
Izin Ekspor 4 Perusahaan Tambang Dicabut Sementara
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
16 August 2018 17:24

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) mencabut sementara izin ekspor empat perusahaan tambang karena progres pembangunan smelter yang dinilai lambat.
Empat perusahaan tersebut terdiri dari tiga perusahaan tambang nikel dan satu bauksit. Berdasarkan data Kementerian ESDM, empat perusahaan yang dihentikan sementara tersebut yakni; PT Surya Saga Utama di Bombana-Sulawesi Tenggara, PT Modern Cahya Makmur di Konawe-Sulawesi Tenggara, PT Integra Mining Nusantara di Konawe Selatan-Sulawesi Tenggara. Ketiganya merupakan smelter nikel.
Untuk smelter bauksit yang dihentikan adalah milik PT Lobindo Nusa Persada di Bintan, Kepulauan Riau.
PT Surya Saga Utama kemajuan fisik pembangunan smelter di awal sudah 39,44%, direncanakan dalam 6/12 bulan ke depan akan ada progress 40,71% atau 45,7%. Tetapi realisasinya dalam enam bulan masih tetap 39,44%, dan di 12 bulan 0%.
Selain itu, PT Modern Cahya Makmur, pada kemajuan fisik di awal sudah 76,38%, direncanakan dalam 6/12 bulan ke depan akan ada progress 86,58% atau 99,75%, tetapi setahun kemudian tidak ada progres. Begitu juga dengan PT Integra Mining Nusantara, pembangunan fisik 20% setelah satu tahun tidak ada kemajuan sama sekali.
Smelter bauksit milik PT Lobindo Nusa Persada dihentikan karena pada kemajuan fisik di awal masih 0%, direncanakan dalam 6/12 bulan ke depan akan ada progress 1,07% atau 5,84%, tetapi realisasinya dalam enam dan 12 bulan masih tetap 0%.
"Ada yang izin ekspornya dihentikan sementara, ada nikel dan bauksit. Dihentikan karena tidak penuhi realisasi kemajuan smelter," ujar Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot.
(gus) Next Article Aturan Ekspor Mineral Baru Beri 'Karpet Merah' ke Freeport?
Empat perusahaan tersebut terdiri dari tiga perusahaan tambang nikel dan satu bauksit. Berdasarkan data Kementerian ESDM, empat perusahaan yang dihentikan sementara tersebut yakni; PT Surya Saga Utama di Bombana-Sulawesi Tenggara, PT Modern Cahya Makmur di Konawe-Sulawesi Tenggara, PT Integra Mining Nusantara di Konawe Selatan-Sulawesi Tenggara. Ketiganya merupakan smelter nikel.
PT Surya Saga Utama kemajuan fisik pembangunan smelter di awal sudah 39,44%, direncanakan dalam 6/12 bulan ke depan akan ada progress 40,71% atau 45,7%. Tetapi realisasinya dalam enam bulan masih tetap 39,44%, dan di 12 bulan 0%.
Selain itu, PT Modern Cahya Makmur, pada kemajuan fisik di awal sudah 76,38%, direncanakan dalam 6/12 bulan ke depan akan ada progress 86,58% atau 99,75%, tetapi setahun kemudian tidak ada progres. Begitu juga dengan PT Integra Mining Nusantara, pembangunan fisik 20% setelah satu tahun tidak ada kemajuan sama sekali.
Smelter bauksit milik PT Lobindo Nusa Persada dihentikan karena pada kemajuan fisik di awal masih 0%, direncanakan dalam 6/12 bulan ke depan akan ada progress 1,07% atau 5,84%, tetapi realisasinya dalam enam dan 12 bulan masih tetap 0%.
"Ada yang izin ekspornya dihentikan sementara, ada nikel dan bauksit. Dihentikan karena tidak penuhi realisasi kemajuan smelter," ujar Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot.
(gus) Next Article Aturan Ekspor Mineral Baru Beri 'Karpet Merah' ke Freeport?
Most Popular