Terungkap! RI Masih Defisit Perdagangan dengan Korut

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 June 2018 15:42
Ada potensi berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Korut bisa ditarik. Korut pun bisa kembali terbuka.
Foto: REUTERS/Damir Sagolj
Jakarta, CNBC Indonesia - Berstatus sebagai negara terisolasi akibat berlapis-lapis sanksi ekonomi yang dijatuhkan padanya, siapa sangka Korea Utara ternyata masih lebih unggul dalam hubungan perdagangan bilateralnya dengan Indonesia.

Saat ini Indonesia sudah berdagang dengan Korut meski nilainya masih sangat minim.

Total ekspor Indonesia ke Korut tahun lalu hanya US$35.967 atau sekitar Rp 502,5 juta.


Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), berikut produk-produk yang diekspor Indonesia ke sana.

ProdukNilai 2016 (US$)Nilai 2017 (US$)
Kaus laki-laki-4.748
Mantel dan baju hangat-114
Jas hujan, jubah untuk laki-laki-560
Jas hujan, jubah untuk perempuan-200
Suku cadang pompa air-267
Suku cadang perakitan sirkuit elektronik-5.125
Kabel coaxial dengan konektor-20.673
Paket pos 23.2284.280

Sementara itu, produk-produk Korut yang diimpor oleh Indonesia adalah sebagai berikut.

ProdukNilai 2016 (US$)Nilai 2017 (US$)
Kain dengan panjang < 30 cm-19.379
Kain lainnya1-
Aksesoris pakaian1.371-
Grafit non elektrik-3
Grafit lainnya1.299-
Perhiasan imitasi berbalut plastik-12
Stainless steel31.581-
Silikon elektronik216375-
Steel alloy219.96816.740
Karbon non alloy steel-232.068
Besi/baja hampa12.764-
Baut dengan atau tanpa mur-77
Baut lainnya-95
Penutup berbahan stainless steel dengan karet-1
Baut dan semacamnya-11
Baut dan mur lainnya-191
Kartrid penyaring bahan bakar minyak2-
Pengukur panjang yang dioperasikan secara elektrik7.500-
Suku cadang katrol-27.691
Suku cadang ekskavator-100.395
Suku cadang mesin pembuat bubur kertas-1.000
Suku cadang mesin pencetak-15.447
Suku cadang dan aksesoris mesin tekstil117-
Suku cadang mesin lainnya1.009-
Suku cadang mesin penghangat maupun pendingin521-
Besi cetak18.405-

Total impor dari Korut pada 2017 bernilai US$397.678,45. Dengan begitu, neraca perdagangan di sisi Indonesia mengalami defisit US$361.711,45.

Kedua negara memiliki perekonomian dengan ukuran yang jauh berbeda. Produk domestik bruto (PDB) Korea Utara pada 2016 tercatat sekitar US$16,36 miliar.

Negara di Semenanjung Korea ini juga mampu mencetak pertumbuhan ekonomi sebesar 3,9% tahun 2016 di tengah-tengah himpitan puluhan sanksi ekonomi. Padahal di tahun sebelumnya, perekonomian Korea Utara menyusut (kontraksi) sebesar 1,1%.

Pertumbuhan tahun 2016 itu bahkan yang tertinggi dalam 17 tahun terakhir.

Di sisi lain, Indonesia mampu tumbuh 5,02% di 2016 dibandingkan 4,88% di tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai PDB perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini menembus US$932,26 miliar.

Terungkap! Perdagangan RI dengan Korut Masih DefisitFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Raditya Hanung
Oleh karena itu, potensi terbukanya Korea Utara setelah pertemuan bersejarah di Singapura hari Selasa (12/6/2018) bisa menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi perdagangan Indonesia.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un bertatap muka dalam pertemuan yang diharapkan bisa menjadi jalan pembuka bagi perdamaian di Semenanjung Korea.
 

Kim sepertinya sudah sepakat untuk melakukan denuklirisasi. Dengan begitu, ada potensi berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Korut bisa ditarik. Korut pun bisa kembali terbuka, menjual produknya dan membeli produk negara lain. 

Dalam hal perdagangan, Indonesia bisa mengambil manfaat dari terbukanya negara ini dengan meningkatkan perdagangan hingga berkali-kali lipat. Walau bukan mitra dagang utama, Indonesia bisa memenuhi sejumlah kebutuhan Korut. 

Menariknya, peluang ekspor terbesar ke Korut adalah produk-produk manufaktur seperti suku cadang kelistrikan dan kabel. Artinya, menggenjot ekspor ke Korut pada saat yang sama akan mendorong industrialisasi di Indonesia. Selain memperoleh tambahan devisa, Indonesia juga menikmati nilai tambah dari industri manufaktur. Peluang ini masih sangat besar dan nyata dan tentu perlu menjadi perhatian.


Namun, beberapa risiko juga patut diwaspadai karena ketika Korut makin terbuka maka negara ini bisa semakin leluasa menjual produknya. Sekarang defisit dengan Korut memang belum seberapa, tetapi kala produk Korut semakin deras masuk ke Indonesia, maka defisit tersebut bisa semakin melebar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(prm/prm) Next Article Duh, Korut 'Diserang' Patah Hati Berjamaah karena Kim Jong Un

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular