Sederet Alasan Kenapa Indonesia Masih Doyan Impor Beras

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 January 2019 13:54
Impor beras tahun 2018 mencapai 2,14 juta ton, merupakan yang tertinggi sejak 2011. Benarkah kita kekurangan pasokan beras dalam negeri?
Foto: Ilustrasi Beras Bulog (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaImpor beras memang sudah menjadi kegiatan tahunan Indonesia. Dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2000 hingga saat ini, belum pernah Indonesia absen dari yang namanya impor beras. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras terbesar di dunia.



Pada periode 2000-2018, impor beras mencapai puncaknya pada tahun 2011, yaitu mencapai 2,75 juta ton. Namun, sejak 2011, impor beras kembali mencapai puncaknya pada tahun 2018 yaitu sebesar 2,14 juta ton.

Sebabnya, lahan panen beras tanah air mengalami fluktuasi. Sejak awal tahun 2018 hingga bulan Maret 2018, memang luas lahan panen padi meningkat, puncaknya sebesar 1,7 juta hektar.

Wajar, karena bulan Maret memang biasa menjadi bulan panen raya di Indonesia karena awal tahun yang biasanya musim hujan menjadi waktu tanam yang optimal bagi tanaman padi. Alhasil stok padi meluap, membuat surplus beras pada bulan Maret 2018 mencapai 2,91 juta ton.



Sebenarnya, selama Februari hingga September 2018 produksi beras selalu berada di atas tingkat konsumsi beras.

Sayangnya, lahan panen dari bulan Oktober hingga Desember 2018 diperkirakan merosot tajam. Tak ayal BPS memperkirakan konsumsi beras pada periode Oktober-Desember 2018 akan melebihi produksinya, dimana selisih nya mencapai 3,51 juta ton selama periode tersebut.

Namun, melihat secara keseluruhan data produksi dan konsumsi beras selama 2018, Indonesia masih diprediksi surplus beras sebesar 2,86 juta ton. Memang, surplus beras tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan 5 tahun terakhir. Dibandingkan pada tahun 2017 saja, surplus beras tahun ini diperkirakan turun lebih dari 5 kali lipat.

Surplus sebesar itu dinilai masih kurang oleh Menko Perekonomian, Darmin Nasution.


"Kelebihan produksi sebesar itu jauh di bawah, kalau tadinya bisa 20 juta ton itu lebihnya [baik]. Sekarang, 2,8 juta ton dan Anda tahu petani kita berapa? 4,5 juta keluarga. Mereka pasti menyimpan 5-10 kg, itu ada di sana. Sehingga, memang suplai di pasar tahun ini tersendat," ujar Darmin pada Oktober 2018.



Memang, surplus beras tahun ini jauh lebih kecil dibanding surplus beras pada 4 tahun ke belakang. Bila kecilnya surplus beras dijadikan alasan untuk meningkatnya impor, hal tersebut menjadi anomali pada tahun-tahun sebelumnya dimana surplus mencapai belasan hingga puluhan ton.

Bahkan pada tahun 2016, dimana surplus beras paling tinggi pada periode 2014-2017, Indonesia juga terbilang mengimpor beras cukup banyak, mencapai 1,28 juta ton.

Tapi mau bagaimanapun juga, surplus tetaplah surplus. Bila kelebihan pasokan dalam negeri masih diikuti dengan tambahan pasokan dari luar, berarti ada yang salah dengan rantai pasokan dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/dru) Next Article Ombudsman Turun Tangan, Ada Tak Beres Rencana Impor Beras!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular