
Pengusaha Minta Pungutan Ekspor CPO Turun Jadi US$ 30/Ton
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
25 October 2018 14:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meminta pungutan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) diturunkan dari besaran saat ini US$ 50 per ton.
Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono mengatakan, hal ini diperlukan untuk meningkatkan daya saing ekspor CPO Indonesia sekaligus memperbaiki harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani yang saat ini sedang turun akibat kelebihan produksi (oversupply).
"Ekspor harus diperbaiki. Usulan kita adalah penurunan pungutan ekspor sawit. Saat ini pungutannya US$ 50/ton untuk CPO, US$ 30/ton utk olein dan lain-lain. Dengan adanya kebijakan itu, kita harapkan harga TBS yang sekarang parah bisa naik," kata Mukti dalam diskusi di Bakoel Koffie, Kamis (25/10/2018).
Menurut Mukti, penurunan pungutan ekspor CPO yang ideal adalah sebesar US$ 20/ton menjadi US$ 30/ton. Dia pun mengakui sudah mengusulkan hal ini ke pemerintah sejak dua bulan lalu.
"Saat ini sedang dibahas bersama antara industri, Kemenko Perekonomian dan Badan Kebijakan Fiskal. Tentu juga ada aspirasi lain dari asosiasi produk minyak sawit lainnya. Kapan berlakunya? Mungkin bisa ditanyakan ke Kemenko," tambahnya.
Mukti meyakini penurunan pungutan ekspor tidak akan menurunkan dukungan dana bagi upaya peremajaan (replanting) sawit oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).
"Kalau tidak salah, dana replanting yang sekarang dikumpulkan [BPDP] lebih dari Rp 14 triliun, jadi nggak ada masalah. Selain itu, saat ini harga crude oil dan CPO juga sudah hampir sama, jadi mungkin tidak perlu lagi adanya subsidi [dari BPDP] untuk biofuel," jelasnya.
"Nah kalau tidak perlu subsidi kan uang yang ada di BPDP bisa dimanfaatkan untuk replanting. Jadi kalau harga dunia masih seperti ini, masih cukup."
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono mengatakan, hal ini diperlukan untuk meningkatkan daya saing ekspor CPO Indonesia sekaligus memperbaiki harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani yang saat ini sedang turun akibat kelebihan produksi (oversupply).
"Ekspor harus diperbaiki. Usulan kita adalah penurunan pungutan ekspor sawit. Saat ini pungutannya US$ 50/ton untuk CPO, US$ 30/ton utk olein dan lain-lain. Dengan adanya kebijakan itu, kita harapkan harga TBS yang sekarang parah bisa naik," kata Mukti dalam diskusi di Bakoel Koffie, Kamis (25/10/2018).
"Saat ini sedang dibahas bersama antara industri, Kemenko Perekonomian dan Badan Kebijakan Fiskal. Tentu juga ada aspirasi lain dari asosiasi produk minyak sawit lainnya. Kapan berlakunya? Mungkin bisa ditanyakan ke Kemenko," tambahnya.
Mukti meyakini penurunan pungutan ekspor tidak akan menurunkan dukungan dana bagi upaya peremajaan (replanting) sawit oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).
"Kalau tidak salah, dana replanting yang sekarang dikumpulkan [BPDP] lebih dari Rp 14 triliun, jadi nggak ada masalah. Selain itu, saat ini harga crude oil dan CPO juga sudah hampir sama, jadi mungkin tidak perlu lagi adanya subsidi [dari BPDP] untuk biofuel," jelasnya.
"Nah kalau tidak perlu subsidi kan uang yang ada di BPDP bisa dimanfaatkan untuk replanting. Jadi kalau harga dunia masih seperti ini, masih cukup."
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Most Popular