
Saingi Hong Kong dan Dubai, Sri Lanka Bangun Port City
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
18 September 2018 20:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Lanka tampaknya mulai merintis membangun sebuah kota metropolis yang bisa menyaingi pusat kota seperti di kota London, dengan desain mirip dengan kota-kota seperti Hong Kong, Singapura, dan Dubai. Port City merupakan mega proyek yang sedang dibangun di ibukota Sri Lanka, Kolombo, dengan nilai investasi sebesar US$1,4 miliar (Rp 20 triliun) dengan luas tanah 665 hektar.
Satu dekade yang lalu, gagasan tentang kota Sri Lanka dapat menyaingi kota-kota metropolis tampaknya tidak masuk akal. Dari tahun 1983 hingga 2009, negara itu dilanda perang saudara yang brutal antara militer dan kelompok pemberontak yang disebut Macan Tamil.
Kurang dari 10 tahun kemudian, Sri Lanka telah menyusun rencana untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan peluang ekonomi ke ibukotanya, Kolombo. Kota terpadat di Sri Lanka itu memiliki sekitar 750.000 penduduk di pusat kotanya. Melalui pengembangan metropolis baru di dalam ibu kota, para pejabat memperkirakan Kolombo dapat melipatgandakan ukurannya.
Meskipun konsep Port City sudah ada sejak 2004, rencana tersebut tertunda karena perang. Setelah masuknya investasi China, Sri Lanka melanjutkan, untuk perbaikan infrastruktur besar.
Pada 2014, Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickramasinghe menghentikan proyek Port City, karena kekhawatiran adanya kerusakan pada garis pantai. Hal ini membuat marah investor proyek, China Communications Construction Company, yang mengklaim kehilangan sebesar US$380.000 per hari saat perkembangannya dalam keadaan menggantung. Pada 2016, rencana itu kembali dilanjutkan dengan satu set perlindungan lingkungan baru.
Menurut pengembang, China Harbour Engineering Company, proyek ini masih dalam jalur penyelesaian upaya reklamasi dan pengembangan tahap pertama infrastruktur pada 2020. Port City direncanakan akan selesai pada 2041, disaat biayanya dapat mencapai US$15 miliar (Rp 222 miliar). Seperti diberitakan oleh Business Insider.
China Harbour Engineering Company berencana menambah 65 juta meter kubik (sekitar 17 miliar galon) pasir di sepanjang pantai.
Kelompok-kelompok lingkungan telah menyuarakan keprihatinan tentang penghancuran kehidupan akuatik, yang dapat merusak mata pencaharian para nelayan setempat. Namun pengembang berpendapat, pengerukan tidak akan menjadi ancaman.
Baru-baru ini, China Harbour Engineering Company memperoleh izin yang memungkinkannya untuk mengeruk 5 kilometer dari garis pantai dan hanya pada kedalaman di atau di bawah 15 meter. Organisasi ini juga dilarang melakukan pengerukan di daerah dekat habitat terumbu karang atau daerah penangkapan ikan.
Untuk memperhitungkan biaya ekonomi bagi nelayan setempat, perusahaan telah menyisihkan hampir US$7 juta untuk didistribusikan di antara asosiasi nelayan selama tiga tahun.
Pengembang telah menyelesaikan lebih dari 90% dari upaya reklamasi mereka, dan diprediksi akan selesai pada Juni 2019.
Proyek ini telah menerima investasi senilai US$1,4 miliar, tetapi pasirnya saja dapat menghabiskan biaya lebih dari dua kali lipat jumlah itu.
Pusat Peradilan Lingkungan di Kolombo memperkirakan pengembangan akan membutuhkan sekitar 100 juta meter kubik pasir senilai sekitar US$3,2 miliar.
Distrik keuangan memiliki ruang kantor berkualitas tinggi, tempat berbelanja, dan taman budaya.
Sebuah "taman pusat" yang membatasi saluran utama, menyediakan ruang untuk rekreasi dan acara di luar ruangan.
Pembangunan ini membutuhkan 110 hektar taman umum dan 300 hektar untuk rekreasi dan olahraga air.
Ketinggian bangunan menurun ke arah angin yang berlaku dan tepi air, memungkinkan digunakan untuk peningkatan sirkulasi udara di dalam kota.
Kota ini dirancang khusus untuk penggunaan perumahan dan komersial dan tidak ada kegiatan industri yang diizinkan.
Para pejabat pembangunan mengatakan proyek lain yang direncanakan di Sri Lanka akan memenuhi kebutuhan ruang industri.
Pengembangan transit dan jalur pejalan kaki dimaksudkan untuk menghubungkan penduduk ke landmark lokal seperti Galle Face Beach, Beira Lake, dan Viharamahadevi Park.
Kota baru ini diharapkan dapat menampung sekitar 80.000 penduduk dan 250.000 penumpang komuter setiap harinya.
Kota ini juga berpotensi untuk diatur oleh sistem hukumnya sendiri.
