
Meski Rupiah Terus Melemah Namun Harga Obat Belum Naik
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
04 October 2018 08:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS hingga saat ini mencapai level Rp 15.000/US$, harga obat-obatan diyakini masih belum akan dinaikkan.
Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi, Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Vincent Harijanto mengatakan saat ini stok bahan baku masih cukup hingga akhir tahun sehingga pelaku usaha belum perlu kembali melakukan impor.
Seperti diketahui, sekitar 95% bahan baku untuk industri obat-obatan di dalam negeri dipasok dari impor. Impor terbanyak dari China, diikuti India dan beberapa negara Eropa
Di sisi lain, industri farmasi juga memilih tidak langsung menaikkan harga jual obat karena nilai tukar yang masih fluktuatif.
"Ya tidak langsung [menaikkan harga]. Kalau minggu depan rupiah menguat lagi sedikit, masak harga diturunkan lagi? Pada dasarnya teman-teman industri farmasi kita tidak semena-mena menaikkan harga obat. Stok bahan baku juga masih ada. Harga naik kalau terpaksa," ujar Vincent kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/10/2018).
Vincent menambahkan, masing-masing perusahaan farmasi akan melakukan strategi efisiensi tersendiri demi mengantisipasi terjadinya kerugian. Terlebih, akhir tahun hanya tinggal tiga bulan lagi.
Adapun batas toleransi kurs rupiah bagi industri farmasi menurutnya sangat tergantung besaran kandungan bahan baku dalam masing-masing produk obat.
(ray/ray) Next Article Nilai Wajar Rupiah di Level Rp13.800
Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi, Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Vincent Harijanto mengatakan saat ini stok bahan baku masih cukup hingga akhir tahun sehingga pelaku usaha belum perlu kembali melakukan impor.
Seperti diketahui, sekitar 95% bahan baku untuk industri obat-obatan di dalam negeri dipasok dari impor. Impor terbanyak dari China, diikuti India dan beberapa negara Eropa
"Ya tidak langsung [menaikkan harga]. Kalau minggu depan rupiah menguat lagi sedikit, masak harga diturunkan lagi? Pada dasarnya teman-teman industri farmasi kita tidak semena-mena menaikkan harga obat. Stok bahan baku juga masih ada. Harga naik kalau terpaksa," ujar Vincent kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/10/2018).
Vincent menambahkan, masing-masing perusahaan farmasi akan melakukan strategi efisiensi tersendiri demi mengantisipasi terjadinya kerugian. Terlebih, akhir tahun hanya tinggal tiga bulan lagi.
Adapun batas toleransi kurs rupiah bagi industri farmasi menurutnya sangat tergantung besaran kandungan bahan baku dalam masing-masing produk obat.
(ray/ray) Next Article Nilai Wajar Rupiah di Level Rp13.800
Most Popular