
Diplomasi Airbus A la Luhut Bikin Prancis Tak Boikot CPO RI!
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
30 November 2018 13:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Prancis akhirnya memberikan angin segar bagi industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Negara Mode itu memutuskan untuk tidak memboikot CPO asal Indonesia.
Kebijakan dinilai itu tak lepas dari diplomasi yang dilakukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut mengaku sempat bertemu Menteri Luar Negeri Perancis untuk membahas sentimen negatif Uni Eropa terhadap CPO RI.
"Kemarin saya bicara sama Menlu Prancis. Kami sampaikan, kalian tahu nggak bahwa kami butuh 250 pesawat terbang selama 20 tahun ke depan," cetusnya dalam sesi bincang santai bersama awak media di Jakarta, Jumat (30/11/2018).
Dikatakan, kebutuhan impor pesawat RI tersebut senilai sekitar US$ 30-40 miliar. Dalam hal ini, Luhut mewanti-wanti bisa saja RI mengalihkan pembelian pesawat tidak lagi melalui Airbus, tetapi dari pabrik lain untuk memenuhi kebutuhan
"Kami butuhkan Airbus. Tapi kita bisa saja alihkan Airbus ke Boeing misalnya. Saya jelaskan ke mereka," tegas Luhut.
Lebih lanjut dikatakan Luhut, industri minyak sawit mentah Indonesia juga berdampak pada kelangsungan hidup sektor lain baik secara domestik maupun internasional.
"Sawit bisa berdampak pada sektor properti. Untuk mengatasi salah satunya adalah dengan sawit. Tingkat kemiskinan Indonesia turun, tapi sudah sangat baik, gini rasio juga. Salah satunya karena sawit, itu menciptakan banyak lapangan kerja," tandasnya.
Dalam hal ini, Luhut menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin dianggap meminta-minta kepada Uni Eropa. Meski begitu, dia mengingatkan Uni Eropa harus fair dalam memberikan penilaian dan sikap.
"Kita enggak mau ngemis-ngemis, kita punya bargaining power. Kita punya pilihan-pilihan lain bukannya kau saja. Tapi kami sangat bersahabat. Saya selalu kalau ngomong agak kasar- kasar gitu aja. Biar nggak dikira minta-minta," urainya.
Hanya saja, Luhut tak menjelaskan lebih rinci sejauh mana bargaining power yang dimiliki RI dalam diplomasi ini.
Dia pun hanya tersenyum ketika ditanya kesimpulan apakah sikap Prancis baru-baru ini diambil karena kekhawatiran terhadap nasib Airbus.
"Pasti ada, jangan dibocorkan semua. Kau itu sudah tahu masih saja tanya," kelitnya sambil tersenyum.
(ray/ray) Next Article Potret Industri Sawit di Saat Tarif Pungutan Ekspor Berubah
Kebijakan dinilai itu tak lepas dari diplomasi yang dilakukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut mengaku sempat bertemu Menteri Luar Negeri Perancis untuk membahas sentimen negatif Uni Eropa terhadap CPO RI.
Dikatakan, kebutuhan impor pesawat RI tersebut senilai sekitar US$ 30-40 miliar. Dalam hal ini, Luhut mewanti-wanti bisa saja RI mengalihkan pembelian pesawat tidak lagi melalui Airbus, tetapi dari pabrik lain untuk memenuhi kebutuhan
"Kami butuhkan Airbus. Tapi kita bisa saja alihkan Airbus ke Boeing misalnya. Saya jelaskan ke mereka," tegas Luhut.
Lebih lanjut dikatakan Luhut, industri minyak sawit mentah Indonesia juga berdampak pada kelangsungan hidup sektor lain baik secara domestik maupun internasional.
"Sawit bisa berdampak pada sektor properti. Untuk mengatasi salah satunya adalah dengan sawit. Tingkat kemiskinan Indonesia turun, tapi sudah sangat baik, gini rasio juga. Salah satunya karena sawit, itu menciptakan banyak lapangan kerja," tandasnya.
Dalam hal ini, Luhut menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin dianggap meminta-minta kepada Uni Eropa. Meski begitu, dia mengingatkan Uni Eropa harus fair dalam memberikan penilaian dan sikap.
![]() |
"Kita enggak mau ngemis-ngemis, kita punya bargaining power. Kita punya pilihan-pilihan lain bukannya kau saja. Tapi kami sangat bersahabat. Saya selalu kalau ngomong agak kasar- kasar gitu aja. Biar nggak dikira minta-minta," urainya.
Hanya saja, Luhut tak menjelaskan lebih rinci sejauh mana bargaining power yang dimiliki RI dalam diplomasi ini.
Dia pun hanya tersenyum ketika ditanya kesimpulan apakah sikap Prancis baru-baru ini diambil karena kekhawatiran terhadap nasib Airbus.
"Pasti ada, jangan dibocorkan semua. Kau itu sudah tahu masih saja tanya," kelitnya sambil tersenyum.
(ray/ray) Next Article Potret Industri Sawit di Saat Tarif Pungutan Ekspor Berubah
Most Popular