Internasional

Bisnis Lesu, Perusahaan Antivirus Ini Akan PHK 1.000 Karyawan

Roy Franedya, CNBC Indonesia
03 August 2018 16:50
Symantec melaporkan kerugian bersih kuartal pertama sebesar US$ 63 juta, dibandingkan dengan kerugian US$ 133 juta setahun sebelumnya.
Foto: REUTERS/Thomas White
Jakarta, CNBC Indonesia - Symantec Corp berencana memangkas 8% tenaga kerja globalnya untuk meningkatkan margin keuntungan. Kebijakan ini diambil karena menurunnya pendapatan tahunan akibat tak tercapainya target bisnis.

Dari awal tahun hingga perdagangan Kamis (2/8/2018) harga saham Symantec telah anjlok 27%.


Symantec juga tengah melakukan investigasi internal terkait praktik-praktik pembukuannya, dan pada hari Kamis perusahaan memberikan sedikit informasi tentang subyek tersebut bahwa laporan keuangan terakhirnya juga berada di bawah lingkup penyelidikan.

Harga saham anjlok hingga 20% pada bulan Mei 2018, ketika Symantec pertama kali mengungkapkan penyelidikan.

Symantec mengharapkan pengurangan tenaga kerja akan mengurangi biaya sebesar US$115 juta per tahun.

"Kami berharap bahwa tindakan ini akan meningkatkan margin operasional dan profit pada tahun fiskal 2019 serta akan memiliki efek penuh untuk tahun fiskal 2020," ujar Chief Financial Officer Nick Noviello, seperti dikutip Reuters.

Perusahaan yang bermarkas di California ini mempekerjakan lebih dari 13.000 karyawan di seluruh dunia pada Maret 2017, menurut laporan tahunan terbaru Symantec, artinya akan ada sekitar 1.000 orang yang akan di rumahkan atau PHK.

"Adalah bijaksana bagi perusahaan melakukan tindakan tersebut yang menghadapi tekanan yang terlihat," kata analis Credit Suisse, Brad Zelnick.

Symantec mengharapkan pendapatan yang disesuaikan antara US$4,67 miliar hingga US$ 4,79 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2019, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar US$4,90 miliar. Rata-rata Analis memprediksi US$4,84 miliar, menurut Thomson Reuters I/B/E/S.

Seluruh pendapatan Symantec pada kuartal pertama yang berakhir 29 Juni 2018 turun 1,6%, sebagian besar karena penjualan yang lebih rendah di divisi pelanggan perusahaan yang melayani bisnis dan organisasi lainnya.

Kontrak jangka panjang sangat penting bagi Symantec pada saat perusahaan di seluruh dunia meningkatkan anggaran cybersecurity mereka dan karena konsumen menghindari komputer pribadi yang biasanya dilengkapi dengan perangkat lunak antivirus.

Symantec melaporkan kerugian bersih kuartal pertama sebesar US$63 juta, dibandingkan dengan kerugian US$133 juta setahun sebelumnya.



(roy/prm) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular