
PLN Sudah Buka Laporan Keuangan, Pertamina Masih Ogah
Arys Aditya, CNBC Indonesia
31 October 2018 18:32

Jakarta, CNBC Indonesia- Perusahaan setrum negara PT PLN (Persero) sudah buka-bukaan soal kondisi keuangan mereka hingga kuartal III-2018, giliran PT Pertamina (Persero) yang masih jadi tanda tanya.
Di tengah kondisi harga komoditas, seperti minyak, yang terus merangkak naik dan nilai tukar rupiah yang terus melemah, PLN sebagai perusahaan pelat merah mengakui mengalami rugi kurs hingga Rp 18 triliun. Kondisi serba terjepit ini kemudian membuat publik bertanya-tanya bagaimana nasib Pertamina?
Beda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana Pertamina biasa merilis laporan keuangannya dengan percaya diri per semester bahkan per kuartal. Sampai saat ini perusahaan BUMN Migas terbesar di Indonesia belum mau membuka kondisi keuangannya,
Saat ditanya soal laporan semester satu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati masih bungkam dan enggan menjawabnya. "Kita tidak bahas soal itu jadi saya tidak perlu bahas," ujarnya saat ditemui di lingkungan istana negara usai rapat bersama jajaran menteri dan presiden, Rabu (31/10/2018).
Hanya, ia memastikan bahwa kondisi di sektor hulu masih cukup bagus. Didorong lagi oleh media soal kapan akan membuka, Nicke hanya menjawab sambil terkekeh.
Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, keuangan Pertamina saat ini masih seret. Tidak merugi, tapi keuntungan yang dipetik merosot sangat dalam dibanding kinerja tahun lalu. Kabarnya, Pertamina hanya mencetak laba US$ 60 juta di kuartal III-2018.
Untuk semester I perusahaan disebut hanya sanggup bukukan laba di bawah Rp 5 triliun. Hal itu sebagaimana pernah diungkap Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi mengakui, memang kondisi yang berat pun dialami Pertamina, namun ia berpendapat, kondisi Pertamina relatif bisa lebih baik, karena dibantu dengan industri di hulu migas perusahaan. "Yang terjadi hanya untungnya saja yang berkurang," imbuh Komaidi.
(gus/gus) Next Article PLN & Pertamina Merapat ke Arab
Di tengah kondisi harga komoditas, seperti minyak, yang terus merangkak naik dan nilai tukar rupiah yang terus melemah, PLN sebagai perusahaan pelat merah mengakui mengalami rugi kurs hingga Rp 18 triliun. Kondisi serba terjepit ini kemudian membuat publik bertanya-tanya bagaimana nasib Pertamina?
Saat ditanya soal laporan semester satu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati masih bungkam dan enggan menjawabnya. "Kita tidak bahas soal itu jadi saya tidak perlu bahas," ujarnya saat ditemui di lingkungan istana negara usai rapat bersama jajaran menteri dan presiden, Rabu (31/10/2018).
Hanya, ia memastikan bahwa kondisi di sektor hulu masih cukup bagus. Didorong lagi oleh media soal kapan akan membuka, Nicke hanya menjawab sambil terkekeh.
Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, keuangan Pertamina saat ini masih seret. Tidak merugi, tapi keuntungan yang dipetik merosot sangat dalam dibanding kinerja tahun lalu. Kabarnya, Pertamina hanya mencetak laba US$ 60 juta di kuartal III-2018.
Untuk semester I perusahaan disebut hanya sanggup bukukan laba di bawah Rp 5 triliun. Hal itu sebagaimana pernah diungkap Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi mengakui, memang kondisi yang berat pun dialami Pertamina, namun ia berpendapat, kondisi Pertamina relatif bisa lebih baik, karena dibantu dengan industri di hulu migas perusahaan. "Yang terjadi hanya untungnya saja yang berkurang," imbuh Komaidi.
(gus/gus) Next Article PLN & Pertamina Merapat ke Arab
Most Popular