Ekspor CPO RI Januari-November 2018 Anjlok 11,2%
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 December 2018 12:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya asal Indonesia anjlok lebih dari 10% pada Januari-November 2018 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-November 2018, nilai ekspor CPO RI beserta turunannya tercatat US$15,2 miliar. Sementara itu pada Januari-November 2017 mencapai US$16,9 miliar.
Kepala BPS Suharyanto mengatakan turunnya ekspor diakibatkan faktor ekonomi global.
"Ada beberapa penurunan, kemudian ke beberapa negara Eropa [antara lain] Belanda dan Italia," jelasnya, Senin (17/12/2018).
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sebelumya menilai ekspor akan kembali bergairah pada Desember, setelah pemerintah menetapkan skema baru pungutan ekspor. Melalui skema baru itu, pungutan ekspor CPO ditetapkan US$ 0/ton jika harga komoditas itu di tingkat global di bawah US$ 570/ton.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, mengatakan situasi dan kondisi pasti akan mengalami perubahan setelah pemerintah menetapkan skema pungutan ekspor CPO yang baru. Joko menilai dampak dari relaksasi pungutan ekspor CPO harusnya bisa mempercepat turunnya stok di dalam negeri untuk diekspor.
"Teorinya begitu karena paling tidak yang punya stok punya ruang margin tambahan. Kita mesti lihat November-Desember nanti sudah ada dampak yang signifikan apa tidak," kata Joko.
"Sampai Oktober kemarin kita lihat tren produksi naik terus. Mestinya November-Desember trennya flat atau sedikit menurun. Ini siklus. Seberapa besar kita mesti lihat dulu, kami masih evaluasi datanya," lanjutnya.
(ray/miq) Next Article Potret Industri Sawit di Saat Tarif Pungutan Ekspor Berubah
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-November 2018, nilai ekspor CPO RI beserta turunannya tercatat US$15,2 miliar. Sementara itu pada Januari-November 2017 mencapai US$16,9 miliar.
Kepala BPS Suharyanto mengatakan turunnya ekspor diakibatkan faktor ekonomi global.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sebelumya menilai ekspor akan kembali bergairah pada Desember, setelah pemerintah menetapkan skema baru pungutan ekspor. Melalui skema baru itu, pungutan ekspor CPO ditetapkan US$ 0/ton jika harga komoditas itu di tingkat global di bawah US$ 570/ton.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, mengatakan situasi dan kondisi pasti akan mengalami perubahan setelah pemerintah menetapkan skema pungutan ekspor CPO yang baru. Joko menilai dampak dari relaksasi pungutan ekspor CPO harusnya bisa mempercepat turunnya stok di dalam negeri untuk diekspor.
"Teorinya begitu karena paling tidak yang punya stok punya ruang margin tambahan. Kita mesti lihat November-Desember nanti sudah ada dampak yang signifikan apa tidak," kata Joko.
"Sampai Oktober kemarin kita lihat tren produksi naik terus. Mestinya November-Desember trennya flat atau sedikit menurun. Ini siklus. Seberapa besar kita mesti lihat dulu, kami masih evaluasi datanya," lanjutnya.
(ray/miq) Next Article Potret Industri Sawit di Saat Tarif Pungutan Ekspor Berubah
Most Popular