Libur Panjang Lebaran Bakal Dorong Konsumsi Lebih Tinggi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
07 May 2018 15:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Keinginan pemerintah yang bersikeras menetapkan masa libur lebaran yang jatuh pada tanggal 11 hingga 20 Juni 2018 diyakini akan meningkatkan konsumsi. Hal ini bisa menjadi momentum untuk menggedor perekonomian.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, tambahan libur Lebaran bisa mengerek angka pertumbuhan sejumlah komponen konsumsi rumah tangga seperti makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi, sampai dengan restoran dan hotel.
"Jadi tourism, tingkat penghunian hotel, restoran, akan banyak sekali dampaknya," kata Suhariyanto di gedung BPS, Senin (7/5/2018).
Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor makanan dan minuman terhadap perekonomian nasional di kuartal I-2018 hanya 5,12%, atau lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang mencapai 5,37%. Sementara sektor transportasi dan komunikasi hanya mencapai 4,92%, lebih rendah dari periode sama 4,97%.
Tercatat hanya kontribusi komponen restoran dan hotel yang mengalami peningkatan menjadi 5,56%, dari periode sama tahun lalu yang hanya 5,38%. Menurutnya, tambahan libur Lebaran bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi pada kuartal selanjutnya.
"Spending turis domestik besar. Kalau turis luar negeri tidak beli oleh-oleh macem-macem, kalau kita oleh-oleh bisa satu RT. Spending nusantara besar," katanya.
Meski demikian, BPS belum bisa memperkirakan seberapa besar persentase tambahan libur Lebaran terhadap konsumsi rumah tangga. Namun, Suhariyanto tak memungkiri, ada konsekuensi yang harus diambil pemerintah dari masa perpanjangan masa libur Lebaran tersebut.
"Ke produksi pasti akan berpengaruh. Kalau jumlah hari yang berkurang pasti. Jangankan itu, kita ekspor dan impor kalau Februari jumlah hari akan berpengaruh pada ekspor," katanya.
Sebagai informasi, loyonya konsumsi rumah tangga menyebabkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018 di bawah ekspektasi, yaitu 5,06%. Selama periode tersebut, konsumsi rumah tangga tumbuh stagnan di kisaran 4,95%, naik 0,1% dari periode sama tahun lalu yang hanya 4,94%.
(dru) Next Article Inflasi April 2019 0,44% (MTM)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, tambahan libur Lebaran bisa mengerek angka pertumbuhan sejumlah komponen konsumsi rumah tangga seperti makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi, sampai dengan restoran dan hotel.
"Jadi tourism, tingkat penghunian hotel, restoran, akan banyak sekali dampaknya," kata Suhariyanto di gedung BPS, Senin (7/5/2018).
Tercatat hanya kontribusi komponen restoran dan hotel yang mengalami peningkatan menjadi 5,56%, dari periode sama tahun lalu yang hanya 5,38%. Menurutnya, tambahan libur Lebaran bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi pada kuartal selanjutnya.
"Spending turis domestik besar. Kalau turis luar negeri tidak beli oleh-oleh macem-macem, kalau kita oleh-oleh bisa satu RT. Spending nusantara besar," katanya.
Meski demikian, BPS belum bisa memperkirakan seberapa besar persentase tambahan libur Lebaran terhadap konsumsi rumah tangga. Namun, Suhariyanto tak memungkiri, ada konsekuensi yang harus diambil pemerintah dari masa perpanjangan masa libur Lebaran tersebut.
"Ke produksi pasti akan berpengaruh. Kalau jumlah hari yang berkurang pasti. Jangankan itu, kita ekspor dan impor kalau Februari jumlah hari akan berpengaruh pada ekspor," katanya.
Sebagai informasi, loyonya konsumsi rumah tangga menyebabkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018 di bawah ekspektasi, yaitu 5,06%. Selama periode tersebut, konsumsi rumah tangga tumbuh stagnan di kisaran 4,95%, naik 0,1% dari periode sama tahun lalu yang hanya 4,94%.
(dru) Next Article Inflasi April 2019 0,44% (MTM)
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular