Internasional
China Sepakat Kurangi Selisih Dagang dengan AS
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
20 May 2018 07:21

Jakarta, CNBC Indonesia - China dan Amerika Serikat (AS) telah bersepakat untuk mengurangi ketidakseimbangan perdagangan di antara keduanya, menurut pernyataan bersama yang disampaikan hari Sabtu (19/5/2018). Langkah tersebut akan termasuk upaya China mendorong lebih banyak impor dari produsen-produsen AS.
AS dan China telah melakukan pembicaraan bilateral yang dimulai hari Kamis di Negeri Paman Sam di tengah-tengah kecemasan akan terjadinya perang dagang di antara kedua ekonomi terbesar di dunia itu.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan Gedung Putih, kedua pihak membuat sebuah "konsensus mengenai pengambilan langkah efektif untuk secara substantif mengurangi defisit perdagangan barang AS terhadap China", CNBC International melaporkan.
Sehari sebelumnya, penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengklaim China akan memangkas defisit perdagangannya dengan AS sebesar US$200 miliar (Rp 2.828 triliun) per tahun.
Namun, belum jelas berapa banyak China akan membeli produk-produk AS. Wall Street Journal melaporkan hari Sabtu bahwa pihak AS gagal membuat China berkomitmen akan satu angka pengurangan defisit yang jelas sebab kedua negara berdebat semalaman mengenai pemilihan kata-kata dalam pernyataan tersebut.
Ketidakseimbangan perdagangan telah menjadi topik besar dalam hubungan kedua negara. Data Departemen Perdagangan AS menunjukkan defisit ekspor dan impor antara AS dan China mencapai rekor tertingginya tahun lalu sebesar lebih dari US$375 miliar.
Namun, pernyataan bersama yang diumumkan hari Sabtu itu bernada rekonsiliasi.
"Untuk memenuhi konsumsi rakyat China yang terus tumbuh dan kebutuhan akan perkembangan ekonomi berkualitas tinggi, China akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Ini akan mendukung pertumbuhan dan penciptaan tenaga kerja di AS," bunyi pernyataan tersebut.
China adalah negara asal permintaan yang besar bagi petani-petani AS yang selama ini cemas akan nasib beberapa komoditas utama pertanian di tengah sengketa dagang kedua negara.
China dan AS juga sepakat untuk "meningkatkan ekspor energi dan pertanian AS. AS akan mengirimkan tim ke China untuk membahas detil hal tersebut," menurut pernyataan bersama kedua negara.
Kedua negara juga sepakat memperluas kerja sama di beberapa bidang, seperti industri manufaktur dan hak kekayaan intelektual yang menjadi salah satu sumber perdebatan kedua negara. Di bulan Maret, Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif senilai US$50 miliar terhadap impor produk dari China sebagai balasan atas dugaan China mencuri hak kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS.
(prm) Next Article Era Biden-Harris, Perang Dagang AS-China Berlanjut?
AS dan China telah melakukan pembicaraan bilateral yang dimulai hari Kamis di Negeri Paman Sam di tengah-tengah kecemasan akan terjadinya perang dagang di antara kedua ekonomi terbesar di dunia itu.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan Gedung Putih, kedua pihak membuat sebuah "konsensus mengenai pengambilan langkah efektif untuk secara substantif mengurangi defisit perdagangan barang AS terhadap China", CNBC International melaporkan.
Namun, belum jelas berapa banyak China akan membeli produk-produk AS. Wall Street Journal melaporkan hari Sabtu bahwa pihak AS gagal membuat China berkomitmen akan satu angka pengurangan defisit yang jelas sebab kedua negara berdebat semalaman mengenai pemilihan kata-kata dalam pernyataan tersebut.
Ketidakseimbangan perdagangan telah menjadi topik besar dalam hubungan kedua negara. Data Departemen Perdagangan AS menunjukkan defisit ekspor dan impor antara AS dan China mencapai rekor tertingginya tahun lalu sebesar lebih dari US$375 miliar.
Namun, pernyataan bersama yang diumumkan hari Sabtu itu bernada rekonsiliasi.
"Untuk memenuhi konsumsi rakyat China yang terus tumbuh dan kebutuhan akan perkembangan ekonomi berkualitas tinggi, China akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Ini akan mendukung pertumbuhan dan penciptaan tenaga kerja di AS," bunyi pernyataan tersebut.
China adalah negara asal permintaan yang besar bagi petani-petani AS yang selama ini cemas akan nasib beberapa komoditas utama pertanian di tengah sengketa dagang kedua negara.
China dan AS juga sepakat untuk "meningkatkan ekspor energi dan pertanian AS. AS akan mengirimkan tim ke China untuk membahas detil hal tersebut," menurut pernyataan bersama kedua negara.
Kedua negara juga sepakat memperluas kerja sama di beberapa bidang, seperti industri manufaktur dan hak kekayaan intelektual yang menjadi salah satu sumber perdebatan kedua negara. Di bulan Maret, Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif senilai US$50 miliar terhadap impor produk dari China sebagai balasan atas dugaan China mencuri hak kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS.
(prm) Next Article Era Biden-Harris, Perang Dagang AS-China Berlanjut?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular