Piala Dunia 2018

Virus FIFA, Momok yang Masih Hantui Klub

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 June 2018 09:29
Bagi klub-klub sepakbola papan atas Eropa, pertandingan yang melibatkan tim nasional terkadang menyebalkan.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi klub-klub sepakbola papan atas Eropa, pertandingan yang melibatkan tim nasional terkadang menyebalkan. Bagaimana tidak, ada risiko pemain mereka pulang dengan membawa cedera. Ini tentu merugikan baik secara kinerja klub di lapangan maupun keuangan. 

Misalnya pada November 2017, Sadio Mane pulang dari tugas negara membela Senegal dengan cedera hamstring. Mane pun harus menepi selama lima laga.

Tanpa Mane, maka lini serang Liverpool agak pincang. Maklum, Liverpool sangat mengandalkan kecepatan dan ketajaman trio Firmansah (Firmino, Mane, Salah).
  

Tidak hanya mempengaruhi permainan Liverpool, bagaimanapun cedera Mane harus disembuhkan dan itu pasti butuh biaya. Siapa yang menanggung? Liverpool.
 

Atau pada 2009, di mana Cristiano Ronaldo cedera kala membela Portugal menghadapi Hungaria. Ronaldo hanya main tidak sampai setengah jam, tetapi pulang dengan cedera lebih dari sebulan. 

Oleh karena itu, mungkin wajar bila para manajer dan petinggi klub membuat istilah virus FIFA. Agenda-agenda FIFA terkadang membuat pemain cedera dan menjadi beban bagi klub. 

Oleh karena itu FIFA membuat inisiatif untuk memberi kompensasi bagi klub yang melepas pemainnya ke tim nasional. Hal ini dilakukan dalam gelaran Piala Dunia 2018 di Rusia. 

Pada 27 Oktober 2018, FIFA sepakat untuk memberikan kompensasi bagi klub dengan nilai total US$ 209 juta (Rp 2,97 triliun dengan kurs saat ini) untuk melepas pemain ke tim nasional. Uang ini diserahkan kepada masing-masing asosiasi sepakbola setiap negara untuk didistribusikan kepada klub. Tidak hanya itu, FIFA juga menyiapkan dana senilai total US$ 134 juta (Rp 1,9 triliun) sebagai kompensasi kepada klub jika ada pemain yang cedera di Rusia 2018.  

Dengan FIFA Club Benefit Programme dan Club Protection Programme ini diharapkan klub tidak lagi mengeluh jika pemainnya dipanggil oleh tim nasional. Sebab, FIFA akan memberi kompensasi kalau-kalau si pemain pulang membawa cedera.  

Namun, sebenarnya ganti rugi material ini tidak cukup untuk mengatasi masalah. Walau biaya perawatan pemain tidak lagi menjadi masalah, tapi uang tidak bisa menggantikan pentingnya kehadiran si pemain di lapangan. 

Misalnya kita kembali ke cerita cedera Ronaldo pada 2009. Saat itu Ronaldo harus absen kala Real Madrid melawan AC Milan di fase grup Liga Champions. Di kandang sendiri, Real Madrid harus mengakui keunggulan Milan dengan skor 2-3. 

Pada pertandingan selanjutnya, giliran Real Madrid yang melawat ke San Siro. Masih tanpa Ronaldo, Real Madrid hanya bisa bermain imbang 1-1 dengan Milan. 

Meski mendapat uang pengganti perawatan, tetapi ketidakhadiran pemain di lapangan karena cedera bisa mempengaruhi penampilan tim di lapangan. Oleh karena itu, meski sudah mendapat santunan, sepertinya virus FIFA tetap masih menjadi momok bagi klub.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article FIFA: Media Jangan Ekspose Berlebihan Wanita Seksi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular