
Internasional
Kembali Bangkit, Gibson Fokus Bisnis Inti Hingga Ukulele
Roy Franedya, CNBC Indonesia
28 June 2018 18:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada Mei 2018, penikmat gitar dikejutkan akan berita kebangkrutan Gibson Brands Inc. Brand gitar ikonik ini menyatakan bangkrut karena terlilit utang sebesar US$500 juta.
Kini manajemen perusahaan ingin kembali bangkit di bawah pemegang saham baru yang merupakan kreditur perusahaan. Gibson masih akan mengembangkan bisnis di alat musik.
Salah strategi untuk kembali ke industri dengan mengembangkan gitar melampaui performa gitar mahal miliknya, termasuk Seri Les Paul dan SG untuk memikat anak muda dan perempuan. Kebanyakan gitar elektrik Gibson dijual lebih dari US$2.000 per unit (Rp 28 juta).
CEO Gibson Brands Inc Henry Juszkiewicz mengatakan manajemen juga sedang mempertimbangkan menggarap gitar tradisional berukuran kecil memanfaatkan booming penjualan ukulele, gitar kecil dari Hawai.
Gibson masuk bisnis penjualan ukulele dengan merek Epiphone yang harganya lebih murah. Mereka menyebutkan Ukes dan menciptakan varian gitar baru sejak 1930-an.
"Salah satu Ukes yang paling bernilai yang dapat dibeli hari ini ada produksi kami tahun 1930-an. Kami sedang dalam pengembangan ke sana," ujar Henry Juszkiewicz seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/6/2018).
Juszkiewicz mengatakan Gibson juga akan kembali ke bisnis inti, gitar elektrik awal tanpa mesin tuning komputerisasi. Penjualan ini telah tumbuh 10,5% menjadi US$122 juta selama 12 bulan sebelum Gibson menyatakan bangkrut.
(roy/roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Kini manajemen perusahaan ingin kembali bangkit di bawah pemegang saham baru yang merupakan kreditur perusahaan. Gibson masih akan mengembangkan bisnis di alat musik.
Gibson masuk bisnis penjualan ukulele dengan merek Epiphone yang harganya lebih murah. Mereka menyebutkan Ukes dan menciptakan varian gitar baru sejak 1930-an.
"Salah satu Ukes yang paling bernilai yang dapat dibeli hari ini ada produksi kami tahun 1930-an. Kami sedang dalam pengembangan ke sana," ujar Henry Juszkiewicz seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/6/2018).
Juszkiewicz mengatakan Gibson juga akan kembali ke bisnis inti, gitar elektrik awal tanpa mesin tuning komputerisasi. Penjualan ini telah tumbuh 10,5% menjadi US$122 juta selama 12 bulan sebelum Gibson menyatakan bangkrut.
(roy/roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Most Popular