Positif-Negatif Perang Dagang AS Vs China Bagi RI

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
29 November 2018 09:56
Darmin Nasution menjabarkan strategi pemerintah menghadapi perang dagang dan dampaknya ke Indonesia.
Foto: Seorang anggota staf berjalan melewati bendera AS dan China yang ditempatkan untuk konferensi pers bersama oleh A.S. REUTERS/Jason Lee/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam seminar nasional INDEF (Institute for Development of Economic and Finance) kemarin siang, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjabarkan strategi pemerintah menghadapi perang dagang dan dampaknya ke Indonesia.

Darmin mengatakan kalau Indonesia memang tidak terlibat perang dagang secara langsung. Namun dua negara yang menjadi partner perdagangan Indonesia, yakni AS dan China menjadi lakon utama dalam perang dagang ini. Dengan demikian, bisa dipastikan Indonesia terkena dampaknya.

"Sebenarnya kita bukan peserta perang dagang, tapi kena dampak dari perang dagang. Dua negara [China dan AS] ini partner dagang kita, sehingga apa yang terjadi ke mereka mesti diturunkan ke kita," kata Darmin, Rabu (28/11/2018).

Akan tetapi, Darmin menjelaskan bahwa perang dagang, tidak selalu membawa dampak negatif, ada juga dampak positifnya bagi Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, perang dagang membuat AS menetapkan bea masuk bagi produk impor dari China, yang sangat tinggi. Hal ini tentu memberatkan pengusaha di China. Para pengusaha pun terpaksa "melirik" negara lain, yang tidak terlibat perang dagang, untuk merelokasikan investasi mereka.

Inilah yang dimaksud Darmin dengan dampak positif dari perang dagang, di mana Indonesia berkesempatan untuk menjadi negara pilihan bagi pengusaha dan merelokasikan investasi mereka. Akan tetapi, untuk "memenangkan hati" para pengusaha, Indonesia harus bersaing dengan negara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan India.
Positif-Negatif Perang Dagang AS Vs China Bagi RI Foto: Menko Perekonomian Darmin Nasution (Humas Kemenko Perekonomian)

"China tentu mikir, termasuk investor di China, baik orang AS atau Eropa, dia mulai relokasi. Dampak tak langsung ini cenderung positif ke kita. Tapi, kita harus bersaing dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, untuk jadi tempat relokasi industri," jelas Darmin.

Strategi pemerintah untuk menarik para pengusaha agar merelokasi investasi mereka ke Indonesia, tertuang dalam Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) ke-16, seperti Daftar Negatif Investasi atau DNI, kemudian Tax Holiday atau pengurangan PPh, dan Daftar Hasil Ekspor atau DHE.
Bahkan, sebelum PKE 16, pemerintah juga sudah mengeluarkan kebijakan insentif fiskal.

"Kita baru menyusun kebijakan [PKE1 16]. Pada dasarnya itu ada Tax Holiday, Pajak final PPh untuk UMKM, super deduction. Sebelum paket kemarin ini, mengenai insentif fiskal. Investasinya yang kita harapkan ke depan, kebijakan mengenai insentif fiskal," jabar Darmin.

Lantas, industri apa saja sih yang diharapkan pemerintah bisa masuk ke Indonesia?

Menurut Darmin, terdapat tiga blok industri yang diharapkan pemerintah bisa masuk ke Indonesia. Ketiga blok ini di antaranya; pertama, blok dari besi dan baja, kedua untuk petrochemical (crude oil, gas, batu bara), dan ketiga basic industri kimia dasar lain (farmasi).

Hal ini dikarenakan, ketiga blok industri ini "memakan" lebih dari 50% jumlah total untuk impor Indonesia.

"Pertarungannya di situ. Kita harus bisa mengundang masuk, tanpa tax holiday, dia [investor] tidak akan mau. Masing-masing negara menahan ini sebagai power bargaining. Kita [harus] lebih kompetitif, lebih menarik. Itu strateginya," tandas Darmin.

(dru) Next Article Kritik Darmin: Sejak 2005, Target Pajak Tak Pernah Tercapai!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular