
Internasional
Lee Yun-hyang, Satu-satunya Perempuan di Pertemuan Trump-Kim
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
13 June 2018 08:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sempat bertemu empat mata dalam rangkaian pertemuan pertama mereka yang bersejarah di Singapura hari Selasa (12/6/2018).
Namun, mereka tidak benar-benar berdua saja di ruangan itu. Dua penerjemah atau pengalih bahasa turut mendampingi mereka.
Penerjemah untuk Trump adalah Lee Yun-hyang, seorang pegawai wanita yang telah bekerja untuk pemerintah AS dalam waktu yang lama, menurut laporan media-media Korea Selatan. Wanita yang sangat vokal ini pernah bekerja sebagai pengalih bahasa untuk mantan Presiden Barack Obama dan George W. Bush serta mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, CNN melaporkan.
Ia juga menjadi penerjemah bagi Korea Selatan di ajang Olimpiade Musim Dingin tahun 2010 di Vancouver, Kanada, dan Olimpiade 2008 di Beijing, China.
Lee adalah pengalih bahasa untuk Trump ketika sang presiden bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bulan Mei lalu, tulis Quartz Media.
Namun, siapa sangka perempuan berusia 61 tahun itu awalnya tidak terpikir untuk menjadi seorang penerjemah.
Sebelumnya, ia adalah seorang murid sekolah musik di Korea Selatan. Kepada surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo, Lee mengatakan ia ingin menjadi seorang produser televisi di negara itu setelah ia lulus dari universitas. Namun, surat lamaran pekerjaannya ditolak karena ia seorang perempuan.
Setelah menjadi ibu rumah tangga selama beberapa lama, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil program master alih bahasa di sebuah universitas di Korea Selatan pada usia 33 tahun. Meskipun menjadi siswa tertua di kelasnya, ia tetap merasa senang karena bisa sejenak melarikan diri dari hidupnya sebagai ibu rumah tangga.
Namun, Lee juga sempat khawatir orang-orang akan mengolok-olok suaminya karena memiliki istri yang lebih memilih untuk bekerja daripada tinggal di rumah.
Tahun 1996, ia mulai mengajar di program studi penerjemahan di Monterey Institute di California, AS.
Ia sempat mencoba kembali ke Korea Selatan beberapa tahun kemudian untuk mendaftarkan putra dan putrinya ke sekolah lokal namun ia diberi tahu bahwa anak-anaknya tidak memenuhi syarat sebab mereka telah sekolah di luar negeri akibat pekerjaan ibunya.
Lee kemudian memutuskan untuk kembali ke AS bersama anak-anaknya sebab ia berpikir "sulit untuk membesarkan seorang anak perempuan di negara yang sangat mendiskriminasikan wanita."
Ia pernah mengajar di Ewha Womans University di Seoul tahun 2004 sebelum kembali ke Washington untuk bekerja penuh waktu di Departemen Luar Negeri AS sejak tahun 2009.
Pilihannya tampaknya tidak salah. Ketika Trump dan Kim menyelesaikan pertemuan empat matanya dan berpindah ke ruangan lain untuk bergabung dalam pembicaraan dengan pejabat-pejabat kedua negara, Lee menjadi satu-satunya perempuan di ruangan itu yang juga memiliki peran penting, yaitu memastikan komunikasi kedua pemimpin dalam pertemuan bersejarah itu berlangsung lancar.
(prm) Next Article Kabar Viral Kim Jong Un Meninggal, Faktanya Bikin Kaget..!
Namun, mereka tidak benar-benar berdua saja di ruangan itu. Dua penerjemah atau pengalih bahasa turut mendampingi mereka.
Penerjemah untuk Trump adalah Lee Yun-hyang, seorang pegawai wanita yang telah bekerja untuk pemerintah AS dalam waktu yang lama, menurut laporan media-media Korea Selatan. Wanita yang sangat vokal ini pernah bekerja sebagai pengalih bahasa untuk mantan Presiden Barack Obama dan George W. Bush serta mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, CNN melaporkan.
Lee adalah pengalih bahasa untuk Trump ketika sang presiden bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bulan Mei lalu, tulis Quartz Media.
Namun, siapa sangka perempuan berusia 61 tahun itu awalnya tidak terpikir untuk menjadi seorang penerjemah.
Sebelumnya, ia adalah seorang murid sekolah musik di Korea Selatan. Kepada surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo, Lee mengatakan ia ingin menjadi seorang produser televisi di negara itu setelah ia lulus dari universitas. Namun, surat lamaran pekerjaannya ditolak karena ia seorang perempuan.
Setelah menjadi ibu rumah tangga selama beberapa lama, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil program master alih bahasa di sebuah universitas di Korea Selatan pada usia 33 tahun. Meskipun menjadi siswa tertua di kelasnya, ia tetap merasa senang karena bisa sejenak melarikan diri dari hidupnya sebagai ibu rumah tangga.
Namun, Lee juga sempat khawatir orang-orang akan mengolok-olok suaminya karena memiliki istri yang lebih memilih untuk bekerja daripada tinggal di rumah.
Tahun 1996, ia mulai mengajar di program studi penerjemahan di Monterey Institute di California, AS.
Ia sempat mencoba kembali ke Korea Selatan beberapa tahun kemudian untuk mendaftarkan putra dan putrinya ke sekolah lokal namun ia diberi tahu bahwa anak-anaknya tidak memenuhi syarat sebab mereka telah sekolah di luar negeri akibat pekerjaan ibunya.
Lee kemudian memutuskan untuk kembali ke AS bersama anak-anaknya sebab ia berpikir "sulit untuk membesarkan seorang anak perempuan di negara yang sangat mendiskriminasikan wanita."
Ia pernah mengajar di Ewha Womans University di Seoul tahun 2004 sebelum kembali ke Washington untuk bekerja penuh waktu di Departemen Luar Negeri AS sejak tahun 2009.
Pilihannya tampaknya tidak salah. Ketika Trump dan Kim menyelesaikan pertemuan empat matanya dan berpindah ke ruangan lain untuk bergabung dalam pembicaraan dengan pejabat-pejabat kedua negara, Lee menjadi satu-satunya perempuan di ruangan itu yang juga memiliki peran penting, yaitu memastikan komunikasi kedua pemimpin dalam pertemuan bersejarah itu berlangsung lancar.
(prm) Next Article Kabar Viral Kim Jong Un Meninggal, Faktanya Bikin Kaget..!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular