga, tapi membuka subclasses murah," lanjutnya.
Dikatakan, tarif murah Garuda ini tidak berlaku ketika permintaan penumpang meningkat di rute tertentu. Melainkan, hanya dibuka ketika weekday yang memungkinkan penumpang bepergian tak terlalu banyak.
"Nah ini mereka lihat demand, kalau ke Bali misalnya biasa sampai pagi sampai malam penuh nah dia nggak akan buka tuh subclasses murahnya. Tapi di lain sisi kalau weekday kalau mereka rasa demand kurang itu mereka buka subclasses murah," ujarnya.
Itupun, lanjut Pauline, tarifnya tidak terlalu mendekati tarif batas bawah, tetapi lebih ke angka menengah. Di sisi lain, maskapai lain tidak mengikuti jejak Garuda.
"Belum terlihat maskapai lain yang membuka subclasses murah," pungkasnya.
Simak Video Soal Garuda Bicara Harga Tiket :
[Gambas:Video CNBC]
(dru) Next Article Darmin Sebut Tiket Pesawat Mahal Ganggu Pertumbuhan Ekonomi
Most Popular