
Perdagangan RI dengan Mitra Baru Meroket Ratusan Persen
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
09 January 2019 13:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) di gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (09/01/2018).
Dalam pernyataannya, Menlu mengingatkan sistem ekonomi global saat ini sedang mengalami banyak tekanan, perubahan, dan tantangan. Mulai dari dilemahkannya sistem perdagangan multilateral dan WTO, hingga perang dagang antara kekuatan ekonomi besar dunia yang jelas akan berpengaruh terhadap ekonomi lainnya.
"Kondisi inilah yang harus disikapi dalam diplomasi ekonomi, termasuk diplomasi ekonomi Indonesia," ujar Retno. Acara itu turut dihadiri mantan menlu RI Marty Natalegawa.
Selain persoalan ekonomi yang sedang tertekan, Retno juga menyampaikan capaian angka perdagangan Indonesia selama tahun 2018 dengan beberapa pasar baru salah satunya di kawasan Asia.
Dengan negara di kawasan Asia Selatan dan tengah naik tajam, dengan Khazakhstan 211,83% dan 151,23% dengan Uzbekhistan. Selain kawasan Asia, lanjut dia, perdagangan RI dengan pasar Amerika selatan dan tengah juga naik lebih 100%.
"Misalnya Kuba (764,4%), Ekuador (111,1%), St Vincent and Grenadines (269,9%), dan Persemakmuran Dominika (1.221,1%). Terakhir adalah perdagangan dengan Eropa tengah dan timur yang naik rata-rata di atas 100% seperti dengan Malta (140.7%), Latvia (136%), dan Slovakia (141%)."
Ia menambahkan diplomasi ekonomi Indonesia juga diarahkan untuk melindungi kepentingan strategis produk kelapa sawit Indonesia. Seperti diketahui, kelapa sawit RI terus menjadi target kampanye hitam di beberapa negara.
"Untuk itu... Indonesia bersama Malaysia telah membentuk CPOPC. Indonesia akan terus melawan diskriminasi terhadap produk kelapa sawit Indonesia," kata Retno.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Banyak Tantangan, Bagaimana Masa Depan Kawasan Indo-Pasifik?
Dalam pernyataannya, Menlu mengingatkan sistem ekonomi global saat ini sedang mengalami banyak tekanan, perubahan, dan tantangan. Mulai dari dilemahkannya sistem perdagangan multilateral dan WTO, hingga perang dagang antara kekuatan ekonomi besar dunia yang jelas akan berpengaruh terhadap ekonomi lainnya.
"Kondisi inilah yang harus disikapi dalam diplomasi ekonomi, termasuk diplomasi ekonomi Indonesia," ujar Retno. Acara itu turut dihadiri mantan menlu RI Marty Natalegawa.
![]() |
Selain persoalan ekonomi yang sedang tertekan, Retno juga menyampaikan capaian angka perdagangan Indonesia selama tahun 2018 dengan beberapa pasar baru salah satunya di kawasan Asia.
"Misalnya Kuba (764,4%), Ekuador (111,1%), St Vincent and Grenadines (269,9%), dan Persemakmuran Dominika (1.221,1%). Terakhir adalah perdagangan dengan Eropa tengah dan timur yang naik rata-rata di atas 100% seperti dengan Malta (140.7%), Latvia (136%), dan Slovakia (141%)."
Ia menambahkan diplomasi ekonomi Indonesia juga diarahkan untuk melindungi kepentingan strategis produk kelapa sawit Indonesia. Seperti diketahui, kelapa sawit RI terus menjadi target kampanye hitam di beberapa negara.
"Untuk itu... Indonesia bersama Malaysia telah membentuk CPOPC. Indonesia akan terus melawan diskriminasi terhadap produk kelapa sawit Indonesia," kata Retno.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Banyak Tantangan, Bagaimana Masa Depan Kawasan Indo-Pasifik?
Most Popular