
Masalah Energi RI: Jual Murah, Beli Mahal
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
17 February 2019 20:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Debat capres kedua akan digelar dalam hitungan menit, salah satu poin yang dibahas dalam debat malam ini sektor energi.
Ekonom senior INDEF Faisal Basri mengatakan masalah energi Indonesia sangat serius, terutama soal cadangan minyak yang merosot drastis dari 11,6 miliar barel di tahun 1980-an ke 3,2 miliar barel per 2017, dan belum ada tambahan cadangan baru.
Begitu juga dengan gas, yang dalam hitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki beberapa skenario agar bisa selamat dari impor gas di beberapa tahun mendatang.
"Kita ingin sebenarnya dengar apa sih strategi mereka untuk bangkitkan kembali cadangan migas karena saya yakin Indonesia cadangannya cukup besar," ujar Faisal dalam wawancara di CNN Indonesia, Minggu (17/2/2019).
Faisal yakin sebagai negara ring of fire dan terdapat 68 gunung api aktif, artinya ada ring of energy juga. Sementara untuk biaya eksplorasi badan geologi hanya diberi anggaran US$ 2 miliar.
Begitu juga dengan panas bumi, yang memiliki cadangan sangat besar di Indonesia tapi jatah PLN tidak seberapa, sisanya dijual ke swasta. "Nanti swasta jual ke PLN-nya lebih mahal," kata dia.
Keluhan lainnya adalah dengan energi yang minim pasokannya dan masih tergantung impor, RI jual murah energinya. "Kita beli energi yang mahal, jual yang murah. Ini tidak hanya di era Jokowi saja tapi era sebelumnya juga," kata Faisal.
(gus/prm) Next Article Subsidi BBM dan Elpiji di 2018 Jebol, Tembus 200% dari Target
Ekonom senior INDEF Faisal Basri mengatakan masalah energi Indonesia sangat serius, terutama soal cadangan minyak yang merosot drastis dari 11,6 miliar barel di tahun 1980-an ke 3,2 miliar barel per 2017, dan belum ada tambahan cadangan baru.
Begitu juga dengan gas, yang dalam hitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki beberapa skenario agar bisa selamat dari impor gas di beberapa tahun mendatang.
Faisal yakin sebagai negara ring of fire dan terdapat 68 gunung api aktif, artinya ada ring of energy juga. Sementara untuk biaya eksplorasi badan geologi hanya diberi anggaran US$ 2 miliar.
Begitu juga dengan panas bumi, yang memiliki cadangan sangat besar di Indonesia tapi jatah PLN tidak seberapa, sisanya dijual ke swasta. "Nanti swasta jual ke PLN-nya lebih mahal," kata dia.
Keluhan lainnya adalah dengan energi yang minim pasokannya dan masih tergantung impor, RI jual murah energinya. "Kita beli energi yang mahal, jual yang murah. Ini tidak hanya di era Jokowi saja tapi era sebelumnya juga," kata Faisal.
(gus/prm) Next Article Subsidi BBM dan Elpiji di 2018 Jebol, Tembus 200% dari Target
Most Popular