Kuala Tanjung Bisa Pangkas Waktu Ekspor Produk Indonesia

News - Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
28 December 2018 10:06
Untuk produk perdana yang diekspor adalah produk turunan CPO berupa Lauric Acid, Soap, Fatty Acid, Fatty Alcohol, Glycerin. Foto: Ekspor Perdana Kuala Tanjung. (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Sumatra Utara, CNBC Indonesia - Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) yang terletak di Pelabuhan Kuala Tanjung, kini telah melakukan pengapalan perdana ekspor sebanyak 180 box atau 205 TEUs melalui rute langsung/direct call intra asia pada Kamis (27/12/2018). Untuk produk perdana yang diekspor adalah produk turunan CPO berupa Lauric Acid, Soap, Fatty Acid, Fatty Alcohol, Glycerin.

Direktur Utama PT Pelindo I Bambang Eka Cahyana menjelaskan, komoditas ekspor yang berasal dari Unilever Oleochemical Indonesia, Bakrie Sumatera Plantations, dan Procter& Gamble (P&G) tersebut diangkut menggunakan Kapal Wan Hai 505 milik Wan Hai Lines dengan ukuran panjang (LoA) 268 meter, berbobot 50.000 GT berkapasitas 4.500 TEUs. Kapal ini melayani rute direct call intra Asia India menuju China.

"Wan Hai adalah kapal pertama yang masuk ke teminal Multipurpose Kuala Tanjung dengan membawa muatan ekspor tujuan Shanghai, China. Kapal ini berkapasitas 4.500 TEUs dan merupakan kapal peti kemas terbesar yang pernah masuk dan bersandar di Pulau Sumatra," tutur Bambang saat melakukan seremonial ekspor perdana ini, di Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatra Utara, Kamis (27/12/2018).

Lebih lanjut, Bambang mengatakan, layanan pelayaran direct call intra Asia ini melayani rute dari Timur Tengah, India, dan kemudian China. Selama ini untuk Asia Tenggara, kapal akan masuk di Pineng, Port Klang, Tanjung Pelepas, dan Singapura, dan kini bertambah ke Kuala Tanjung.

Bambang mengklaim, kegiatan perdana ekspor melalui layanan direct call intra Asia akan mampu meningkatkan efisiensi waktu pengiriman dan biaya logistik sehingga mampu meningkatkan daya saing produk ekspor nasional.

"Kalau kita ekspor langsung dari Pelabuhan Kuala Tanjung, sudah pasti akan lebih murah US$ 300 per TEUs, dari pada ekspor dari Singapura, karena ada feeder," ujar Bambang di Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatra Utara, Kamis (27/12/2018).

Hal tersebut diamini oleh perwakilan Wan Hai Lines Hendra Kesuma.

"Kapal yang masuk ini kan ada tujuan misalnya ke India juga, tentu dari sisi biaya ada untuk impor, impor juga sebelumnya harus melalui Port Klang atau Singapura, berarti transit dulu. Nah, sekarang bisa langsung ke sini (Kuala Tanjung) tentu biaya transit US$ 200-300 dolar per kontainer bisa dihemat," jelas Hendra.

Sedangkan, lanjutnya, dari sisi penghematan waktu, biasanya, pengapalan dari Kuala Tanjung ke Shanghai bila dikapalkan dari Pelabuhan Belawan paling cepat memakan waktu 12 hari. Tetapi, jika pengapalan dilakukan dari Kuala Tanjung, waktu yang diperlukan hanya sekitar delapan hari.

"Karena tidak transit lagi di Singapura, walaupun ada berhenti tapi tidak transit lagi," pungkas Hendra.

Bambang pun menargetkan waktu bongkar muat (dwelling time) sesingkat mungkin di Kuala Tanjung, yakni kurang dari tiga hari.

Sebagai informasi, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dilakukan secara bertahap, dengan tahap I adalah pembangunan Terminal Multipurpose yang memiliki kapasitas 600 ribu TEUs. Selanjutnya, tahap II akan dilakukan Pengembangan Kawasan Industri 3000 Ha, tahap III Pengembangan Dedicated/Hub Port, dan tahap IV Pengembangan Kawasan Industri Terintegrasi.

Kapasitas Pelabuhan Kuala Tanjung nantinya disiapkan mencapai 20 juta TEUs yang akan ditingkatkan secara bertahap hingga 2023.

Pada tahap awal, KTMT yang dikelola oleh PT Prima Multi Terminal, perusahaan patungan antara Pelindo I, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Waskita Karya ini diharapkan bisa melayani ekspor hingga 600 kontainer setiap minggunya.

Sudah ada sejumlah perusahaan berlokasi di KEK Sei Mangkei, di antaranya Unilever, Wilmar, dan P&G yang telah berkomitmen untuk melakukan ekspor dengan tujuan ke China, India, dan negara-negara di Asia melalui Pelabuhan Kuala Tanjung.

Adapun, saat ini, KTMT telah dilengkapi dengan fasilitas kepelabuhanan yang lengkap dan modern dengan didukung sistem IT yang terintegrasi. Guna meningkatkan layanan kepada pengguna jasa dan meningkatkan kecepatan proses bongkar muat, KTMT akan dilayani Container Crane bertenaga listrik dengan kapasitas 45 Ton dan mampu meng-handle container dengan kapasitas 20 feet, 40 feet hingga 45 feet.

KTMT berkapasitas 600 ribu TEUs ini juga dilengkapi dengan dermaga 500x60 m, trestle sepanjang 2,8 km untuk empat jalur truk selebar 18,5 m serta dilengkapi rak pipa 4 line x 8 inch. Selain itu, Terminal Multipurpose Kuala Tanjung juga didukung berbagai sarana dan prasarana infrastruktur bongkar muat modern dan canggih antara lain 3 unit Ship to Shore (STS) Crane, 8 unit Automated Rubber Tyred Gantry (ARTG) Crane, 21 unit truck terminal, dan 2 unit MHC serta Terminal Operating System (TOS) Peti Kemas maupun curah cair.

"Dalam satu tahun pertama, kami menargetkan arus petikemas (throughput) ada di 100.000 TEUs. Sehingga, kami berharap dengan pengoperasian Pelabuhan Kuala Tanjung ini mampu mendorong pembangunan ekonomi daerah, khususnya potensi ekonomi Sumatera Utara, sesuai program nawacita Pemerintah sekaligus menekan biaya logistik di Indonesia," pungkas Bambang.
Artikel Selanjutnya

Holding Pelabuhan Kian Nyata, Erick Thohir Bentuk Tim


(hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading