Peritel Mothercare Tutup Toko di Inggris untuk Bertahan Hidup

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
29 May 2018 12:17
Rencana ini dikemukakan direktur utamanya yang akan kembali menjabat setelah dipecat lima minggu lalu.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Peritel konvensional untuk produk ibu dan bayi asal Inggris, Mothercare, akan menutup sepertiga toko di Inggris sebagai bagian dari rencana agar tetap bisa bertahana dalam persaingan bisnis. Rencana ini dikemukakan direktur utamanya yang akan kembali menjabat setelah dipecat lima minggu lalu.

Penjualan dan laba perusahaan telah terpukul oleh persaingan ketat dari kelompok-kelompok supermarket dan pengecer daring di pasar Inggris. Selain itu, meningkatnya biaya mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan ini dalam bahaya.

Pengecer tersebut pun melaporkan kerugian sebelum pajak sebesar 72,8 juta poundsterling untuk tahun ini hingga 24 Maret, dan pada penjualan grup turun 2% menjadi 654,5 juta pound.

Saham Mothercare telah kehilangan 83% dari nilainya selama setahun terakhir, tetapi naik sebanyak 34% pada Kamis setelah perusahaan itu merinci 113,5 juta pound refinancing, termasuk rencana penggalangan dana ekuitas sebesar 28 juta pound, dan mengatakan Mark Newton-Jones akan kembali sebagai CEO.

Newton-Jones digulingkan sebagai CEO pada 4 April lalu oleh Alan Parker. Parker sendiri tiba-tiba pensiun pada 19 April kemarin. Adapun, pengganti Newton-Jones sebagai CEO David Wood, mantan eksekutif Tesco, akan menjadi direktur pelaksana grup.

Seperti dilansir dari Asia One, Mothercare mengatakan akan mencari persetujuan kreditur untuk mengajukan proposal perusahaan sukarela (company voluntary agreement/CVA) yang memungkinkannya untuk menutup 50 toko dan mengamankan pengurangan sewa pada 21 toko lainnya. Sebanyak 800 pekerja diperkirakan akan dihilangkan.

Perusahaan saat ini berdagang dari 137 toko di Inggris, telah memiliki hampir 400 dekade yang lalu. Rencana baru akan melihatnya berdagang dari 78 toko di Inggris pada tahun 2020.

Rute CVA, yang memungkinkan perusahaan untuk menghindari kepailitan atau administrasi, telah diambil tahun ini oleh sesama pejuang ritel Inggris - rantai mode New Look, kelompok pelapis lantai Carpetright dan kelompok department store House of Fraser.

Kondisi perdagangan brutal untuk kelompok took dengan tekanan pada pendapatan sekali pakai Inggris yang memperumit persaingan ketat, dan juga sebagian bertanggung jawab atas runtuhnya Toys R Us UK, kelompok listrik Maplin, dan minuman grosir Conviviality.

"Kinerja keuangan baru-baru ini dari bisnis, berdampak pada khususnya oleh sejumlah besar kehilangan besar yang membuat toko di Inggris mengalami situasi yang tidak menentu. Ini berarti kelompok itu membutuhkan resolusi yang tepat," kata pejabat sementara Direktur Utama perusahaan, Clive Whiley.

Analis di Peel Hunt mengatakan langkah-langkah Mothercare tampak cukup untuk membuat bisnis Inggris kembali ke titik impas.

"Tantangan yang lebih luas adalah menyelesaikan proses pembuatan proposisi Mothercare yang lebih menarik, yang akan membutuhkan pandangan yang lebih tajam mengenai harga," kata mereka.

Selain masalah ekuitas yang diusulkan, Mothercare telah mengamankan fasilitas komitmen utang yang direvisi sebesar 67,5 juta poundsterling, 8 juta pound pinjaman pemegang saham baru dan fasilitas baru hingga 10 juta pound dari mitra dagang.

Rapat kreditur untuk memberikan suara pada proposal CVA diharapkan pada 1 Juni, dengan proses yang diproyeksikan akan selesai pada bulan Juli. Masalah ekuitas tergantung pada CVA yang dilalui.

Mothercare juga berjualan memlalui 1.131 toko di luar negeri. Dikatakan pasar internasional tetap menantang, tetapi melihat beberapa pemulihan di Timur Tengah menjelang akhir 2017-2018.
(hps/hps) Next Article Pengusaha Ritel Mengeluh Susah Mau Ekspansi Buka Toko Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular