
Perang Dagang
BMW Ancam akan Lakukan PHK dan Pindahkan Pabrik dari AS
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
01 July 2018 11:26

Jakarta, CNBC Indonesia - BMW mengancam akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan mengurangi investasi di Amerika Serikat jika Presiden Donald Trump menetapkan tarif untuk mobil impor.
Kenaikkan tarif impor mobil asal Eropa membuat terbebaninya kegiatan ekspor yang dilakukan BMW dari pabrik di South Caroline AS. Pabrik di sana merupakan yang terbesar, di mana berkontribusi atas 70% total produksi setiap tahun.
"Produksi mobil domestik tidak memiliki korelasi nyata dengan keamanan nasional AS," tulis BMW dalam surat kepada Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross minggu ini seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/6/2018).
Ross memandang kebijakan tersebut tidak akan meningkatkan pertumbuhan dan daya saing AS. Tarif yang lebih tinggi atas komponen yang diimpor ke AS, dinilai BMW membuat lokasi produksi di negera lain lebih kompetitif.
Belum lagi penetapan tarif oleh China untuk mobil penumpang AS, yang muncul sebagai balasan atas kebijakan AS atas barang-barang Cina, telah menaikkan biaya ekspor ke negeri tersebut. Penetapan tarif oleh Trump memperbesar kemungkinan tindakan balasan lebih lanjut dari China dan Uni Eropa.
"Semua faktor ini secara substansial akan meningkatkan biaya ekspor mobil penumpang dari AS ke pasar-pasar tersebut dan memburuknya akses pasar untuk BMW," tulis BMW.
"Ini berpotensi menyebabkan volume ekspor berkurang banyak dan ada efek negatif pada investasi dan lapangan pekerjaan di Amerika Serikat."
Dua kelompok gabungan perusahaan otomotif utama, yang mewakili BMW, mengingatkan pemerintahan Presiden Trump atas penerapan tarif 25 persen untuk kendaraan impor dapat berakibat pada hilangnya ratusan ribu pekerjaan. Itu juga menakkan secara dramatis harga kendaraan dan mengancam belanja industri untuk mobil self-driving.
"Dengan mengisolasi Amerika Serikat dari persaingan global, insentif perusahaan akan berkurang dalam usaha meningkatkan produktivitas. Itu pun akan membuat perusahaan mencari cara menghasilkan barang dan layanan yang lebih baik dengan harga lebih murah."
(hps) Next Article Gokil! Penjualan Mobil Mewah di RI Tetap Laris Meski Pandemi
Kenaikkan tarif impor mobil asal Eropa membuat terbebaninya kegiatan ekspor yang dilakukan BMW dari pabrik di South Caroline AS. Pabrik di sana merupakan yang terbesar, di mana berkontribusi atas 70% total produksi setiap tahun.
Bulan lalu, Tim administrasi Trump memulai investigasi mengenai apakah impor otomotif sebagai ancaman keamanan nasional dan lalu Trump mengancam untuk memberlakukan tarif 20% pada semua impor mobil rakitan Uni Eropa.
"Produksi mobil domestik tidak memiliki korelasi nyata dengan keamanan nasional AS," tulis BMW dalam surat kepada Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross minggu ini seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/6/2018).
Belum lagi penetapan tarif oleh China untuk mobil penumpang AS, yang muncul sebagai balasan atas kebijakan AS atas barang-barang Cina, telah menaikkan biaya ekspor ke negeri tersebut. Penetapan tarif oleh Trump memperbesar kemungkinan tindakan balasan lebih lanjut dari China dan Uni Eropa.
"Semua faktor ini secara substansial akan meningkatkan biaya ekspor mobil penumpang dari AS ke pasar-pasar tersebut dan memburuknya akses pasar untuk BMW," tulis BMW.
"Ini berpotensi menyebabkan volume ekspor berkurang banyak dan ada efek negatif pada investasi dan lapangan pekerjaan di Amerika Serikat."
Dua kelompok gabungan perusahaan otomotif utama, yang mewakili BMW, mengingatkan pemerintahan Presiden Trump atas penerapan tarif 25 persen untuk kendaraan impor dapat berakibat pada hilangnya ratusan ribu pekerjaan. Itu juga menakkan secara dramatis harga kendaraan dan mengancam belanja industri untuk mobil self-driving.
"Dengan mengisolasi Amerika Serikat dari persaingan global, insentif perusahaan akan berkurang dalam usaha meningkatkan produktivitas. Itu pun akan membuat perusahaan mencari cara menghasilkan barang dan layanan yang lebih baik dengan harga lebih murah."
(hps) Next Article Gokil! Penjualan Mobil Mewah di RI Tetap Laris Meski Pandemi
Most Popular