Namun, sistem ini masih didiskusikan dan akan memerlukan persetujuan dari parlemen dan dewan menteri Sri Lanka.
(hps) Next Article Mengintip Proyek Reklamasi Kota Metropolis Sri Lanka
Satu dekade yang lalu, gagasan tentang kota Sri Lanka dapat menyaingi kota-kota metropolis tampaknya tidak masuk akal. Dari tahun 1983 hingga 2009, negara itu dilanda perang saudara yang brutal antara militer dan kelompok pemberontak yang disebut Macan Tamil.
Pada akhir konflik, ratusan ribu warga sipil telah terbunuh dan kota telah menghabiskan lebih dari US$200 miliar untuk biaya perang.
Kurang dari 10 tahun kemudian, Sri Lanka telah menyusun rencana untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan peluang ekonomi ke ibukotanya, Kolombo. Kota terpadat di Sri Lanka itu memiliki sekitar 750.000 penduduk di pusat kotanya. Melalui pengembangan metropolis baru di dalam ibu kota, para pejabat memperkirakan Kolombo dapat melipatgandakan ukurannya.
Kemitraan ini sempat mengalami goncangan ketika Sri Lanka mengalami kesulitan membayar utang. Namun di sisi lain China dituduh menggunakan investasinya untuk pengaruh politik.
Pada 2014, Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickramasinghe menghentikan proyek Port City, karena kekhawatiran adanya kerusakan pada garis pantai. Hal ini membuat marah investor proyek, China Communications Construction Company, yang mengklaim kehilangan sebesar US$380.000 per hari saat perkembangannya dalam keadaan menggantung. Pada 2016, rencana itu kembali dilanjutkan dengan satu set perlindungan lingkungan baru.
Menurut pengembang, China Harbour Engineering Company, proyek ini masih dalam jalur penyelesaian upaya reklamasi dan pengembangan tahap pertama infrastruktur pada 2020. Port City direncanakan akan selesai pada 2041, disaat biayanya dapat mencapai US$15 miliar (Rp 222 miliar). Seperti diberitakan oleh Business Insider.
China Harbour Engineering Company berencana menambah 65 juta meter kubik (sekitar 17 miliar galon) pasir di sepanjang pantai.
Kelompok-kelompok lingkungan telah menyuarakan keprihatinan tentang penghancuran kehidupan akuatik, yang dapat merusak mata pencaharian para nelayan setempat. Namun pengembang berpendapat, pengerukan tidak akan menjadi ancaman.
Baru-baru ini, China Harbour Engineering Company memperoleh izin yang memungkinkannya untuk mengeruk 5 kilometer dari garis pantai dan hanya pada kedalaman di atau di bawah 15 meter. Organisasi ini juga dilarang melakukan pengerukan di daerah dekat habitat terumbu karang atau daerah penangkapan ikan.
Untuk memperhitungkan biaya ekonomi bagi nelayan setempat, perusahaan telah menyisihkan hampir US$7 juta untuk didistribusikan di antara asosiasi nelayan selama tiga tahun.
Pengembang telah menyelesaikan lebih dari 90% dari upaya reklamasi mereka, dan diprediksi akan selesai pada Juni 2019.
Proyek ini telah menerima investasi senilai US$1,4 miliar, tetapi pasirnya saja dapat menghabiskan biaya lebih dari dua kali lipat jumlah itu.
Pusat Peradilan Lingkungan di Kolombo memperkirakan pengembangan akan membutuhkan sekitar 100 juta meter kubik pasir senilai sekitar US$3,2 miliar.
Distrik keuangan memiliki ruang kantor berkualitas tinggi, tempat berbelanja, dan taman budaya.
Sebuah "taman pusat" yang membatasi saluran utama, menyediakan ruang untuk rekreasi dan acara di luar ruangan.
Pembangunan ini membutuhkan 110 hektar taman umum dan 300 hektar untuk rekreasi dan olahraga air.
Ketinggian bangunan menurun ke arah angin yang berlaku dan tepi air, memungkinkan digunakan untuk peningkatan sirkulasi udara di dalam kota.
Kota ini dirancang khusus untuk penggunaan perumahan dan komersial dan tidak ada kegiatan industri yang diizinkan.
Para pejabat pembangunan mengatakan proyek lain yang direncanakan di Sri Lanka akan memenuhi kebutuhan ruang industri.
Pengembangan transit dan jalur pejalan kaki dimaksudkan untuk menghubungkan penduduk ke landmark lokal seperti Galle Face Beach, Beira Lake, dan Viharamahadevi Park.
Kota baru ini diharapkan dapat menampung sekitar 80.000 penduduk dan 250.000 penumpang komuter setiap harinya.
Kota ini juga berpotensi untuk diatur oleh sistem hukumnya sendiri.
Namun, sistem ini masih didiskusikan dan akan memerlukan persetujuan dari parlemen dan dewan menteri Sri Lanka.
(hps) Next Article Mengintip Proyek Reklamasi Kota Metropolis Sri Lanka
Most Popular