Tsunami PHK Karyawan Bank & Keniscayaan 'Disrupsi' Digital

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
17 January 2019 10:09
Kabar cukup mengejutkan datang dari industri perbankan tanah air. Di tengah menggemuknya laba bank, ternyata terdapat 'korban' di dalamnya.
Foto: Ilustrasi ATM, CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar cukup mengejutkan datang dari industri perbankan tanah air. Di tengah menggemuknya laba bank, ternyata terdapat 'korban' di dalamnya.

Karyawan yang (dahulunya) menjadi ujung tombak meraup pundi-pundi laba, tengah diterjang badai. Adalah Tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Fakta PHK muncul pertama kali dari Abdoel Mujib, Narahubung dari Jaringan Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan Indonesia (Jarkom SP Perbankan). Pekan lalu, Jarkom SP Perbankan mengadakan pertemuan khusus.

5 Ketua Umum Serikat Pekerja sektor Perbankan yaitu SM Kristianto (Serikat Pekerja Perjuangan Bank Maybank Indonesia), Jefri Oktorianus (Serikat Pekerja Bank Permata), Bachrul Firmansyah (Serikat Pekerja Maybank Syariah Indonesia), Novrizal Ilyas Sani (Serikat Pekerja Bank SBI Indonesia), Abdoel Moedjib (Serikat Pekerja Danamon) dan Ilham Dani (Ketua DPW 1 Serikat Pekerja Danamon) bertemu.

Pembahasannya hanya satu, faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja Perbankan terutama dengan hadirnya lembaga keuangan berbasis teknologi (fintech).




Digitalisasi produk dan layanan keuangan dikhawatiran menjadi ancaman gelombang PHK massal terjadi di sektor Perbankan.

"Sudah mulai keluar kebijakan-kebijakan yang mengancam pekerjaan para Pekerja akibat cepatnya perkembangan teknologi di Bank", kata SM Kristianto.

Kristianto meyakini ancaman ini sudah dimulai dengan sentralisasi unit dan fungsi kerja di Cabang ke Kantor Pusat, pengembangan teknologi Perbankan, artificial intelligence dan lain sebagainya.

Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI dan Pendiri Rumah Perubahan mengatakan saat ini, banyak pihak yang menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang sebelumnya tak dikenal 10-20 tahun lalu.

"Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya," kata Rhenald dalam tulisannya yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (17/1/2019).



Rhenald juga mengakui, bankir-bankir terancam dengan digitalisasi tersebut. Terutama, yang bekerja di bagian teller sampai officer kredit.

"Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit," ungkap Rhenald.

Berdasarkan data yang dimiliki Jarkom SP Perbankan, sudah ada 50.000 karyawan bank yang kena PHK. Gelombang PHK sudah terjadi sejak 2016.

"Kelak, bila Blockchain Revolusion menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang," kata Rhenald.
Jangan Menangis!

"Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi," tulis Rhenald.

Menurut Rhenald, ke depan pasti muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi "juru selamat" PHK. Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan.

"Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online. Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send," terangnya.

"Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek. Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman."

Rhenald pun berpesan; Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup. Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).



Tsunami PHK Karyawan Bank & Keniscayaan 'Disrupsi' DigitalFoto: infografis/infografis pekerjaan di perbankan yang akan hilang karena teknologi/Aristya Rahadian Krisabella





(roy) Next Article Bukti Konkret Tsunami PHK: Ribuan Kantor Cabang Bank RI Tutup

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular