
WHO Sentil Industri Sawit, Soal Apa?
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
09 January 2019 19:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menerbitkan sebuah studi pada Selasa (8/1/2019). Studi itu menyebut industri minyak kelapa sawit menerapkan taktik serupa dengan industri alkohol dan industri tembakau.
Dalam hal apa? Konteksnya adalah untuk memengaruhi penelitian mengenai dampak kesehatan produk. Demikian laporan WHO seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (8/1/2019).
Menurut studi itu, dampak kesehatan minyak kelapa sawit beragam, termasuk peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung. Hal itu dipicu oleh penyempitan pembuluh darah.
Studi itu menyerukan penelitian lebih lanjut dan regulasi yang lebih ketat dari industri senilai US$ 60 miliar (Rp 848 triliun). Menurut studi, para peneliti harus waspada terhadap pengaruh pelobi.
"Hubungan antara minyak kelapa sawit dan industri makanan olahan, dan taktik yang mereka gunakan, menyerupai praktik yang diadopsi oleh industri tembakau dan alkohol," tulis laporan WHO.
Studi yang ditulis bersama oleh para peneliti di UNICEF, the London School of Hygiene and Tropical Medicine and Britain's University of Exeter, menilai pelabelan sawit sering tidak jelas. Selain itu, minyak kelapa sawit dapat tercantum di bawah salah satu dari lebih dari 200 nama alternatif.
Minyak kelapa sawit juga sering muncul dalam label makanan seperti biskuit dan cokelat tabur. "Konsumen mungkin tidak menyadari apa yang mereka makan dan bagamaina keamanannya," tulis penelitian itu.
Studi ini juga menunjukkan efek kesehatan dari produksi minyak kelapa sawit di negara-negara di mana ia tumbuh. Langkah pertanian tebas dan bakar menyebabkan polusi udara dan kabut yang mengakibatkan kematian prematur, penyakit pernapasan dan penyakit kardiovaskular.
"Yang menjadi perhatian utama adalah efek dari paparan partikulat pada kematian janin, bayi dan anak, serta pencapaian kognitif, pendidikan dan ekonomi anak-anak," demikian laporan WHO.
(miq/miq) Next Article Impian Terpendam Pengusaha, Ngebet Ada Badan Sawit di Bawah Presiden
Dalam hal apa? Konteksnya adalah untuk memengaruhi penelitian mengenai dampak kesehatan produk. Demikian laporan WHO seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (8/1/2019).
Menurut studi itu, dampak kesehatan minyak kelapa sawit beragam, termasuk peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung. Hal itu dipicu oleh penyempitan pembuluh darah.
Studi itu menyerukan penelitian lebih lanjut dan regulasi yang lebih ketat dari industri senilai US$ 60 miliar (Rp 848 triliun). Menurut studi, para peneliti harus waspada terhadap pengaruh pelobi.
Studi yang ditulis bersama oleh para peneliti di UNICEF, the London School of Hygiene and Tropical Medicine and Britain's University of Exeter, menilai pelabelan sawit sering tidak jelas. Selain itu, minyak kelapa sawit dapat tercantum di bawah salah satu dari lebih dari 200 nama alternatif.
Minyak kelapa sawit juga sering muncul dalam label makanan seperti biskuit dan cokelat tabur. "Konsumen mungkin tidak menyadari apa yang mereka makan dan bagamaina keamanannya," tulis penelitian itu.
![]() |
Studi ini juga menunjukkan efek kesehatan dari produksi minyak kelapa sawit di negara-negara di mana ia tumbuh. Langkah pertanian tebas dan bakar menyebabkan polusi udara dan kabut yang mengakibatkan kematian prematur, penyakit pernapasan dan penyakit kardiovaskular.
"Yang menjadi perhatian utama adalah efek dari paparan partikulat pada kematian janin, bayi dan anak, serta pencapaian kognitif, pendidikan dan ekonomi anak-anak," demikian laporan WHO.
![]() |
(miq/miq) Next Article Impian Terpendam Pengusaha, Ngebet Ada Badan Sawit di Bawah Presiden
Most Popular