Impor Sudah Hampir 500.000 Ton, Tapi Harga Beras Masih Mahal

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
10 May 2018 12:05
Harga beras sampai saat ini masih tergolong mahal, di atas harga eceran tertinggi (HET).
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras masih mahal dan belum bisa diturunkan hingga batas Harga Eceran Tertinggi (HET), meski beras impor sudah masuk ke dalam negeri hampir 500.000 ton.

Data di situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS Nasional) per kemarin menunjukkan, secara nasional beras kualitas medium I masih bercokol di harga Rp 11.800/kg dan beras kualitas medium II di harga Rp 11.550/kg.

Di DKI Jakarta sendiri, harga beras kualitas medium I masih bercokol di posisi Rp 13.700/kg dan medium II di posisi Rp 12.550/kg. Sementara HET di wilayah ini adalah Rp 9.450/kg.

Hal ini kemudian menjadi ironis mengingat Kementerian Perdagangan telah memutuskan mengimpor beras sebanyak-banyaknya 500.000 ton dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan India sejak akhir Februari lalu.

Tujuan impor beras ini tidak lain adalah untuk menurunkan harga yang sudah mahal sejak awal tahun, di samping untuk mengantisipasi kemungkinan gagal panen dan kurangnya suplai beras dari petani lokal.

Direktur Pengadaan Badan Urusan Logistik (Bulog) Andrianto Wahyu Adi mengatakan beras impor yang sudah masuk gudang Bulog per 8 Mei 2018 tercatat sebesar 412.395 ton. Total stok beras Bulog sendiri sekitar 1,14 juta ton.

"Impornya [yang sudah masuk] 412.000 ton. Sisanya masih mengantre di pelabuhan. Impornya nanti datang lagi bulan ini sampai genap 500.000 ton. Masih ada sekitar 50.000 ton yang belum datang dari Pakistan," ujar Andrianto saat ditemui di kantor Bulog, Rabu (10/5/2018).

Per 8 Mei 2018 kemarin, Bulog sudah menggelontorkan 298.199 ton dari stok berasnya dalam rangka Operasi Pasar untuk menurunkan harga. Operasi Pasar (OP) ini intensif dilakukan sejak Januari lalu dan menggunakan stok beras yang dimiliki Bulog, baik yang berasal dari petani maupun impor. 

Lantas, mengapa harga beras di pasaran tidak kunjung turun meski Bulog sudah melakukan Operasi Pasar sejak Januari lalu?

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan harga beras yang tidak kurun turun disebabkan oleh rantai pasok penyerapan beras petani yang masih belum efisien dari tingkat penggilingan hingga ke pasar-pasar induk beras atau Bulog selaku pembeli. Dia menekankan perlunya memotong rantai pasok ini untuk menurunkan harga.

"Rantai pasok beras ini perlu dipotong dari 5 proses menjadi maksimal 3 proses, sejak dari penggilingan hingga ke Bulog. Selama ini, proses padi diolah dari gabah kering menjadi beras itu dari petani melewati pengumpul kecil dan besar GKP [gabah kering panen], penggilingan, pengumpul kecil dan besar beras, baru sampai ke tangan Bulog. Kalau [efisiensi] ini berhasil dilakukan, Bulog bisa membeli beras petani dengan harga Rp 7.565/kg, di bawah harga penyerapan beras saat ini Rp 8.030/kg. Konsumen pun akan menikmati harga lebih rendah," jelas Amran dalam rapat dengan pejabat Bulog, Rabu (9/5/2018).


(ray/ray) Next Article Wah, 900.000 Ton Beras Impor 2017 Numpuk di Gudang Bulog

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular