
Permintaan Robot di China Anjlok, Efek Perang Dagang?
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
18 October 2018 20:33

BEIJING, CNBC Indonesia - The International Federation of Robotics (IFR) melaporkan permintaan robot di China akan menurun pada tahun ini. Hal itu tak lepas dari perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS).
IFR dalam laporan tahunannya memproyeksikan permintaan robot di China akan tumbuh antara 15%-20% tahun ini. Nilai itu jauh lebih rendah mengingat tahun lalu pertumbuhannya mencapai 59% menjadi 137.920 unit tahun lalu.
China menguasai 36 persen pasar robot global dengan volume penjualan melebihi gabungan Eropa dan AS. Perlambatan permintaan di China tentu bakal berdampak kepada permintaan global.
IFR memproyeksikan pertumbuhan penjualan robot tahun ini akan tumbuh 10% dibandingkan dengan 30% pada tahun lalu.
"Karena perang dagang banyak pabrikan global sekarang dalam posisi menunggu dan bertanya-tanya apakah akan mengalihkan produksi (jauh dari China) ke katakanlah Vietnam atau AS," ujar Presiden IFR Junji Tsuda kepada Reuters seperti dikutip CNBC Indonesia hari ini.
Pasar robot China tahun lalu diuntungkan dari percepatan otomatisasi di pabrik smart phone dan mobil. Pembuat robot, terutama Eropa dan Jepang, menyumbang 75% dari penjualan robot di China, termasuk yang diproduksi secara lokal.
"Pada awal 2018, permintaan untuk robot dari China kehilangan daya dibandingkan dengan peningkatan penjualan yang sangat besar pada semester pertama tahun 2017," tulis IFR dalam laporannya.
Mulai tahun depan dan seterusnya, IFR mengharapkan pertumbuhan pasar robot global kembali membaik. IFR pun meramalkan akan ada peningkatan rata-rata 14% per tahun hingga 2021.
(miq/miq) Next Article Biden Tiba-Tiba Kecam China, Gegara Perang Dagang Lagi?
IFR dalam laporan tahunannya memproyeksikan permintaan robot di China akan tumbuh antara 15%-20% tahun ini. Nilai itu jauh lebih rendah mengingat tahun lalu pertumbuhannya mencapai 59% menjadi 137.920 unit tahun lalu.
China menguasai 36 persen pasar robot global dengan volume penjualan melebihi gabungan Eropa dan AS. Perlambatan permintaan di China tentu bakal berdampak kepada permintaan global.
"Karena perang dagang banyak pabrikan global sekarang dalam posisi menunggu dan bertanya-tanya apakah akan mengalihkan produksi (jauh dari China) ke katakanlah Vietnam atau AS," ujar Presiden IFR Junji Tsuda kepada Reuters seperti dikutip CNBC Indonesia hari ini.
Pasar robot China tahun lalu diuntungkan dari percepatan otomatisasi di pabrik smart phone dan mobil. Pembuat robot, terutama Eropa dan Jepang, menyumbang 75% dari penjualan robot di China, termasuk yang diproduksi secara lokal.
"Pada awal 2018, permintaan untuk robot dari China kehilangan daya dibandingkan dengan peningkatan penjualan yang sangat besar pada semester pertama tahun 2017," tulis IFR dalam laporannya.
Mulai tahun depan dan seterusnya, IFR mengharapkan pertumbuhan pasar robot global kembali membaik. IFR pun meramalkan akan ada peningkatan rata-rata 14% per tahun hingga 2021.
(miq/miq) Next Article Biden Tiba-Tiba Kecam China, Gegara Perang Dagang Lagi?
Most Popular