Kelas Menengah 'Zaman Now' dan Bantuan dari Sri Mulyani

Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
22 January 2019 14:53
Berbicara tentang angka kemiskinan dan ketimpangan penduduk, tentu tidak bisa dipisahkan dari pembahasan terkait klasifikasi income masyarakat.
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Memimpin Konferensi pers kinerja APBN 2018 di Kementerian Keuangan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Berbicara tentang angka kemiskinan dan ketimpangan penduduk, tentu tidak bisa dipisahkan dari pembahasan terkait klasifikasi income masyarakat.

Misalnya saja ada masyarakat yang tergolong low income, middle income, dan high income. Atau yang sering diistilahkan dengan masyarakat kelas bawah untuk mereka yang berada di dan atau bawah garis kemiskinan, masyarakat kelas menengah, dan masyarakat kelas atas.

Tahun 2018, pemerintah menyatakan kalau telah berhasil menurunkan angka kemiskinan menjadi 9,66%. Sementara itu, ketimpangan sosial juga turun menjadi 0,38 poin.

Di dalam diskusi yang mengangkat tema "Indonesia Bukan Negara Miskin", Selasa (22/1/2019), Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kalau saat ini sebagian besar penduduk Indonesia merupakan masyarakat middle income atau kelas menengah.

Masyarakat 'Zaman Now' dan Bantuan dari Sri MulyaniFoto: Sri Mulyani menghadiri forum A1 "Indonesia Bukan Negara Miskin". (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)


Sri Mulyani menyebutkan kalau masyarakat kelas menengah merupakan masyarakat yang tidak lagi berada dalam jerat kemiskinan tapi masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk semakin meningkatkan taraf hidupnya. Masyarakat ini pun disebut Sri Mulyani cukup kreatif. Mereka mampu menyesuaikan lifestyle dan mendorong pergerakan pasar.

"Buat mereka lifestyle dan experience itu important. Buat mereka minum kopi penting [merujuk pada budaya minum kopi saat ini yang sudah menjadi lifestyle]. Kelas menengah itu demand growthnya tinggi."

"Sekarang mereka [lagi tren] cari makanan dan minuman sehat. Minum sekarang harus pakai tumbler. Makanan sekarang yang vegetarian. Gado-gado jadi populer lagi. Dengan lifestyle itu market luar biasa [pertumbuhannya]. Ada demand, dan supply merespon," sambungnya.

Hal ini mengindikasikan kemajuan ekonomi, karena menunjukkan kemampuan daya beli.

Merespon momentum positif ini, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang diharapkan mampu menjaga agar masyarakat middle income bisa tetap aman dan justru meningkat taraf hidupnya. Apalagi, dari lifestyle dan tingginya permintaan pasar, banyak bermunculan industri kreatif (start up).

"Pemerintah melihat isu dan memikirkan instrumennya apa. Misal kelas menengah growing dan industri kreatif meningkat. Makanya vokasi untuk upskilling itu penting. Industri kreatif, ada masalah pajak. Katanya; Bu, pajak ketinggian. Oke, pajak diturunin. Jadi sekarang 5%. Usaha kreatif juga disupport Bekraf [Badan Ekonomi Kreatif]. Kita juga bisa gunakan transfer ke daerah, ada Dana Alokasi Khusus [DAK]."

"Presiden [Jokowi] sangat memperhatikan industri kreatif," tandasnya.

(dru) Next Article Berkerudung, Ini Gaya Sri Mulyani Ketika Sowan ke Kantor PBNU

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular