
Pak Jokowi, Peternak Butuh Tambahan Impor Jagung
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
16 December 2018 14:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mendapat banyak keluhan peternak ayam petelur ketika berkunjung ke Kabupaten Blitar, Kamis (13/12/2018) lalu. Mayoritas peternak mengeluh karena harga jagung masih mahal.
Impor jagung 100.000 ton yang sudah mulai didistribusikan disebut-sebut hanya cukup memenuhi kebutuhan sampai akhir Desember 2018. Karena itu, para peternak meminta pemerintah mengambil kebijakan impor jagung tahap kedua.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Timur, Hidayatur Rahman, lebih rinci menjelaskan alasan peternak ingin Presiden Joko Widodo memerintahkan impor jagung lagi.
"[Impor 100.000 ton] itu tidak cukup dong. Kita Blitar sendiri butuhnya kurang lebih 1.000-1.500 ton per hari. Padahal masih ada teman-teman di Malang, Tulungagung, Kediri, Magetan, dan Pasuruan yang juga basis peternakan, juga butuh. Nah ini belum mendapatkan. Makanya kami usulkan ada impor kedua," bebernya.
Bagi para peternak, jagung merupakan komponen utama dalam proses produksi, untuk memenuhi kebutuhan pakan. Setelah realisasi impor 100.000 ton, dikatakan bahwa harga jagung yang sebelumnya terus merangkak, mampu tertahan pada angka Rp 5.800 per kg.
Meski begitu, menurut Hidayatur Rahman, nominal itu masih tergolong tinggi jika mengacu pada harga normal Rp 4.000 per kg.
"Kalau harga standar Rp 4.000 sekarang dibuat Rp 5.800, naik Rp 1.800. Kalau dalam penggunaan dipakai 50% saja berarti ongkos produksi naik Rp 900 untuk jagung saja. Ini sangat memberatkan buat kita," keluhnya.
Karena itu, stok jagung domestik saat ini masih kurang untuk memenuhi kebutuhan dan menekan harga pasar. Apalagi, pada awal 2019 nanti dipastikan tidak ada panen jagung dari petani dalam negeri.
"Kita paling khawatirnya pada Februari. Karena tidak ada panen. Kalau Februari tidak ada impor, waduh ini harga jagung bisa tembus Rp 8.000 per kg. Dampaknya peternak semaput [pingsan], jadi peternak akan mengalami kerugian sangat besar," tandasnya.
Menko Darmin dalam kunjungannya ke Blitar pun menepis prediksi ketersediaan jagung hanya cukup sampai akhir tahun ini. Dia menegaskan, pemerintah sudah memberikan plafon impor sampai 100.000 ton hingga akhir tahun.
"Jadi masih bisa dijalankan, kita sudah perhitungkan bahwa panen jagung akan numbuh lagi setelah bulan Maret dan April. Pokoknya kita urusin supaya bapak ibu tidak kecewa padahal sudah berusaha sekuat tenaga. Kita janji," urai Darmin.
Dia mengakui, komoditas jagung saat ini tidak punya basis produksi yang kuat. Karena itu, dia mendorong pengembangan besar-besaran untuk produksi jagung sejak dua tahun terakhir.
(prm) Next Article RI Kaji Impor Jagung 200 Ribu Ton di 2020
Impor jagung 100.000 ton yang sudah mulai didistribusikan disebut-sebut hanya cukup memenuhi kebutuhan sampai akhir Desember 2018. Karena itu, para peternak meminta pemerintah mengambil kebijakan impor jagung tahap kedua.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Timur, Hidayatur Rahman, lebih rinci menjelaskan alasan peternak ingin Presiden Joko Widodo memerintahkan impor jagung lagi.
Bagi para peternak, jagung merupakan komponen utama dalam proses produksi, untuk memenuhi kebutuhan pakan. Setelah realisasi impor 100.000 ton, dikatakan bahwa harga jagung yang sebelumnya terus merangkak, mampu tertahan pada angka Rp 5.800 per kg.
Meski begitu, menurut Hidayatur Rahman, nominal itu masih tergolong tinggi jika mengacu pada harga normal Rp 4.000 per kg.
![]() |
"Kalau harga standar Rp 4.000 sekarang dibuat Rp 5.800, naik Rp 1.800. Kalau dalam penggunaan dipakai 50% saja berarti ongkos produksi naik Rp 900 untuk jagung saja. Ini sangat memberatkan buat kita," keluhnya.
Karena itu, stok jagung domestik saat ini masih kurang untuk memenuhi kebutuhan dan menekan harga pasar. Apalagi, pada awal 2019 nanti dipastikan tidak ada panen jagung dari petani dalam negeri.
"Kita paling khawatirnya pada Februari. Karena tidak ada panen. Kalau Februari tidak ada impor, waduh ini harga jagung bisa tembus Rp 8.000 per kg. Dampaknya peternak semaput [pingsan], jadi peternak akan mengalami kerugian sangat besar," tandasnya.
![]() |
Menko Darmin dalam kunjungannya ke Blitar pun menepis prediksi ketersediaan jagung hanya cukup sampai akhir tahun ini. Dia menegaskan, pemerintah sudah memberikan plafon impor sampai 100.000 ton hingga akhir tahun.
"Jadi masih bisa dijalankan, kita sudah perhitungkan bahwa panen jagung akan numbuh lagi setelah bulan Maret dan April. Pokoknya kita urusin supaya bapak ibu tidak kecewa padahal sudah berusaha sekuat tenaga. Kita janji," urai Darmin.
Dia mengakui, komoditas jagung saat ini tidak punya basis produksi yang kuat. Karena itu, dia mendorong pengembangan besar-besaran untuk produksi jagung sejak dua tahun terakhir.
(prm) Next Article RI Kaji Impor Jagung 200 Ribu Ton di 2020
Most Popular